Wendy menghela nafas. Berjalan menuju lantai tiga dengan manyun dan lesu. Saat sampai di kelas, terlihat Hana tertawa lebar bersama Hero dan Rinja. Gadis itu berjalan cepat menuju Hana lalu menendang meja yang digunakan duduk.
Hana mengumpat, "apa setan?!"
Wendy yang tadinya ingin marah jadi merengek kecil begitu Putra dan beberapa lainnya berdiri juga karena kaget dari pojok kanan. Duduk nggelesor dengan isakan kecil.
Hana mendecak, melompat turun sedangkan Putra sudah merenggut kesal sekaligus galau.
"Najis tai, apa sih menye menye?" Hana ikut gelesoran.
Wendy manyun. Hendak curhat jika Hana tidak melotot tajam, "oh iya Wen, gimana udah jadian belom?" Tanyanya dengan suara keras sembari melirik lirik Putra. Menepuk wajah Wendy pelan sesaat sebelum kalimatnya membuat kerumunan.
Joyo sudah melompat duduk di samping Wendy dengan wajah bingung, "jadian? Elu? Sama siapa?" bule lokal itu heboh. Menatap Putra bingung sedangkan lelaki itu menggeleng tak tau.
"Dih deket sama siapa lu?" Kali ini Mark. Berdiri di belakang Putra sembari mengunyah permen.
"Lah, bukannya elu sama Putra? Udah jadian Put?" Soleh menatap bingung Putra yang melengos malas. "Udah emang Wen?" Kali ini menatap Wendy yang kembali merengek.
Hana mengumpat, "kaga Mat, dia kan deket sama bang Jordi," jawabnya santai menatap Soleh yang kerap dipanggil Ahmat. Makin membuat kebingungan di kelas pagi itu. Putra menipiskan bibir menahan gejolak amarah, lalu pergi begitu saja mengabaikan Joyo yang menatap meminta klarifikasi.
"Sejak kapan, Wen?"
Wendy menatap Joyo. Mendorong wajah lelaki itu dengan sebal lalu menendang kecil.
"Sejak awal masuk sekolah kan, Wen?"
Wendy terkekeh sedih lalu menurunkan bahu begitu mendengar kalimat Hana. Dasar gadis sialan itu, seharusnya dia tak terlibat dalam hal ini.
**
"Emang iya Put? Sejak kapannn?" Joyo malah merengek. Menggoyangkan bahu Putra yang diam menatap lurus ke depan. Beruntung warung mbak Uun sepi, jadi kehebohan Joyo tidak mengundang pertanyaan lain.
Putra mendecak, "mana gue tau setan!" Kesalnya. Berjalan keluar sempat berpapasan dengan Boji yang datang tergesa.
"Napa bang?" tanya Joyo.
Boji ngos ngosan, duduk sembarang dikursi, "dikejar Sobar, sial banget gue," mengipasi diri sendiri dengan kemeja sekolahnya lalu duduk menatap Joyo yang nampak sedih, "dih kenape lu?"
Joyo mendecak, "masa katanya Wendy pacaran sama bang Jordi, emang iya bang?"
Boji mengernyit, lalu tertawa terbahak, "dihh modelan Jordi? Tuh anak pernah bela berapa negara sampe dapet Wendy?" Tanyanya malah geli sendiri. Putra yang mendengar itu langsung membusungkan dada angkuh.
"Kaga lah, Jordi mah ada ngegas Gira," tambah Boji. Menyulut rokok dengan santai lalu terbatuk sesak.
Joyo meringis melihatnya.
Joyo lalu menatap tak percaya, "tapi tadi Hana bilangnya mereka deket dan udah pacaran bang, masa Hana bohong? Tapi ya nggak kaget sih modelan Hana gitu."
Boji tertawa, "kaga itu mah, cuma akal akalan Hana doang. Kemaren dia ke sini tiba tiba ngajak duel Jordi tapi kaga mau, yaudah Jordi dijadiin alat gitu biar Hana tau sebenernya Putra ada suka nggak sama Wendy, lagian tuh anak tempe banget suka sama cewek bukannya digas malah tarik ulur," kembali menyesap rokoknya, "jadi udah ada perk-"
Menatap Joyo yang nampak begitu terkejut. Boji buang muka sembari mengumpat. Keceplosan anjeng. Sedangkan Joyo sudah sumringah lebar.
"Hana setan!" Putra yang mepet hingga tertutup terpal besar yang memang sengaja dipasang itu mengumpati Hana. Tetapi tak lama tersenyum lebar karena dia ada kesempatan lagi.
**
"WENDY!!!"
Wendy yang sedang tidur pulas di pojok kelas itu terbangun kaget. Menatap garang lelaki yang tadi berteriak dengan senyum lebar, "apa nyet?!"
Putra terkekeh. Berlari kecil dengan bahagia mengabaikan seisi kelas yang sudah terbingung bingung.
"Nih," memberikan sekotak makan siang serta pop es dari kantin, "makan geh."
Wendy bingung. Menerima dengan ragu melirik Hana yang terbengong.
Putra tersenyum lebar, memiringkan kepala menghalangi Wendy dan Hana yang kode kodean, "makan, Wen, jangan kode kodean mulu."
Gadis itu langsung salah tingkah. Meringis kecil lalu makan dengan tenang. Putra terkekeh pelan, mengusap kepala Wendy lembut. Wendy menahan nafas menatap Putra penuh kebingungan.
Lelaki itu tersenyum lebar, berdiri pergi menuju Joyo yang memeluk tiang bendera didekat meja guru menatapnya. Saat melewati Hana, Putra tersenyum songong dengan wajah merah padam membuat Hana sama sekali tak mengerti.
Wah! Ada apa lagi sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM✓
Teen FictionPermen karet misterius Yosan yang hidup di dunia. Yoo San Putra, cowok yang maksa sangar padahal mukanya gemesin kayak anak TK. Ada juga Wendy Sonia, si cantik rambut badai. Mereka yang selalu nyolot kalau ketemu, tanpa sadar saling suka. Klise sih...