"Mager gue, sama Hana sono," rengek Wendy. Menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangan dimeja. Yofi manyun sebal. Berbalik menuju meja Hana yang berada di pojok kanan belakang.
Wendy mendesah panjang. Kepalanya masih pusing karena ajep ajep semalam. Gadis cantik itu mendongak. Lalu terkejut mundur saat wajah manis terpampang di depannya.
"Putra?" kagetnya. Lelaki itu tak kalah kaget. Langsung memundurkan wajahnya dengan agak memerah.
Lelaki itu meringis. Memalingkan wajahnya yang masih merah.
Wendy berdehem. Menunduk sama sama malu karena wajah mereka benar benar dekat tadi.
"Lo....ngapain?" Tanya Wendy pelan. Masih menunduk.
Putra terkejut. Lalu nyengir. "Gue kira lo pingsan," jawab lelaki itu sama pelannya.
Wendy tergagap. "Lo...khawatir?"
Putra melotot. Lalu buang muka malu. Berbalik menatap Wendy dengan senyum konyol dan raut wajah berubah menyebalkan, "Ck, kalau lo pingsan repotin anak kelas, kasian mereka."
Wendy mengumpat. Kembali menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan.
"Lo kenapa sih?" Putra kembali bertanya heran. Wendy hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.
Lalu hening. Gadis dengan rambut pirang itu mendongak. Matanya berpendar mencari dimana Putra. Mendecih. Lelaki manis sok sangar itu sedang ngobrol bersama Hana yang duduk cantik dengan Rinja diatas meja. Yofi sudah entah kemana.
Kembali menenggelamkan wajahnya. Kepalanya masih pusing. Mungkin seharusnya tadi dia tidak usah berangkat sekolah. Lagipula setiap di sekolah lebih banyak jam kosong. Para guru seolah enggan datang ke kelas laknat ini.
"Wen UKS aja yok," suara Hana terdengar. Mendongak malas. Matanya sayu menatap Hana yang terlihat segar walau tadi malam tepar.
Wendy menggeleng. Hana mendecak. "Lo puyeng, ayo UKS," ajaknya. Kali ini lebih memaksa.
Wendy malah kembali menenggelamkan wajah. Terkadang memijit kepalanya. Hana menoleh pada Rinja memberi kode.
Gadis dengan rok diatas lutut itu mengerang saat tangannya ditarik paksa. Mata sayunya menatap Rinja yang melingkarkan tangan dipinggangnya. Memapah menuju UKS lantai satu dengan Hana mengekor di belakang.
"Gue di kelas aja," Wendy menarik tangannya yang dipegang kuat oleh Rinja dengan lesu. Lalu menutup rapat mulutnya dengan tangan lain. "Gue.....huek...muntahh..."
Hana melotot. Rinja segera menarik Wendy cepat menuju kamar mandi di pojok koridor. Gadis itu segera masuk lalu muntah.
Hana bersandar di tembok menatap Wendy yang membasuh bibirnya. Mendecih, "lo minum berapa banyak?"
"Dua."
"Botol?" Tanya Hana tak percaya.
Wendy menggeleng, "gelas," lanjutnya pelan. Hana menyemburkan tawanya. Menatap tak percaya Wendy yang mendelik malu.
"Lo minum dua gelas dan muntah muntah gini?"
Wendy mengumpat. Berjalan menuju pintu keluar mendapati Rinja yang menatapnya datar. Sial. Lelaki ini begitu manis dengan kaca mata dan bibir tebalnya yang berwarna merah.
"Lo pake lipgloss, Nja?" Tanyanya asal. Rinja buang muka malas. Hana tertawa lebar.
"Dia manis kan? Apalagi bibirnya beuhh manis abis pasti," sahut Hana. Wendy mengangguk setuju. Rinja hanya diam menatap dua gadis yang masih mencandai bibirnya.
"Ayo UKS, ntar Putra ngomel," kesal Rinja. Menarik tangan Wendy menuju tangga.
Wendy manyun, "kok Putra sih?!" Kesalnya.
Hana mendecak. Menoyor kepala Wendy dari belakang. "Doi nyolot maksa gue bawa elu ke UKS. Katanya lu pingsan," jawab Hana. Wendy mengaduh.
"Heran, kenapa nggak dia aja yang seret lo ke UKS, atau gendong gitu ala orang pacaran," tambah Hana. Gadis itu dengan genit menyapa para senior lelaki. Rinja mengumpat di depan. Melirik tajam. Wendy mendesah, merasa jengah melihat tingkah dua temannya yang seperti ada hubungan.
"Putra kayaknya suka sama elu," celetuk Hana. Sudah tiduran di ranjang UKS setelah tadi bersusah payah untuk datang kemari. Rinja duduk diranjang yang sama dengannya.
Wendy mendelik sinis. Mengingat kembali betapa judes dan sinisnya lelaki itu padanya. Seperti itu katanya suka? Mungkin Hana harus merubah cara berpikir.
"Mukanya unyu abis," tambah Hana. Rinja mengancam hendak melempar sepatunya pada Hana yang langsung nyengir.
"Tau ah, males gue sama tu anak," kesal Wendy. Berbalik memunggungi Hana. "Dia tuh apa sih, kadang sweet bikin gue baper eh besoknya langsung judes lagi," rengeknya tak jelas. Mengingat betapa randomnya sikap Putra padanya.
"Gue kadang udah terbang tinggi gitu tapi dijatohin lagi di rawa rawa banyak buaya. Sakit nggak tuh, ck."
"Belum lagi kadang tu anak suka tiba tiba nongol depan gue, bersikap seolah olah khawatir padahal enggak. Hati gue serasa jungkat jungkit njir,"
"Kenapa nggak ayunan aja" sahut Hana kesal. Wendy mendecak. Memejamkan mata mencoba tidur. Mengenyahkan perasaan kesal yang selalu datang saat membahas lelaki imut sok sangar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLE GUM✓
Teen FictionPermen karet misterius Yosan yang hidup di dunia. Yoo San Putra, cowok yang maksa sangar padahal mukanya gemesin kayak anak TK. Ada juga Wendy Sonia, si cantik rambut badai. Mereka yang selalu nyolot kalau ketemu, tanpa sadar saling suka. Klise sih...