"Kalian?..." Ucapku dengan nada terkejut.
Aku dan bang Vano menghampiri mereka yang langsung berdiri saat mendengar suaraku. Beberapa pelayan dan pengawal yang ada di ruangan tersebut membungkuk hormat ketika aku dan bang Vano sudah berada diruang tamu.
"Pergilah" utus bang Vano dan mereka pun segera pergi.
"Om Devandra Tante Aliana" ucapku dan bang Vano bersamaan sambil menunduk hormat.
"Hai hai keponakan tante yang cantik, Tante kaget pas Vano cerita soal kamu makanya Tante sama Om langsung kesini." Ucapnya sambil memeluk dan mengusap rambutku. "Sonna udah bangun dari tadi sore tante sekarang udah gapapa, Om Tante apa kabar? Sonna kangen."
"Om Tante baik banget sekarang karna tau kamu udah siuman dan kamu dapet balasan kangen juga dari Om dan tante" ucapnya sambil tersenyum dan mencubit pipiku.
"Ekheemm saya patung kok gapapa dianggurin aja" kata bang Vano sambil menatap kesembarang arah.
"Si ganteng gaboleh ngambek dong" Tante menghampiri bang Vano dan memeluknya juga.
Setelah acara peluk-pelukan tadi bang Vano pergi keruang kerja untuk berbincang-bicang dengan Om Devan.
Aku merebahkan tubuhku di kasur setelah mengantar Tante Liana kekamar tamu yang sudah di siapkan dan meminum habis jus yang dibuat oleh Tante Liana, katanya supaya tenagaku bisa cepat pulih dan satu lagi 'kalo minum ini nanti biar awet muda kayak Tante' begitu katanya.
Aku beranjak tadi acara rebahan tadi dan duduk dipinggri kasur. "Kok rasanya ada yang kurang ya?..." tanyaku pada diri sendiri.
Braakkkk....
Suara pintu yang terbanting keras, bukan keras lagi tapi sangat keras.
Aku dan tersangka dibalik rusaknya pintu kamarku saling bertatapan cukup lama, melontarkan tatapan dendam dan ingin mencakar wajah menyebalkan itu sekarang juga.
"Ingin memulai lagi bocah?..." tanyaku sambil tersenyum miring.
Setelah kalimat persetujuan darinya aku berdiri dan melesat keluar kamar yang di ikuti oleh bocah tadi. Pertama ruang tamu lalu ruang TV kemudian dapur. Aku berhenti sebentar sambil memandang bocah yang sekarang ada didepanku, posisi kami hanya terhalang meja berbentuk persegi panjang.
"Tik tok tik tok boleh juga power kamu sekarang, kurasa kau terlatih cukup baik." Kataku sambil memainkan jari dan tersenyum remeh.
"Tentu saja dan kali ini aku akan menangkap mu" setelah kalimat itu selesai ia melontarkan kekuatannya kearah ku yang langsung aku hindari.
"Meleset bocah" kataku sambil berlari kearahnya untuk meninju wajahnya. Ia tersungkur dan darah segar keluar dari sudut bibirnya.
Aku kembali melesat keluar yaitu garasi dan berdiri disamping mobil.
"Tenagamu tidak seperti biasa, ternyata pingsan 4 hari sangat mempengaruhi mu."
Setelah kalimat itu ia langsung melesat kearah ku yang aku hindari dengan pindah keatas mobil milik Bang Vano.
Ia menghampiriku lagi dan berhasil ku hindari dengan melesat kepintu bagasi.
Aku berlari masuk kekamar Tante dan Om kemudian duduk disamping Tante Liana. "Mulai lagi deh kalian berdua kebiasaan" ucap Tante sambil mencubit pipiku.
"Aduhh sakit Tante, Salim yang mau Tante masa gak diturutin." Dan suara pintu terbuka terdengar lagi tapi kali ini pelan. "Ciee Salim pelan amat takut Tante marah ya?..."
Yap orang yang 3 menit koma 55 dekit mengejar-ngejarku tadi adalah Salim anak ke-3 sekaligus terakhir dari Tante Liana.
"Brisik lo Na coba lu diem bentar gak bisa apa" Ucapnya ngotot sambil menyenderkan tubuhnya dipintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow In The Dark [Lee Jeno]
WerewolfMenjadi keluarga kerajaan bukan hal yang mudah, apalagi ini adalah kerajaan werewolf. Hanya orang terpilih yang bisa memimpin. sayangnya, mungkin aku akan jadi yang selanjutnya. Ini bukan hal yang menyenangkan membayangkan menjadi Alpha bukan hal ya...