Red

12 5 0
                                    

Hari ini aku sedang ada dilapangan basket karna ini adalah jam olahraga,nama gurunya adalah Pak Hendra. Jam olahraga kelasku sama dengan kelas IPS-1 kelas dimana ada 3 perempuan aneh, mereka ingin bersaing denganku dalam segala hal tujuan utamanya selain tenar adalah dia suka dengan salah satu abangku.

“Tim basket IPS-3 melawan IPS-1 perempuan” kata Pak Hendra,dan permainanpun dimulai.

Timku memasukkan bola kedalam ring basket lawan dengan mudah dan membuat Lia, Erina, dan Zara kesal,ya itu adalah nama ke-3 nenek lampir tadi.
     
Ditengah permainan aku tidak bisa bernafas dengan baik,hidungku mengeluarkan darah. aku langsung berlari kekamar mandi tanpa menghiraukan keadaan.

Aku duduk tersungkur dilantai kamar mandi, suara aneh itu masih terdengar nyaring dan membuat ku pusing “Aaakkhh… sialan”umpatku didalam kamar mandi yang sunyi, aku mulai lemas dan hilang kesadaran.

Tiba-tiba ada orang yang masuk dan langsung memberiku suntikan dibagian lengan kiri, seketika suara itu hilang dan aku mulai kembali sadar,“maaf abang terlambat” ucapnya sambil memelukku,akupun membalas pelukannya.

Bang Vano membawaku ke UKS “Istirahat... nanti abang ijinin ke Pak Hendra” aku hanya mengangguk kemudian dia langsung pergi. Tak lama penjaga UKS menanyakan kondisiku dan menyuruhku untuk istirahat, aku tertidur cukup lama setelah aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasiku.























































































Aku berdiri dan dengan cepat ingin menghajarnya tapi “Lohh… bang Rama ngapain?” tanyaku dengan wajah datar dan tinjuku yang tertahan oleh tangan bang Rama.

Entahlah dengan bang Rama, dia memiliki sifat yang dingin tapi sekali sayang dengan seseorang dia terlihat berbeda dengan sikap yang lembut dan perhatian.

“Kamu udah sembuh?” suaranya lembut dengan lesung pipi yang merekah dipipinya, “Iyaa udah mendingan bang”.Kemudian ia memberiku kotak makan yang sudah bisa kutebak dari siapa, “Itu titipan dari bang Jay”. Aku tersenyum lalu ia mengusap rambutku dan pergi.

Aku berjalan menuju parkir mobil sebelum “Hehh… liat deh siapa yang kabur di lapangan basket tadi” mereka terus saja berbicara dan aku mengabaikannya, kemudian mereka memancing werewolf keluar “Yaa!!... apa kau bisu, dasar lemah” mereka ber tiga tertawa, aku berbalik dan mendatangi mereka dengan tatapan datar, membuat mereka yang awalnya tertawa menjadi diam seketika.

“Ngapain lo natap kita kayak gitu? marah?” aku tersenyum sinis dan menghampiri Lia, aku berhenti tepat didepannya dan

BRAAKKK....

suara tembok dibelakangnya yang ku pukul menggema disemua lorong. Hantaman itu sangat keras sehingga membuat temboknya retak dan tanganku mengeluarkan darah, mereka hanya diam membeku sekaligus ketakutan dan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

“sekali lagi kalimat itu muncul, wajah lu bakal jadi tembok itu” aku berjalan meninggalkan mereka menuju tempat awal yaitu parkir mobil sekolah. "Yaa!! Awas saja kau"  dia berteriak dan menyebut namaku tapi ku hiraukan.

Aku menelfon pengawal agar menghapus rekaman CCTV tersebut, karna akan celaka jika ada yang curiga atau tau tentang identitas kami.

“untung gua bukan manusia kalo iya pasti tangan gua yang remuk bukan temboknya” aku menggerutu sendiri didapur sambil membersihkan bekas luka tadi dan mengobatinya. “Ada yang bisa saya bantu Nona” kata salah satu pelayan rumah, “tidak, saya bisa urus sendiri” pelayan tersebut kemudian menunduk dan pergi.

Selesai dengan luka, aku pindak ke meja makan karna perutku sudah demo juga ramai seramai rumah makan diujung jalan yang penjualnya mirip orang korea.















































Bang Vano sedang di markas  seperti biasa mengawasi latihan dan mengerjakan tugasnya sebagai Alpha, aku tidak pernah kesana dan melihat latihannya karna aku tidak di ijinkan kesana kata Papa itu berbahaya.

Selain itu katanya aku masih kecil jadi jelas Papa dan abang tidak mengijinkan. Mama sebenarnya tidak masalah jika aku pergi kesana tapi siapa yang bisa menolak perintah orang yang kau sayang.

“Jangan biarkan Bang Vano masuk ke kamarku mengerti” ucapku pada satu pengawal di belakangku, “Baik Nona” kata pengawal tersebut.

Selesai makan aku langsung menuju kamar dan di ikuti 1 pengawal di belakangku yang biasa menjaga kamarku, “hmm siapa nih kok ada yang follow gua” aku melihat-lihat foto orang tersebut dan bergumam tidak jelas. Entah mengapa aku berfikir bahwa laki-laki tersebut lumayan tampan dan membuatku salting mungkin.

“duhh apasih ini otak ngaco aja pikirannya". Ucapku sambil memukul pelan kepalaku dan merebahkan tubuhku dengan nyaman.

Suara ketukan pintu membuatku terkejut, aku segera membuka pintu dan melihat 4 laki-laki berbadan tinggi berdiri didepan pintu kamarku memasang wajah marah yang membuatku terkejut untuk kedua kalinya.

“Tangan digulung pake kain kafan itu kenapa?...” Tanya bang Vano sinis. “habis cosplay jadi Bruce Lee” jawab ku sambil mengarahkan jempolku ke hidung ala-ala Bruce Lee, “ini bukan lagi syuting Dangdut Akademi” ucap bang Jay. “bukannya yang bener Comedy Akademi Jay?...” kata bang Alex sambil memasang wajah bingung. “Jangan ngelawak garing, udah garing bikin emosi lagi” kata bang Vano sambil memukul kepala kedua laki-laki di samping kiri dan kanannya.
     
“Maafkan saya Nona, karna tidak menjalankan perintah dengan baik” kata pengawal yang berlutut didepanku, “tidak masalah, berdirilah” kataku sambil mengutus pelayan diruangan itu untuk pergi juga.

Saat ketiga bujang tadi bertengkar aku sudah berada di ruang tamu bersama bang Rama “itu tangan gapapa” katanya sambil memegang luka yang sudah terbalut rapi oleh perban, “gapapa, lagian kita lebih kuat 3 bahkan 4x dari manusia”.

Gak kebayang sekuat apa mungkin bisa kali disuruh angkat lemari, itu mah kecil mobil aja bisa mental disentil sama bang Vano.
     
Dia menasehatiku sambil sesekali tersenyum yang membuat siapa saja pasti langsung terhipnotis untung gua bukan manusia biasa yang penuh dosa (eitss jangan cosplay cute girl).

Aku hanya terkekeh dan ingin bertanya tentang suara yang membuatku sampai masuk UKS tadi siang. Namun terlambat, ada 3 setan yang berjalan kearah ku membuat niatku padam, “Sonna kita itu belum selesai marahin kamu kok malah ditinggal sih” oceh bang Vano yang hanya kutatap datar.

Mereka sangat peduli padaku tapi aku tidak ingin terlihat lemah dihadapan mereka. “Kalo pergi ajak-ajak kek kan abang jadi terjebak ditengah konflik rumah tangga” Kata bang Alex yang melangkah duduk disofa.

“ RUMAH TANGGA GUNDULMU!!...” teriak bang Jay dan Vano bersamaan, “sakit anjir, lepasin! gua masih mau ngerasain martabak manis” itulah wasiat terakhir yang dikatakan seorang Alex Andara sebelum ditarik paksa oleh bang Jay dan Rama keluar.

Dasar o’on masih bisa-bisanya becanda padahal udah dipelototin sama bang Rama. “Kita pamit” ucap bang Rama sebelum menghilang dari balik pintu besar yang di ikuti dua pengawal.

Bang Vano mencium keningku, aku kaget sekaligus tersentuh dan membuatku berkaca-kaca “Ona sayang abang” kataku yang berdiri sambil memeluknya erat, “Abang juga” jawabnya. “jangan buat abang khawatir, dan kehilangan untuk kedua kalinya” jelas bang Vano yang berhasil membuat air matanya lolos.
                               ****

See you in next chapter...
Maaf untuk typonya bila ada. Coba tekan bintang oke makasih:v
Dih nyuruh ae si setan.

Rainbow In The Dark [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang