Mirip?

6 1 0
                                    

Aku hanya diam memandang satu foto yang kupegang sejak tadi. Banyak pertanyaan yang muncul di otakku tentang kejadian penyerangan tempo hari dan foto yang ku tatap sejak tadi.

Ini bukan dia kan? tapi insting ku mengatakan iya dan satu pertanyaan besar yaitu Kenapa? Kenapa dia melakukan ini? Aku mengacak rambutku frustasi dan menyimpang foto itu kembali kedalam saku.

Aku memejamkan mataku sebentar sambil menyenderkan kepalaku dimeja sebelum bel masuk berbunyi membuatku harus bergegas menuju kelas dan keluar dari Perpustakaan.

Semua masih baik-baik saja sebelum tepukan dibahu membuatku sedikit kaget, pasalnya semua sangat tenang tadi. “Bareng Na” ucapnya kemudian berjalan beriringan denganku dan pandangan fokus kedepan. “Apaan dah? Gamau” balasku kemudian berjalan lebih cepat meninggalkan Jerry yang meneriaki namaku.

Saat masuk kelas semua atensi langsung menuju padaku dan Jerry yang masuk bersamaan. Bisa diprediksi semua menatap aneh kami berdua. “Liat apaan?” tanyaku dan Jerry bersamaan dengan nada dingin.

A

ku dan dia saling bertatapan meluncurkan tatapan dendam, membuat suasana menjadi hening.

“Selamat siang anak-anak” Sapa Bu Vina yang baru masuk dan dijawab selamat pagi juga oleh semua murid termasuk aku dan Jerry yang langsung menoleh kepintu sambil tersenyum dan sedikit membungkuk kemudian kembali ke ekspresi awal yaitu datar sambil berjalan ketempat duduk.



Ini adalah salah satu contoh kemunafikan ekspresi tingkat atas.
.

.

.

•Rainbow in the dark•

“Na lu ikut kemarkas kan hari ini?” tanya Verly yang sudah berdiri disampingku.

“Gak, gua mau keperpus” Jawabku.

“SELAMAT SOREEE GUYS” Teriak Fallio didepan kelas.

“Baru dateng udah teriak-teriak aja Fall” Heran Shelly yang berjalan menuju pintu.

“Yaudah nanti gua titipin salam aja” Ucap Verly kemudian menyusul Shelly untuk pulang. “Duluan ya Na” Pamit mereka berdua.

“Duluan ya Na!” teriak Abian sambil mengejar Fall yang berlari setelah melambaikan tangan kearahku dan kubalas lambaian tangan.

“Beberapa hari ini kenapa gak bawa motor Na?” Tanya Jefran yang berada didepanku kami masih berada didepan kelas dengan Jerry yang berdiri menunggu sambil memperhatikan kami dari jauh.

“Cuma males nyetir, ada supir juga” Jawabku cuek mebuat dia tersenyum kemudian menjulurkan tangannya untuk mengusap rambutku.

“Jangan di perpus terlalu lama bentar lagi hujan, gua mau anter kalo mau berangkat sekolah bareng” suara langkah kaki menggema disepanjang lorong karna Jefran berlari menjauh dari posisiku sekarang.

Suasana begitu sunyi cukup tenang untuk membiarkan ku mendengar deruan nafasku sendiri. Berbicara soal tenang aku sudah lama tidak melihat Lia juga antek-anteknya.

Banyak yang bilang Lia pergi keluar Negeri untuk perawatan kulit karna kejadian aku menapar dia dengan darah. Ah iya kulitnya pasti rusak karna tanganku, sungguh aku tidak berfikir bertemu orang sealay itu dalam hidupku.

Rainbow In The Dark [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang