[3] >_<

1.5K 72 4
                                    

3 TAHUN KEMUDIAN






Semua berubah. Tahun berlalu, kenangan semakin banyak, kejadian yang lalu akan bernama masa lalu. Meski begitu, fisik Eli tetap saja meski umurnya telah beranjak 17 tahun.

"Hai Yang." sapaan riang dari lelaki dari samping membuat senyuman Eli mengembang.

"Assalamu'alaikum dong Beb." balas Eli geli sambil mencubut pipi sang teman yang sudah duduk di depannya.

"Hehehe, kamu udah mesen kan? Maaf ya, tadi aku ke toilet dulu." sesal Rendra sambil mengambil tangan Eli yang tadi mencubit pipinya.

"Hm. Udah kok, kamu ayam bakarnya sayap kan?" tebak Eli yang mendapat nggukan semangat dari lelaki riang di hadapannya.

"Kamu gak capek aku ajakin mulu main setiap akhir weekend?" pertanyaan Rendra tetap sambil menggenggam tangan Eli.

"Enggak kok. Aku malah seneng, kan diajakin makan sama kamu. Udah gitu di bayarin lagi." Eli berkata dengan senyum puasnya. Jelas, sebagai manusia normal, dia tentunya suka di bayarin oleh teman lelakinya. Lagian, kalo temanan menjurus PDKT gak pernah di bayarin gitu, ya hambarlah.

Memang, uang bukan segalanya. Tapi hidup itu banding, jadi uang itu sebuah kebutuhan primer buat Eli.

"Oh wow! Akhirnya ketemu juga!" seruan cewek sambil menarik kerah belakang Rendra membuat genggaman tangannya lepas.

Eli tetap duduk tenang sambil menyandarkan punggungnya dan bersendekap santai. Oh, jangan lupakan kakinnya yang menyilang.

"Eh? Em... Siapa ya?" tanya gugup Rendra yang sudah berdiri karena tarikan cewek itu.

"Oh, LUPA KAMU SAMA TUNANGAN SENDIRI?!!" teriakan cewek itu membuat banyak pengunjung menjadikan meja mereka sebagai tontonan.

Eli mengalungkan kerudung pasminanya hingga menutupi sekitaran mulut dan hidungnya.

Dia sudah biasa menjadi pelakor dadakan kaya gini. Padahal, setiap teman lelakinya hanya dekat dengannya tanpa status nyata.

"KAMU JUGA! DASAR CEWEK MURAHAN! JAL*NG!!" cewek itu kembali teriak tapi sekarang sambil melempar tas selempangan Eli membuat isinya keluar kemana-mana.

BRUK!

Eli menganga melihat isi tasnya yang keluar kemana-mana. Ia memeluk ponselnya yang selamat tak ikut kena lempar. Ia bahkan mengelusnya sayang.

"Untung masih selamat kamu Pe." lirih Eli sambil berdiri hendak membereskan tasnya yang hanya mengeluarkan tisu dan mungkin KTP-nya karema seingatnya ia membawa KTP yang baru jadi kemarin.

"Aw!" jerit Eli karena lengannya tergores oleh ujung kursi.

Cewek yang sebagai pelaku yang telah mendorong Eli tak mengindahkan ringisan Eli. Dia justru menarik Rendra yang terlihat pasrah mnegikuti.

"REN! BAYAR DULU MAKANAN YANG KAMU PESEN! AKU GAK MAU BAYAR YA!!" teriak Eli dengan santainya.

Rendra yang masih di tarik tetap mengacungkan jempolnya.

"Yang penting gak ngeluarin duit ajalah." gerutu Eli sambil mengambil tasnya dan tisunya dia buang karena sudah di injak oleh bocah cilik yang lewat.

Eli bersiap pergi sambil mengorek tasnya melihat apakah KTP-nya masih aman tidak.

"Allah akbar! Pake ilang segala... Hadeh..." Eli kembali ke daerah na'as tasnya yang terlempar.

Oh, jangan anggap Eli akan malu karena menjadi tontonan manusia kepo di rumah makan itu. Karena urat malu Eli sudah hilang sejak kejamnya dunia menyentuh telapak kakinya sejak kecil.

"Misi, maaf. Apa kalian lihat KTP mental kesini gak?" tanya Eli pada ketiga gadis di meja dekat tasnya terdampar.

Ketiga gadis itu refleks melihat kebawah kolong meja. "Enggak ada tuh Mbak." jelas mereka membuat Eli mendesah kesal.

"Maaf, apa ini KTP kamu?"









Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...



I love you guys♥

Adi, My Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang