Pagi-pagi sekali sehabis shalat subuh Adi sudah selesai cuci bajunya dan tentunya baju Laila juga. Setelah menjemur baju, Adi bergegas ke dapur untuk membuat sayur dan menggoreng ikan pindang.
Masakan sudah jadi, karena ikan sudah di bumbui kemarin dan sayur Adi hanya membuat sayur bayam biasa. Adi kembali ke kamarnya untuk bersiap memakai baju batik karena ini hari Rabu. Sekitar pukul setengah tujuh lebih, Lita datang bersama anaknya Haikal yang baru berumur 4 tahun.
"Loh? Kamu masak Di? Kan Mba' udah bilang, biar Mba' aja yang masak." gerutu Lita yang melihat lauk pauk sederhana di dapur adiknya itu.
"Tadi aku bangun pagi banget Mba' jadi sekalian masak aja mumpung masih ada waktu." jelas Adi sambil memasukkan laptop ke tasnya lalu memakai sepatu di ruang tamu.
Lita mengikuti sang adik setelah menaruh sang anak di kamar Adi bersama Laila yang belum bangun.
"Adi berangkat ya Mba' Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." salam Adi sambil menyalami Lita lalu menaiki motornya menuju sekolah SMA tempatnya mengajar.
Adi itu guru matematika di sekolahnya. Sudah setahun yang lalu Adi hanya mengambil jadwal mengajar yang di bawah jam istirahat kedua. Karena sang anak yang hanya di titipkan ke Lita, dia sering gak enakan pada sang Mba'.
Seperti biasa, dia mengajar di kelas. Tepat di kelas Leli untuk yang paling terakhir untuk hari ini.
"Leli." panggil Adi saat bel jam istirahat kedua berbunyi dan dia sudah keluar dari kelas. Hanya saja, dia sengaja menunggu sebentar di depan kelas.
Leli yang tengah di gandeng Firoh pun menoleh dan mendapati gurunya di sebelah kelasnya itu, "Iya Pak?" jawab Leli setelah mendekati Adi.
"Kamu tahu Eli bukan?" tanya Adi memastikan karena dia kemarin tak melihat Leli bersama Toto dan Eli.
"Ah, Eli saudara tiri aku Pak? Oh~ tahu dari Kak Toto ya?" tanya Leli mengingat Toto dan Adi memang berteman sejak dulu meski tak terlalu nempel banget.
Adi menganggum dengan seulas senyum tipisnya, "Iya. Oh iya, Eli sekolah di mana? Gak bareng sekolah di sini sama kamu?" tanya Adi.
"Enggak El–" perkataan Leli tak selesai karena salah satu teman perempuannya tiba-tiba menarik tangannya terburu-buru.
"Maaf ya Pak. Lelinya kita bawa dulu, urgent banget Pak!" serunya sambil menarik Leli terburu-buru.
Mau tak mau Leli mengikuti temannya sambil menangkupkan tangannya di dada dan menatap gurunya itu memelas tanda perminta maafan atas ketidak sopanan temannya itu.
Adi yang mengerti tingkah Leli hanya mengangguk pelan lalu pergi menuju ruang guru untuk bergegas kembali ke rumah.
Sebelum pulang Adi menyempatkan diri ke toko alat tulis langganannya untuk membeli beberapa map.
Setelah memilih-milih map dan membeli sepack bolpen Adi menuju kasir untuk membayarnya.
Adi sedikit mengantre karena hari ini mengunjungnya sangat ramai. Sambil menaruh barang-barangnya di meja Adi mengambil dompetnya untuk mengeluarkan uangnya.
"Terimakasih dan semoga berkunjung kembali." kata Mba' kasir.
Mendengar suara kasir tersebut membuat Adi mendongak melihat tampang sang kasir.
Kasir tersebut melempar cengiran pada Adi sekaligus dengan wink andalannya.
"Eli...?"
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...I love you♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Adi, My Duda
De Todo"Udah duda punya buntut wahid! Masih aja ngeselin, t-tapi Engkok terro ka kakeh."-Eli "Saya kira kamu udah dewasa. Ternyata masih bocah baru dapet KTP, t-tapi saya bahagia hanya melihat wajah kamu."-Adi _____________________________ "Whahaha gitu. T...