[27] ノ(・ω・)ノ

1.8K 78 5
                                    

Cklek...

Leli memasuki kamarnya sendiri. Dia melihat sang saudara tiri yang tengah tiduran miring menghadap tembok. Sungguh tak terusik oleh suara pintu kamar Leli sama sekali.

Leli duduk di belakang Eli, dia menghela nafas. Melihat hanya kelopak mata Eli sajalah yang bergerak dan temtunya gerakan natural nafasnya. Karena Eli masih hidup.

Leli menepuk bahu Eli pelan, "El, di luar ada Pak Adi." perkataan Leli membuat tubuh Eli menegang seketika.

Segala pikiran yang rumit yang tadinya memenuhi kepalanya seketika hilang. Hanya sejenak, karena sejatinya pemikiran buruk semuanya tertuju pada satu lelaki itu saja.

Eli membalikkan badannya secara kasar ke arah Leli dan beranjak duduk cepat, "Kak Adi?"

Leli mengangguk dengan senyum tulusnya, "El, aku tahu. Kamu memikirkan reaksinya, tapi... Ayolah, kamu hanya di gituin alhamdulillah bukan di perkosakan? Masih gitu doang, ayolah El gak–"

"LEBAY?! IYAN! AKU LEBAY?! HAH?!" jerik Eli sangat keras membuat Leli sangat terkejut.

"El...?" lirih Leli takut.

"Kamu, kamu gak tahu. Kamu gak tahu, aku merasa jijik! TAHU?! RASAIN! ENGGAK KAN?!!" gumamnya lalu teriak di akhir kalimat.

Eli menunduk menahan denyutan di kepalanya. Dia mengatur nafasnya yang terengah-engah.

BRAK!

Semuanya masuk setelah mendengar teriakan Eli. Ibunya Eli segera menghampiri sang anak dan memeluknya erat. Beliau menenggelamkan kepala sang anak pada dekapannnya.

"Hiks... Kata Leli–hiks... Aku lebay..." adunya dengan tangis tak tertahan.

Karena sejatinya, yang membuat kepikiran terus adalah bayangan tubuhnya yang di pegang-pegang dengan sembarangan. Dan jangan lupakan rasa tak pantasnya untuk Adi dan keluarganya. Dia sungguh terbebani.

Padahal dia sudah lama menikmati hari-harinya yang tenang. Tapi tetap saja, kejadian yang sering dia alami dulu, justru kembali dia alami.

Adi yang melihat rambut awut-awutan Eli mengalihkan pandangannya. Tapi tak bisa di tepis juga rasa teriris saat mendengar suara tangis Eli.

"Mbael!" seruan Laila yang berada di gendongan Adi membuat ruangan seketika hening.

Hanya menyisakan sesenggukan Eli. Dia menyembulkan wajahnya dari lipatan leher sang ibu. Dia menatap Laila yang merentangkan tangan padanya.

Kemudian atensi mata Eli beralih pada sang ayah Laila. Dia langsung kembali mengeratkan pelukannya pada sang ibu. Dia malu, sedih, dan marah pada dirinya sendiri.

"Laila Bu, mau Laila." bisiknya pada sang ibu.

Ibunya Laila mengangguk sambil mengelus rambut semrawut sang anak lembut, "Iya sayang."

Ibunya Laila menoleh pada semuanya, menunjuk pintu dengan dagunya. Mengode mereka untuk keluar, "Lailanya sini Nak Adi." katanya lembut tetap sambil mengelus punggung dan rambut sang anak.

Adi tersenyum, dia meletakkan Laila di dekat kedua wanita itu. Dia mengangguk pada ibunya Eli dengan senyum leganya. Setidaknya keadaan Eli tak separah bayangannya.

Karena sungguh, bayangan jahatnya justru memikirkan keadaan Eli akan seperti hayalannya yang akan teriak histeris saat melihat lelaki di sekitarnya.

"Mbael." sapa Laila sambil memukul bahu Eli.

Eli melepas pelukan pada ibunya dengan perlahan dan menatap Laila yang juga menatapnya.

Eli melirik sang ibu yang di balas anggukan dengan senyuman penenang andalan ibunya.

"Sini sayang." kata Eli serak.

Laila beringsut dan duduk di pangkuan Mbaelnya, "Mbael Kit?"

Eli menggeleng dia segera menyisir rambutnya dengan tangannya agar sedikit rapi. Dia juga meraup wajahnya, dan mempaout bibirnya agar tak terlalu pucat.

"Enggak sayang."















__________
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...

Assalamu'alaikum wr.wb

Hai guys, ketemu lagi sama Wulan yang cantiq♡

Gak lama kan wulan hiatusnya? Gaklah, cuman sebulan lebih lah.

Insya Allah selama 2 pekan liburan ini wulan usahain sampe ending ya.

Soalnga liburan pondok wulan cuman 2 pekananlah.

Tapi kalo gak sampe ending, tetep wulan lanjutin lagi kalo wulan liburan pondok ok?

Semoga temen2 sehat2 semuaaaa♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adi, My Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang