Semalam Eli menginap di rumah ayah tirinya karena dia mendapatkan kabar bahwa sang ibu ada di rumah untuk sehari itu.
Eli yang baru sama pulang kerja langsung meluncur ke rumah ayah tirinya di antar oleh Wahyu. Karena Ayu tengah pulang kampung, jadi Wahyu jadi abang ojeknya Eli untuk sementara waktu.
Jika Eli menginap, dia akan tidur bersama Leli. Sebenarnya dia ingin bersama ibunya, tapi sekali lagi dia sadar diri. Lagian, ibunya juga baru sampai ketika Eli di sana.
Jadi ketika pagi-pagi sekali setelah shalat subuh. Eli langsung bergegas ke dapur dan mendapati sang ibu yang berkutat dengan alat-alat dapur bersama beberapa pembantu lainnya.
"Ibu." panggil Eli sambil memeluk erat tubuh ibunya dari belakang.
Maryami yang mendapatkan pelukan sang anak tersenyum lebar dan membalikkan badannya dan membalas mendekap sang anak yang sudah lama tak dia temui karena jadwal kerja sang suami yang selalu kemana-mana dan dia harus mengikuti sang suami kemanapun.
"Kerrong..." rengek Eli sambil melepas pelukannya dan menyodorkan pipi kanannya.
Maryamj terkekeh lalu mengecup kedua pipi sang anak, "Hahaha kan udah sering telfonan. Gimana kabar papah kamu?" tanya Maryami kembali ke ayam yang tengah dia bersihkan.
"Baik kok. Kemarin baru aku kirimin uang Bu. Terus Bapak malah sok-sok'an gka usah kirimin, tapi nanti ujungcujungnya minta juga buat apa, itulah."
Maryami terkekeh mendengar curhatan sang anak, "Udah ah. Kamu buatin bumbu ayam kuning aja sana El." suruh sang ibu yang di sambut antusias oleh Eli.
Karena keluarga mereka ini keluarga normal. Mumpung ayah dan ibu ada di rumah, mereka sarapan kesiangan mereka bersama.
Karena mereka tahu jika ibu dan ayah hanya akan mampir sehari saja. Makanya, Toto tak berangkat ke restorannya bahkan Eli pun memohon sangat memohon pada ibu bos untuk cuti seharinya.
Setelah sarapan kesiangan mereka. Teman-teman Toto berdatangan. Mereka berbincang dengan hebohnya. Ayah pun meladeni mereka dengan semangat.
Eli tak ada niatan untuk nimbrung atau gimana. Dia justru lebih memlih duduk di bawah agar bisa membenamkan wajahnya di pangkuan ibunya setelah sekian lama.
Sebenarnya dia bukan anak broken home yang banget-banget. Ya paling dia pengen kumpul lengkap keluarga dia saja. Tanpa keluarga ayah atau keluarga mamah yang di Madura.
Tanpa melihat pun, Eli tahu jika Adi datang bersama Laila. Dia sebenarnya rindu dengan sikap suka membalasnya Adi. Hanya saja rasa rindu Eli lebih besar untuk sang ibu.
"Ibu jangan lupa bagi uang! Ayah juga! Jangan pelit-pelit jadi orang tua." seloroh Eli saat mengantar ibu dan ayah yang akan kembali menjelajah.
Ibu tersenyum, "Tenang, nanti ibu bagi uangnya banyak deh. Ayah juga nanti patungan sama Toto buat uang jajan Eli." balas candaan Maryami.
Leli dan Eli kembali masuk ke dalam rumah sambil saling marangkul dan mengibas-ngibaskan beberapa uang lembaran berwarna merah yang baru saja di kasih oleh ayah masing-masing sejumlah.
"Oh mari para om-om gantengku! Ayo ke halaman belakang yuk!" seru Eli masih sambil mengibaskan uang bak kipas ke wajahnya.
Para lelaki tuir itu terkekeh melihat tingkah kedua bocah itu. Mereka menurut karena Leli mendorong mereka satu-satu ke halaman belakanh.
Eli ke dapur untuk membuatkan kopi dan minuman dingin. Dia membawanya dengan nampan yang penuh dengan camgkir kopi dan teko jus jeruk sedang.
Tiba-tiba Adi datang dan mengambil alih, "Sok banget, nanti kalo jatuh. Dasar bocah." ledeknya membuat Eli dongkol.
"Awas ya! Itu kopi punya Eli satu. Kak Adi gak dapet kopi!"
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...I love you♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Adi, My Duda
Random"Udah duda punya buntut wahid! Masih aja ngeselin, t-tapi Engkok terro ka kakeh."-Eli "Saya kira kamu udah dewasa. Ternyata masih bocah baru dapet KTP, t-tapi saya bahagia hanya melihat wajah kamu."-Adi _____________________________ "Whahaha gitu. T...