[25] ↖(^ω^)↗

796 40 0
                                    

"Mah, Adi sama Laila pergi dulu ya!" pamit Adi pada sang mamah yang tengah menonton televisi di ruang tengah bersama dengan Lita.

Mereka berdua menoleh pada Adi dan Laila yang berada di gendongan Adi, "Mau kemana Di? Pagi-pagi banget udah mau keluar aja, mumpung Weekend gak di rumah aja Di?"

Adi menggeleng lalu menyalami mereka berdua dan tentunya Laila pun melakukannya juga, "Enggak Mah. Aku sama Laila mau ke rumah Eli. Udah sepekan ini dia gak ada kabarnya Mah, jadi mau Adi datengin aja ke rumahnya."

Lita mengernyut heran, "Kenapa gak ke kostannya aja Di? Kok ke rumahnya? Ke rumah Toto? Apa yang di Madura?"

"Ke rumah Toto. Di kostannya udah aku datengin pas hari kamis itu Mbak, tapi kata temennya Eli ada di rumah Toto." jelasnya.

"Ya udah ya, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..." salam Adi dan Laila yang melambailan tangannya girang lalu keluar rumah.

Hubungan yang di gantung karena restu kedua orang tua Eli tetap mereka jalani dengan aman, tenang, dan sejahtera. Hanya saja, biasanya Eli selalu mengirim pesan singkat padanya setiap malam.

Tapi, sepekan terakhir ini roomchat-nya bersama Eli sepi. Tak ada pesan singkat alay dari gadis mungil itu. Meski dia mengirimi pesan singkat pun, tetap tak ada balasan. Membuat Adi khwatir dengan kabarnya. Mengingat Eli tinggal di kostan.

Adi dan Laila sampai di rumah Toto yang terlihat pintu utama besar itu terbuka lebar. Adi menggendong Laila dan memasuki rumah Toto yang memang sering ia datangi sejak berhubungan dengan Eli.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." salam Adi pelan.

Meski pelan, tapi tetap membuat atensi semua orang yang ada di ruang tamu itu menoleh semuanya padanya.

Adi mengernyit heran, meski begitu ia tetap menyalami mereka semua. Ya, mereka semua itu termasuk kedua orang tua Eli, kedua orang tua tirinya, dan saudara tiri Eli.

Adi duduk memangku Laila, "Em? Ada apa ini? Ada acara kah?" tanya Adi pelan.

Karena dari firasat dan raut wajah semua orang. Mereka berkumpul pasti dengan suatu kejadian kurang baik atau buruk.

Mereka semua diam. Tapi kemudian ibu dan mamah tiri Eli pamit ke dapur. Leli pamit untuk ke atas, maka sisalah para lelaki itu dengan Laila yang mainan di karpet bawah.

"Adi, maaf kalo kami telat atau mungkin memang sengaja mengundurnya." kata Toto tegas lalu melirik bapak Eli tajam, "Sebenarnya, kami sedikit kebingungan untuk memberi kabar ini ke kamu. Tapi berhubung kamu sendiri yang datang. Maka ya memang kewajiban kami memberitahu kamu." jelas Toto terbata-bata seperti kebingungan.

"Nak Adi. Sejak awal, mungkin kamu tahu. Bahwa saya keberatan padamu, tapi saat ini. Bukan aku yang keberatan, tapi mungkin dirimu yang harus untuk memikirkannya kembali. Sekali lagi tolong maafkan kami." sambung bapak Eli.

Adi mengernyit tak mengerti, "Baiklah. Tak apa, tapi ada apa?" tanya Adu tegas.

Ayah tiri Eli mengambil alih sambil mencondongkan badannya dengan raut serius, "Ini bukan kehendak kami. Ini juga merupakan musibah dan aib bagi kami. Beberapa hari yang lalu, Eli mengalami musibah dan hingga sekarang dia masih pemulihan mental." penjelasan ayah tiri Eli terhenti seperti tak bisa melanjutkan.

"Apa? Musibah apa? Eli baik-baik aja kan? Apa?" sambar Adi khawatir.







Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...

I love you♥

Adi, My Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang