Dito - Part 2

3.7K 175 2
                                    

"Se la mat, selamat pagi juga Bu Titi" jawab ku kaget melihat seseorang yang berdiri di sebelahnya Bu Titi.

Sama hal nya dengan ku, wajahnya juga menampakkan kekagetan. Tetapi aku tidak tau, apa yang dia kaget kan. Apakah dia juga mengenali ku atau dia kaget karena melihat reaksi ku tadi

"Silahkan masuk Bu Titi, silah kan duduk". Ucap ju selanjutnya sambil menetralkan jantungku yang tiba² berdegub kencang.

"Terima kasih Pak, saya cuma mau mengantarkan Mbak Ayu, sekretaris baru Bapak" begitu kira² jawaban dari Ibu Titi.

"Ooo, iya, silah kan duduk Ayu. Terima kasih Bu Titi. Bu Titi bisa kembali ke ruangan". Jawab ku sedatar mungkin.

"Baik, kalo gitu saya permisi ya Pak" lanjut Bu Titi.

Setelah kepergian Bu Titi. Aku masih berkutik dengan pekerjaan ku.  Ku biar kan Ayu menunggu sebentar. Ku lihat dia mengedarkan pendangan nya ke sekeliling ruangan ku.

Yang buat aku kaget, kenapa bisa dia yang jadi sekretaris ku? Jujur saja, sejak awal proses seleksi, aku kurang fokus dengan nama panjang dari para kandidat yang disodorkan oleh HRD kemarin. Yang aku tangkap hanya Ayu ini yang memenuhi kualifikasi. Kmrn aku memang tidak memperhatikan secara detil profil nya dia, bahkan aku melewatkan foto nya.
Karena pikir ku, aku bukan mencari sekretaris yang rupawan, melainkan kinerja nya. Karena dia akan terus mendampingi kerja ku nantinya.

Namun ternyata ketidaktahuan ku tentang ini, membawa ku menemu kan nya. Jika boleh, ingin rasanya aku meloncat² kegirangan melihat siapa yang jadi sekretaris ku sekarang. Sungguh di luar prediksi ku.

Sepertinya, hal itu tidak terjadi dengan nya, dia bahkan tidak mengenali ku. Sikap nya yang cuek, mengisyaratkan bahwa, bahagia ini hanya aku yang merasakannya.

Kutangkap kegugupan di wajah Ayu. Tetapi tidak mengurangi keayuan wajah nya yang sudah ku kagumi sejak dulu.

Aku Dito Pramudya. Anak pertama dari pemilik perusahaan ini. Aku memiliki adik perempuan yang kini sudah berkeluarga dan memiliki seorang bayi laki-laki.
Aku sendiri seorang duda dengan satu orang anak. Anak cantik ku berusia kurang lebih empat tahun.

Yah, kurang lebih empat tahun ini juga aku menjadi seorang single parent bagi Keysha putri Bule ku. Istri ku meninggal saat melahirkan Keysha. Sampai dengan sekarang aku belum menikah lagi. Karena aku belum menemukan nya.

"Selamat bergabung Ayu. Seperti yang sudah Ibu Titi sampaikan mungkin, kamu akan menjadi sekretaris saya. Jika saya lihat dari pengalaman mu, kamu cukup berpotensi di kantor sebelumnya. Lalu, kenapa kamu bisa resign?" Tanya ku memecah keheningan.

"Sebelum nya terima kasih Pak, atas sambutan nya. Saya harap Bapak bisa membimbing saya agar bisa bekerja dengan baik di sini".

"Sebelum nya saya juga sekretaris direksi di kantor yang lama, hanya saja kantor itu kan pindah ke Aceh untuk HO nya, jadi saya harus ikut pindah ke Aceh karena Direksi semua juga pindah ke Aceh"

"Karena saya tidak berkenan pindah, makanya saya putuskan untuk resign".
Jawab nya santai.

Masih seperti Ayu yang ku kenal dulu, dia memang cewek yang pembawaan nya tenang, ramah, gampang bergaul, tetapi tidak masuk dalam pergaulan bebas. Anak rumahan yang shalehah. Aku sering mendapatinya sedang shalat di mesjid kampus.

Dia berpenampilan selayaknya muslimah yang baik, bajunya tidak ketat, berhijab, walau tidak syari, namun tetap sopan dan rapih.

Setelah mendengarkan penjelasannya, aku jelas kan sekilas pekerjaan yang akan dia handle nanti nya.
Aku berusaha se profesional mungkin, menghilangkan rasa deg²an yang sejak tadi belum juga hilang. Aku harus keliatan berwibara, tidak boleh keliatan gugup di dekatnya.

Cinta Pertama (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang