Malam ini Harley sedang membersihkan badan untuk bersiap-siap meluncur ke kasur nya itu. Ia terlalu lelah dan kenyang malam ini. Harley pun berjalan kearah kasur dan merebahkan dirinya sambil bermain hp.
Harley teringat sesuatu. "Eh ini kok keluarga gue belom ngasih gue kado sih. Padahal kan udah malem ini."
"Jangan-jangan mereka lupa lagi sama gue."
"Atau papa mama mau bankrut."
Tanpa Harley sadari, Zara selama ini telah memperhatikan sikap adek kecil nya itu yang memprihatinkan, karena Harley meninggalkan pintu kamar nya itu terbuka jadi Zara bisa melenggang masuk ke kamar adik nya itu.
"Adek gue kenapa makin tua makin gila sih," batin Zara.
Zara berdehem. "Jangan mikir aneh-aneh. Mending kebawa sekarang dan jangan banyak tanya."
Sesampai di bawah ruang keluarga, mata Harley langsung berbinar-binar dengan apa yang dia lihat. Pemandangan yang indah untuk Harley, terlihat 4 kado yang berjejer di meja besar itu. Segera lah ia membuka kado pertama yang tampak paling besar dari yang lain.
"Gila ini kan sepatu yang aku mau,"
"Ini dari siapa?"
"OMG OMG OMG."
"Ternyata kalian emang sultan"
Itulah yang diucapkan Harley saat membuka beberapa kado nya, hingga yang melihat pun ikut tersenyum dengan tingkah nya itu.
Melinda berjalan kearah Harley sambil memegang kue dengan lilin angka 15. "Tiup lilin dulu dek. Jangan lupa make a wish ya tapi wish nya satu aja nanti nggak di kabulin lho."
"Ihh iya iya dehh."
"Semoga aku bisa bahagia tanpa memalsukan kebahagiaan itu," batin Harley.
Mereka semua merayakan ulang tahun Harley dengan hati yang senang dan mereka selalu merasakan kehangatan dengan kehadiran Harley, si manja yang cerewet.
SKIP
Di jam 11 malam ini Harley masih sibuk bermain hp, membalas ucapan teman-teman nya itu. Sampai akhirnya ada satu pikiran yang mengganggu Harley, yaitu lelaki tadi dengan senyum menawan nya. Harley merindukan lelaki itu karena sudah lama sekali mereka tidak bertemu dan tidak berbicara padahal mereka satu sekolah tetapi rasanya ia jarang sekali bertemu dengan nya.
"Alviano Megan," gumam Harley.
Alviano Megan yang kerap dipanggil Vino adalah kakak kelas Harley sejak ia SMP, mereka selisih dua tahun. Menurut banyak orang Vino ini ganteng dan Harley sangat setuju atas itu. Banyak murid yang suka pada nya dan ia tolak begitu saja tetapi ia pernah mendengar bahwa Vino pernah memiliki pacar walau hanya bertahan sebulan. Vino memiliki aura yang kuat dan beriwbawa tetapi walaupun begitu ia sangat petakilan dan murid yang pembangkang. Harley teringat sekali pertemuan pertama mereka saat Harley MOS kelas 7.
FLASHBACK
"Pengumuman bagi murid-murid yang mengikuti MOS diharapkan untuk mengumpulkan tanda tangan semua anggota osis. Jika ada satu tanda tangan kakak osis yang kosong, maka kalian tidak akan lulus MOS. Itu saja sekian dan terima kasih" ucap Vino dengan lantang
Semua murid berbondong-bondong keluar kelas untuk mencari para anggota osis. Di sisi lain Harley sedang melihat dari kejauhan bahwa si ketua osis yang bernama Vino itu, sedang menjahili seorang perempuan yang ingin meminta tanda tangan nya. Ia meringis melihat itu, ia yakin sekali nasib nya akan sama seperti perempuan itu. Harley memberani kan diri untuk menemui Vino setelah adik kelas itu pergi dan saat itulah pertama kalinya harley berbicara dengan Vino.
"Permisi Kak, boleh minta tanda tangan nya nggak?" tanya Harley.
Vino menoleh kearah Harley. Disaat itu yang pertama kali ia lihat adalah tatapan polos yang menggemaskan dari kedua mata Harley yang bulat. Lalu ia beralih ke rambutnya yang panjang lebat tetapi indah dan hidung nya yang tidak mancung dan pesek. Adik kelas nya itu juga memiliki tubuh yang sangat kecil dan bisa terbilang pendek. Vino memang setuju bahwa perempuan didepan nya itu terlihat sangat manis.
"Boleh."
Harley tersenyum senang.
"Tapi ada syaratnya."
Seketika itu senyum nya luntur saat mendengar ucapan kakak kelas nya itu.
"Sebutin nama panjang gue dengan lengkap," ucapnya.
Harley terkejut akan permintaan kakak kelas nya itu tetapi ia terus berusaha untuk mengingat lagi nama panjang si ketua osis itu. Ia ingat betul bahwa kakak kelas nya ini sudah memberitahu nama lengkap nya diperkenalan tadi tetapi sayang Harley tampak nya sudah lupa.
Harley berfikir keras . "Alvino Megan?"
"Salah. Nama gue pake huruf A," ucap Vino.
"Alvano?"
"Bukan."
"Lah terus?"
Vino menatap Harley dengan intens. "Nama gue Alviano Megan bukan Alvano atau Alvino."
Vino mengambil buku Mos dan pulpen Harley dengan paksa dari tangan nya dan ia mulai menandatangani buku Harley. Sebelum memberikan buku itu pada Harley, Vino membuka halaman pertama dan mata nya terus mencari nama si adik kelas nya itu. Sampai akhirnya ia tersenyum saat sudah menemukan apa yang dia cari.
Harley yang melihat buku nya sudah di tanda tangani pun tersenyum bahagia.
"Makasih ya kak Vino. Dadah," Ucap Harley sambil melambai-lambaikan tangan mungil nya itu.
Vino tersenyum tipis melihat tingkah lucu adik kelas nya itu.
Ia terus menggenggam pulpen Harley yang memang sengaja ia ambil tanpa sepengetahuan Harley. Tampak nya gadis itu lupa akan pulpen nya.
"Cih Gadis pelupa," gumam Vino menatap pulpen biru itu.
"Harley violetta," Vino tersenyum miring.
Sejak itu memang Harley dan Vino menjadi lumayan dekat tetapi berjalan nya waktu hubungan mereka merenggang. Harley dan Vino menjalani jalan nya sendiri tetapi ternyata dibalik kerenggangan itu ada alasan nya, hanya Vino yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
Teen FictionIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...