"Lo kemana aja sih? Gue encok nyariin lo sama kak Deno," ucap Harley.
Vino berjalan mendekat kearah nya dengan tersenyum smirk nya. "Akhirnya lo ketemu gue juga kan?"
Harley yang diperlakukan seperti itu merasa gugup. "Ah iya haha. Gu-gu gue mau minta tanda tangan lo."
Vino berjalan lebih dekat. "Apa lo gugup kalau gue kayak gini?"
Harley yang ingin mundur tiba-tiba ditahan oleh Vino dengan tangan nya yang melingkar dipinggang Harley.
"Lo mau ngapain," cicit Harley.
Harley hanya bisa pasrah dengan keadaan ini karena memang tenagan Vino yang sangat kuat. Vino yang melihat pipi Harley memerah pun malah mendekatkan mukanya itu lebih dekat pada Harley. Ia mengikis jarak yang ada diantara mereka.
Tanpa disangka ia menyentil permukaan pipi Harley dengan pelan. "Nggak usah gugup. Tadi ada debu di pipi lo."
Harley yang mendengar itu sangat malu. "YA BILANG DONG DARITADI, NGGAK USAH PAKE DEKET-DEKET GITU TAU."
Vino terkekeh melihat Harley yang sangat lucu ketika sedang marah.
"Udah sini buku Mos lo," ucap Vino.
Harley menyerahkan buku nya pada Vino. "Kak Deno mana?"
"Dia lagi beli makan."
Vino menatap Harley.
"Lo ada apaan sama Rey?" tanya Vino serius.
Harley mengernyitkan dahi nya. "Nggak ada apa-apa tuh. Emang kenapa?"
"Gue liat-liat lo deket sama dia," ucap Vino.
Harley mendengus. "Gue sama dia temenan dan bukan nya lo udah tau dari SMP ya?"
Vino mendecih. "Bertahan juga"
"Hah apa?" tanya Harley bingung.
"Nggak usah dipikirin." Ucap Vino.
Harley memutar bola mata nya malas. "Udah cepetan tanda tangan. Lama banget lo kayak siput."
Vino menoyor kepala Harley. "Yehh sialan lo. Eh tapi sebelum itu, lo sebutin dulu nama lengkap gue"
Harley bingung. "Ngapain? Gue jadi dejavu"
"Udah cepetan ikutin aja."
"Alviano Megan."
Vino tersenyum. "Bagus deh, ternyata lo nggak lupa."
Harley melipat tangan nya di dada dengan tersenyum bangga. "Iya lahh. Mana mungkin gue bisa lupa, secara kan gue pinter."
Vino yang mendengar itu tersenyum simpul dan memberikan buku itu pada pemilik nya.
"Yaudah, makasih yaa Vin. Dahh," Ucap Harley tersenyum.
Vino yang melihat kepergian gadis itu masih tersenyum. "Masih sama kayak 3 tahun yang lalu."
SKIP
Sekarang Harley sudah berada di rumah setelah berlama nya di sekolah menjalani Mos hari pertama. Ia sangat lelah karena hari ini dia sudah dijemur dibawah matahari yang terik ber jam-jam.
"HALOOO, APA ADA ORANG DI RUMAH?!" Teriak Harley.
Zara melipat tangan di dada nya. "Ini rumah bukan kebun binatang."
Harley terkejut. "Nih orang muncul aja tiba-tiba kayak setan."
"Adek kurang ajar lo." Ucap Zara kesal.
Harley terkekeh.
"Nih sebelum kamu keatas, jangan lupa kasih duit ini ke kakak kelas kamu yang namanya Olivia Clara dan jangan lupa besok udah harus dikasih. Ucap Zara dengan memberikan uang tiga lembar seratus ribu.
Harley menaikan sebelah alisnya. "Buat apaan nih?"
"Ini aku nitip duit soalnya kakak beli topi dari kakak nya." Ucap Zara.
Harley mengangguk lalu beranjak keatas untuk istirahat.
"Awas aja itu duit kamu buat jajan."
"Iya tenang aja, kalau buat jajan mah tinggal nyopet." Gumam Harley terkekeh.
Harley membaringkan badannya di kasur setelah mengganti baju sekolahnya itu. Ia menutup matanya sejenak, menikmati kenikmatan kasurnya itu yang ia kangeni. Tiba-tiba ia teringat dengan pertanyaan Vino, si cowok jahil yang akhir-akhir ini memenuhi otak nya.
"Tuh orang ada masalah apaan sih sama Rey?" Gumam Harley.
"Mereka kan dulu deket banget udah kek sodaraan."
FLASHBACK
Harley dengan buku-buku bawaan nya terlihat kesusahan untuk membawanya ke ruang guru. Ia harus melewati kelas 8 dan 9 dulu untuk ke ruang guru karena pasalnya letak ruang guru berada di ujung.
"Permisi, numpang lewat." Ucap Harley.
Reynald yang melihat itu berniat membantu. "Sini deh gue bantuin setengah buku nya, kasian amat lo bawa ginian."
Reynald yang mengambil setengah buku itu membuat Harley tersenyum. "Makasih lhoo baik banget."
Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari jauh.
"REY KE KANTIN YUK" Teriak Vino sambil merangkul Reynald.
"Aduh lepas, tangan lo berat. Gue mau bantuin dia dulu ke ruang guru." Ucap Reynald.
Reynald melihat Harley yang kesusahan itu segera mengambil semua buku itu dari genggaman Harley.
"Eh itu buku-buku kenapa lo ambil?"
"Mending lo balik ke kelas deh, ini buku gue yang bawa. Dasar nyusahin." Ucap Reynald.
"Yeh dasar lo rese. Gue juga nggak minta bantuan lo kali." Ucap Harley kesal.
Reynald terkekeh melihat Harley yang menghentakkan kaki nya pergi berjalan meninggalkan mereka, sedangkan Vino terdiam melihat kepergian gadis itu.
"Udah yuk Vin." Ucap Reynald.
Vino tersadar. "Ayokk."
Tidak ada yang tahu ada apa dengan kedua lelaki itu. Banyak orang tidak mengerti ada masalah apa yang membuat kedua nya itu menjadi bermusuhan, padahal dulu mereka dangat dekat layak nya surat dan perangko. Semua nya membuat banyak pertanyaan muncul di otak Harley dan rasa penasaran yang sangat dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
Teen FictionIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...