TENG TENG
Suara bel istirahat berbunyi dan saatnya murid-murid untuk keluar kelas untuk beristirahat.
Harley yang mendengar bel istirahat tersebut sangat bersemangat untuk ke kantin karena dirinya sangat lapar.
"Va, temenin ke kantin yuk," ajak Harley bersemangat.
Eva hanya memandang wajah Harley dengan malas. "Males."
Harley memandang Eva bingung karena dapat dilihat dari wajah sahabatnya itu yang terlihat tidak mood. Memang menghadapi Eva yang mood-mood an adalah hal yang biasa bagi Harley karena kejadian seperti ini bukan yang pertama kalinya. Eva bisa sangat judes dan diam seketika tanpa alasan kadang memang hal kecil tersebut yang membuat hari Harley menjadi berantakan sekali.
"Lo kenapa? Lagi ada masalah sama pacar lo? Tanya Harley khawatir.
Eva hanya menggelengkan kepalanya, enggan untuk berbicara sepatah kata pun.
"Yaudah, gue ke kantin dulu. Mau nitip sesuatu nggak?"
"Ga."
Harley yang mendengar itu memutuskan untuk ke kantin sendiri dengan suasana hati yang kacau. Ia khawatir kalau dirinya lah yang membuat Eva tidak mood. Harley berfikir sekeras mungkin apa dia yang membuat Eva seperti itu atau dirinya melakukan kesalahan. Ia rasa hari ini semua berjalan seperti biasa. Hingga sampai kantin atas ia melihat betapa ramenya orang-orang pada mengantri untuk beli makanan.
"Sial, beli makanan aja udah kayak ngantri sembako," ucap Harley sambil berjinjit-jinjit melihat sisa makanan yang ada.
"Pendek," ucap seseorang dari belakangnya.
Harley menengok ke belakang. "Vino?! Lo ya masih siang udah ngajakin ribut aja sama gue."
"Yehh padanya tadi gue pengen bantuin lo buat nyerobot tapi lo nya belom apa-apa udah marahin gue," ucap Vino melirik Harley.
Harley yang mendengar itu langsung merubah sikapnya 180 derajat. "Vino, lo hari ini keliatan lebih ganteng deh dari biasanya."
Vino tersenyum geli. "Dasar lo licik."
Vino langsung merangkul bahu Harley dengan kuat, ia membawa Harley masuk kekerumunan orang-orang. Vino mendorong beberapa orang yang menghalangi mereka. Beberapa dari mereka yang melihat itu memberikan candaan pada mereka terutama teman-teman Vino. Ada juga yang tampak kesal dengan pemandangan tersebut, yaitu Reynald.
Vino mendekatkan mulutnya pada kuping sebelah Harley. "Lo mau pesen apa?"
"Na- nasi goreng."
Vino mengangguk. "Mpok Ijah, nasi goreng nya satu ya."
"Oke." Mpon Ijah langsung menyediakan makanan itu dan diberikannya pada Harley. Kemudian Harley memberikan uang 15.000 ribu yang sedari tadi ia pegang sekuat-sekuatnya untuk melampiaskan rasa gugupnya.
Mereka lalu berjalan ke sebuah meja yang sudah ditempati teman-teman Vino. Vino dan Harley disambut oleh senyuman jahil dari mereka.
"Itu tangan lepas udah bisa lepas kali," sindir Rian.
Vino langsung melepas rangkulannya itu dan Harley langsung membuang muka untuk menutupi betapa merah pipinya sekarang ini. Harley berusaha untuk menghirup udara sekuat mungkin karena rasanya sedari tadi ia menahan nafasnya merasakan Vino yang begitu dekat dengannya.
"Yehh seharusnya lo kagak usah sindir-sindir begitu, orang Vino kesenengan bisa ngerangkul Harley," ucap Helia tertawa.
Vino memukul kepala Helia. "Gembel lo."
Mereka tertawa dan Harley merasa canggung memutuskan untuk pergi.
"Harley!! Mau kemana? makan aja sini bareng kita," ajak Olivia.
"Emang nggak papa nih?" tanya Harley tersenyum ragu.
Venus beserta yang lain mengangguk.
"Sini Ley duduk," ucap Devano tersenyum ramah.
Harley pun sekarang duduk bersama mereka dan ia duduk diantara Devano dan Vino. Harley merasakan senang karena mereka mau menerima Harley walaupun selama SMP mereka tidak pernah mengobrol dekat sebelumnya. Harley tidak merasakan canggung sekalipun dengan mereka karena mereka sangat konyol dan lucu sekali. Ia merasa terhibur sekali dengan berbicara pada mereka.
"Ley, lo ambil Ipa atau Ips?," tanya Helia.
"Gue ngambil Ips," jawab Harley.
Helia mengangguk. "Gue kira lo ngambil Ipa ngikutin jejak kakak lo, si Zara."
Rian ikut setuju. "Iya ego kan kakak lo pinter banget tuh sampe terkenal dikalangin guru-guru sama murid-murid."
Olivia menambahkan. "Kakak lo cantik lagi. Gue nge fans."
Harley tertawa. "Gue awalnya bingung sih mau pilih Ipa atau Ipa karena secara gue suka Kimia banget kan sedangkan gue juga tertarik sama sosio, geo gitu-gitu lah. Tapi akhirnya gue mutusin Ips aja lah ikutin jejak Ken."
Venus yang sedang makan itu pun berhenti saat mendengar nama Ken. "Kakak lo ganteng banget bego."
"Makan dulu baru ngomong Nunus," ucap Vino yang sedari tadi menyimak.
Venus mencibir. "Bangsat lo, nama gue bukan Nunus."
Mereka semua tertawa.
Tiba-tiba perhatian mereka semua teralih pada Harley yang tiba-tiba berdiri.
"Mau ngapain?" tanya Vino bingung.
Harley menyengir. "Hehehe, gue masih laper jadi mau pesen lagi."
Mereka semua melongo.
"Kecil-kecil makan banyak juga ya," ucap Alex.
Devano terkekeh. "Kalau pesen sekarang, gue nggak yakin lo bisa makan. Lo liat aja itu makanan udah abis semua dan bentar lagi kayaknya bel. Nih gue kasih lo pangsit goreng gue."
Mata Harley berbinar-binar. "Makasihhhhh Devano."
Mereka semua terkekeh gemas melihat tingkah laku adik kelasnya itu.
"Nih ambil aja," ucap Alex memberikan makanan tambahan pada Harley.
Harley mengangguk semangat.
Helia mendengus. "Lo sama kita aja sombong giliran Harley aja dikasih."
Vino menatap tajam Helia dan dibalas cengiran oleh Helia. Vino beralih menatap Harley dengan senyum manisnya, lalu ia beralih mengelus kepala Harley dengan sayang. "Makan yang banyak ya."
Harley masih terus melanjutkan acara makan nya itu tanpa memperdulikan orang-orang yang terus menatap dirinya, karena bagi Harley makanan adalah segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
Teen FictionIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...