Sekarang ini murid-murid sedang berada di lapangan untuk latihan upacara MOS hari terakhir dan hanya beberapa murid yang dapat terpilih menjadi petugas upacara itu. Harley yang tampak kesal dengan pipi nya yang berawarna merah seperti kepiting rebus saat ini, sedang berlatih mengiringi murid-murid yang paduan suara karena ia terpilih menjadi dirigen. Sejujurnya Harley tidak masalah mendapatkan tugas ini tetapi ia sangat malas harus berlatih dibawah matahari yang memang lagi panas-panas nya di jam 12 sekarang ini.
"Eh udah ya ni latihan nya, gue capek banget sumpah. Kalian latihan aja ya sendiri, gue mau duduk dulu kagak kuat sumpah." Ucap Harley dengan lemas.
Murid-murid yang melihat itu ada yang beberapa tertawa melihat tingkat Harley.
Harley pun duduk bersender di tembok lapangan dengan mata yang terpenjam. Ia terlihat sangat lelah tetapi sangat menggemaskan dengan pipi chubbynya itu yang menjadi merah dan posisi duduk dia yang seperti anak kecil membuat beberapa orang yang melihat dia dibuat gemas olehnya. Reynald yang melihat Harley seperti itu pasrah akan ke gengsiannya itu untuk tidak bicara pada Harley. Ia juga merasa khawatir pada gadis itu yang terlihat sangat lelah.
"Harley, nih gue bawain minum," ucap Reynald.
Harley mendongak keatas dan ia sedikit terkejut dengan kehadiran Reynald, orang yang sudah lama tidak berbicara padanya semenjak kejadian di cafe itu.
"Diambil kali jangan diperhatiin doang."
Harley tersadar dari lamunan nya. "Hahaha makasih ya Rey."
Reynald mengangguk dan duduk disebelah Harley. "Soal waktu itu nggak usah dipikirin. Gue nggak mau kita jadi canggung begini."
Harley terdiam sebentar. "Iya Rey. Gue juga mau minta maaf sama lo atas perlakuan gue di cafe kemarin.
"Lo nggak usah merasa nggak enak sama gue. Kita udah kenal dari lama, Ley."
Harley yang mendengar itu tersenyum tipis sambil menatap Reynald. "Makasih banyak Rey."
Dibalik percakapan manis itu ada lelaki dengan minuman dingin ditangan nya itu. Tadi nya dia akan memberikan minuman itu pada Harley tapi ia urungkan niat nya setelah melihat Reynald lebih duluan.
"Bangsat."
SKIP
Harley dan Eva sekarang sedang mengumpulkan tanda tangan anggota osis dan rasanya susah sekali untuk mendapatkan satu tanda tangan mereka, karena mereka selalu menghindar atau mengerjai mereka. Untuk mendapatkan satunya saja mereka harus menari gaya bebek, menyanyi dangdut atau terkadang mereka malah kabur.
"Ley, gue capek banget sumpah ini masih banyak banget." Ucap Eva.
Harley mengangguk lemas. "Iya sumpah masa mereka tega banget dah. Gue aja kayaknya udah ada 3x nari bebek dah.
"Ley, gue mau istirahat dulu. Lo mau ikut nggak? Kalau nggak nanti gue bisa ditemenin pacar gue kok." Ajak Eva.
"Gue lanjut dulu deh Va nanti lagi ya. Dadahh." Ucap Harley.
"Okay, Semangat!"
Saat sedang berjalan, ia melihat dua kakak kelas nya sedang duduk di depan kelas. Ia berniat menghampiri mereka.
Harley berlari kearah mereka dengan semangat. "Haiiii."
Olivia tersenyum. "Eh Harleyy."
"Haii bocah, semangat banget deh." Ucap Venus.
Harley menekuk mukanya. "Iyaa, abisnya gue udah capek banget ngumpulin tanda tangan gajelas ini."
Olivia tertawa. "Bego, lo ngapain mau disuruh-suruh sih. Ini itu nggak usah lo kumpulin semuanya. Lo cuman perlu minta tanda tangan ketua osis sama wakilnya.
"Sumpah gue kalau jadi lo paling udah berfoya-foya kali di kantin." Ucap Venus tertawa.
Harley tampak bingung dengan ucapan mereka berdua. "Lah tadi kan kalian liat gue joget, Terus kenapa nggak suruh gue stop aja?"
Olivia dan Venus tertawa.
"Gue cocok kali ya jadi pelawak, diketawain mulu sumpah."
"Nih tadinya tuh kita mau bilang ke lo buat nggak usah susah payah cuman gajadi karena liat lo joget begitu lucu, kayak bebek beneran sumpah." Ucap Venus terkekeh.
Harley memutar bola matanya. "Kampret lo pada. Udah ah gue mau pergi daripada jadi korban ketawaan kalian. BYE"
Olivia dan Venus masih tertawa saja melihat tingkah adik kelasnya itu yang menggemaskan. Dalam hati mereka sudah tertanam rasa sayang kepada Harley, ingin rasanya mereka selalu menjaga Harley yang terkesan sangat polos.
Sekarang ini Harley sedang berada di ujung koridor, ia sudah hampir pasrah untuk menemukan Deno dan Vino. Sampai akhirnya ia menemukan satu ruangan yang ada di pojokan, ruangan tersebut bisa jadi tempat Deno dan Vino bersembunyi. Tetapi ketika dibuka ia hanya melihat kegelapan.
"Nih ruangan angker nggak sih? Serem banget dah aura nya." Gumam Harley sambil terus berjalan ke dalam ruangan tersebut.
Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki seseorang dari belakang.
DUG
Lampu pun nyala bertepatan dengan suara pintu tersebut yang ternyata di tutup oleh seseorang.
Ternyata orang yang menutup pintu itu adalah orang yang ia cari, Alviano
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
Teen FictionIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...