Pagi ini Harley sudah terlihat rapih dengan baju SMA nya itu, ia sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah karena ia sudah muak berlibur lama-lama. Harley hari ini akan diantar oleh pak Yudi karena yang Melinda dan Raymond sibuk sedangka Zara dan Ken juga ada sekolah di pagi hari.
Harley berlari menuruni tangga. "PAK YUDI, AYO BERANGKAT!" teriak Harley dengan semangat.
"Oke non," ucap pak Yudi.
Sebelum berangkat Harley teringat oleh sesuatu.
Harley menepuk jidat. "Oh iya name tag lupa lagi."
"Pak Yud, tunggu di mobil sebentar ya. Harley mau ngambil name tag dulu."
Harley langsung berlari keatas dan mengambil name tagnya yang berada di meja belajar nya itu.
"Ayo pak kita jalan, Harley takut telat."
"Oke non."
SKIP
Harley saat ini sedang mencari keberadaan teman-teman nya, ia tampak bingung dimana tempat mos dilaksanakan. Untung nya diperjalanan, ia melihat ada satu kakak osis yang terlihat kebingungan dan tersesat juga. Harley yakin bahwa kakak osis itu telat datang karena seharusnya anggota osis hadir dari satu jam sebelum acara mos dimulai.
Harley menghampiri kakak kelasnya itu. "Kak Olivia, tau nggak dimana ngumpul nya?"
Perempuan yang bernama Olivia itu menoleh. "Oh gue juga nggak tau deh dimana."
Perempuan yang berbicara pada Harley itu bernama Olivia Clara. Dia merupakan siswi kelas 12 yang sejak SMP sudah di sekolah Adhitama, makanya Harley dapat mengenal langsung kakak kelas nya itu. Olivia dan Harley tidak pernah berbicara sebelum nya karena mungkin sikap mereka yang sama-sama cuek terhadap orang lain, jadi benar-benar acuh tak acuh. Walau Harley adalah orang yang sangat friendly, tetapi ia tidak pernah ikut campur dengan urusan orang lain. Ia akan berbicara hanya pada orang yang dia rasa kenal, jika tidak dekat maka ia akan terkesan judes.
Harley mengangguk. "Oke, makasih ya."
DRTTT
"Liv ke lapangan atas sekarang. Lo dicariin sama pak Ari."
"Oke thanks."
"Harleyyyy." teriak Olivia dari jauh.
Harley menoleh. "Kenapa kak?"
"Ke lapangan atas."
"Oke, Thanks ya kak," ucap Harley tersenyum.
Sesampainya di atas, ia melihat banyak sekali murid-murid yang tampak nya sudah baris di lapangan. Sekarang ini yang perlu ia cari adalah Eva karena ia tidak mau sendiri di kerumunan-kerumunan orang yang tidak ia kenal ini. Sampai akhirnya ia menangkap si rambut coklat panjang itu yang di kuncir satu itu yang dia yakini adalah Eva.
"Oi Va, ini ngapain coba kita di jemur di lapangan, orang masih pagi juga udah pake acara beginian." ucap Harley kesal.
Eva menoleh. "Lo ya baru dateng aja udah ngomel sana sini kayak mak-mak."
Harley terus mengipas-ngipaskan mukanya itu dengan tangan nya.
"Selamat pagi semuanya, pagi ini kita akan upacara bendera. Diharapkan semua nya berdiri tepat pada barisan nya masing-masing dan jangan ada yang berisik selama upacara berlangsung. ucap Deno, si ketua osis.
Upacara berlangsung di bawah matahari yang cukup terik. Harley yang selalu benci dengan matahari pun tidak berhenti mengeluh pada sahabat nya itu, sampai rasanya kuping Eva ingin mengeluarkan darah. Hingga akhirnya pada mengheningkan cipta, Harley yang menunduk kebawah dibingungkan dengan pemandangan yang ia lihat, yaitu beberapa bercak darah.
"Ssst sssst. Va itu darah siapa?," ucap Harley menoleh.
Eva membelalakan mata nya. "BEGO, LO MIMISAN TOLOL."
Perkataan Eva membuat beberapa murid menoleh pada nya dan Harley yang mendengar itu langsung mengusap hidungnya dengan senang.
Harley yang mendengar itu malah tersenyum senang. "Tenang aja Va bagi gue ini tuh mujizat indah."
Eva yang melihat itu merinding. "Dasar sahabat gue psikopat."
Harley yang berjalan santai melewati beberapa murid pun terlihat oleh Vino berada di pinggir barisan.
Dengan cepat Vino menghampiri Harley dan memegang kedua bahu nya. "Ley, lo mimisan!"
Harley memutar bola mata nya. "Gue juga tau kali, makanya gue mau keluar dari lapangan terkutuk ini."
"Udah lo nggak usah banyak bercanda. Ayo keluar gue anter ke kelas aja soalnya uks belum buka jam segini." Ucap Vino khawatir merangkul Harley.
Harley yang mendengar itu tersenyum kemenangan. "Iya ayoo Vin. Gue pusing banget sih gila gila." ucap nya dramatis.
Vino pun memutuskan untuk membawa Harley ke kelas nya dikarenakan kelas lain sengaja dikunci agar siswa-siswi tidak ada yang masuk. Selanjutnya Vino mendudukan Harley di kursi nya.
"Lo ada tissue nggak?" tanya Vino sambil menatap wajah Harley.
"Nggak." ucapnya
"Cihh nyusahin lo." jawab Vino.
Vino membuka tas nya dan menemukan tissue di tas nya itu. Ia pun mendekat kearah Harley yang posisi nya sedang duduk. Jarak mereka bisa terbilang dekat sampai-sampai Vino bisa medengar nafas Harley yang tidak beraturan.
"Eh lo mau ngapain? Jangan deket-deket." cicit Harley.
"Gue mau ngelap darah lo dari idung, bocah."
Vino yang melakukan nya secara pelan-pelan membuat Harley ingin rasanya mati saja, dengan tatapan yang menghanyutkan itu membuat jantung Harley terus berdetak lebih cepat dari biasanya.
Vino yang melihat ekspresi Harley dibuat gemas, rasanya ia ingin memeluk gadis itu dan menjadikan miliknya. "Sial."
Harley sadar akan itu. "Hah?"
Vino membalikan badan nya untuk menutupi wajah nya yang memerah. Sedetik kemudian ia berbalik. "Lo jangan buat ekspresi gitu lagi apalagi sama orang lain. Nih lo lap sendiri, gue mau keatas."
Harley yang melihat tingkah laku Vino itu dibuat bingung. "Aneh"
Tiba-tiba terdengar suara beberapa orang yang terjatuh dari balik lemari.
BUG
"Bego lo ngapain sih dorong gue." ucap suara seorang perempuan kesal.
"Kalian ngapain?" tanya Harley polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
Teen FictionIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...