Vino dan teman-teman nya sekarang sedang berkumpul di kantin atas. Mereka sedang ber istirahat sambil bercanda ria. Vino bersama teman-teman nya merupakan anggota osis tetapi mereka juga bukan anak- anak baik yang dibangga-banggakan oleh guru. Beberapa dari mereka memang menyukai osis tetapi kebanyakan dari mereka masuk osis hanya untuk alasan keluar kelas.
"Woi Vin itu tadi adek kelas yang lo belain kan?" tanya lelaki berambut hitam menggunakan kacamata.
Vino menoleh, mencari keberadaan orang yang ditanya teman nya itu.
"YHAAA NYARIIN KAN LO HAHAHAHA." ucap nya meledek.
Vino memukul lelaki itu menggunakan sendok teman sebelah nya. "Anjing lu."
Cowok yang tadi meledek Vino merupakan salah satu teman dekat Vino yang bernama Rian. Rian merupakan murid kelas 12 Ipa yang sangat jago bermain basket dan futsal. Dia dan segala kemampuan nya itu dapat menarik banyak nya perempuan untuk menyukai dirinya, tapi sayang nya dia sudah mempunyai incaran yaitu anak baru kelas 12 yang akan masuk kelas ips, bernama Misha.
"WOI SENDOK GUE JADI KOTOR TAI." ucap Helia yang merupakan orang sebelah Vino.
"LU NGGAK USAH TERIAK KAMPRET. GUE JADI KESELEK DENGER SUARA CEMPRENG LO." jawab seorang lelaki bernama Devano teriak.
Vino menatap kedua sahabat nya itu dengan sinis. "Lo berdua sama aja bego, suara kayak kaleng kerupuk."
Nah laki-laki yang Vino tatap sinis merupakan Helia dan Devano. Mereka adalah teman dekat Vino sejak SMP. Mereka berdua sama-sama receh dan berisik sampai terkadang Vino bisa sangat pusing jika mendengar mereka mengoceh atau bercanda. Walaupun mereka memiliki humor yang sama, tetapi mereka juga mempunyai banyak perbedaan. Kalau Helia merupakan anak kelas Ips yang sangat tertarik dengan dunia politik atau semacam hal-hal yang rumit, berbeda lagi dengan Devano si murid Ipa yang sangat menyukai hal-hal berbau musik. Ada juga satu persamaan mereka miliki yaitu untuk bisa membaca pikiran teman nya itu, Vino. Mereka selalu bingung dengan sikap Vino yang sangat cuek terhadap orang-orang disekitar nya terutama perempuan. Mereka sangat hafal dengan jawaban Vino ketika ada cewek yang ingin mendekati dirinya, "Jangan peduliin gue soalnya lo nanti sakit hati kalau gue lebih sering ke gereja daripada ngapelin lo." Memang aneh teman nya.
Lelaki dihadapan Devano menoleh. "Udah lo bertiga sama aja, mending diem."
Devano mendengus. "Yehh dasar lo macan dingin.
Jika teman-teman Vino yang lain berisik dan petakilan, kalau yang ini adalah dingin. Dia adalah Alex, teman Vino yang paling kalem dam pintar. Alex ini memang tidak benar-benar dingin yang tidak bisa berbicara, tetapi dia memang berbicara seadanya dan tidak pernah bertingkah memalukan. Dia adalah murid kelas Ipa yang sering sekali memenangkan kompetisi Fisika tetapi bukan berarti dia adalah murid kebanggaan guru. Dia merupakan anak yang bandel juga walaupun sangat pintar. Alex sudah mempunyai pacar bernama Olivia tetapi hubungan mereka memang tidak pernah diumbar maka tidak banyak yang tahu.
"Cewek lo mana Lex?" tanya Vino.
Alex menaikan sebelah alisnya. "Paling sama Venus. Kenapa emang?"
"Paling si Vino nyariin adek kelas itu," celetuk Helia.
"Apaan sih ngarang lo," Ucap Vino mendengus.
Devano tersenyum miring. "Harley di kantin bawah Vin."
Vino langsung menatap Devano. "Maksud lo?"
"Kalau mau nyariin bilang aja kali nggak usah sok nggak peduli gitu."
"Vino bisa gengsi juga ya." ledek Rian yang sedari tadi menyimak.
Devano dan Helia saling melihat dan tertawa sedangkan Alex tersenyum tipis melihat Vino yang memerah pipi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
JugendliteraturIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...