Hari ini adalah hari dimana Harley akan masuk sekolah untuk pembahasan mengenai MOS. Ia sangat semangat untuk kembali bersekolah, karena jujur saja ia sudah bosan dengan liburan. Menurut Harley sekolah adalah tempat yang lebih baik untuk ia teralih dari masalah-masalah nya di rumah, makanya sekolah tidak seburuk itu bagi Harley. Sekolah akan dimulai jam 8 pagi tepat nya hari Jumat dan akan dipulangkan jam 10 karena hari ini cukup dengan perkenalan dan pembahasan.
Sekarang ini Harley sedang berlari menaiki tangga ke lantai dua untuk mencari kelas terujung. Ia merutuki kebodohan sahabat nya itu karena salah memberikan info kepadanya.
"Hadeuhhh sialan Eva, pake salah ngabarin jam masuk lagi. Sekarang gini nasib gue harus ngaret sejam."
Saat sudah sampai depan kelas, ia melihat ada seoarang kakak kelas yang bertugas berjaga di depan. "Permisi kak, saya masih boleh masuk kan?"
"Oh iya, masuk aja tapi lewat belakang ya."
Harley memasuki pintu belakang dan matanya mencari-cari keberadaan sahabat nya itu. Sampai akhirnya mata nya tertuju pada sekumpulan anak laki-laki yang berada di belakang. Disitu ia melihat Reynald dan beberapa teman nya yang juga sadar akan kehadiran Harley. Mereka emantap Harley dari bawah hingga atas dan itu membuat nya sangat tidak nyaman. Segera lah Harley berjalan kearah tempat duduk Eva untuk menghindari tatapan mereka.
"Va, bego nya gue sampe ubun-ubun masa. Si Reynald kan anak osis, kenapa gue bisa lupa coba," ucap Harley meringis.
Eva menoleh. "Lo mana pernah sih nggak lupa."
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari depan yang membuat Harley dan Eva sangat malu.
"EH ITU YANG DI BELAKANG JANGAN NGOBROL TERUS."
Ternyata teriakan itu berasa dari sang ketua osis yang bernama Deno. Harley yang merasa ditegur langsung menoleh kedepan untuk menatap Deno, tetapi tatapan itu malah berakhir dengan orang yang berada disebelah Deno, yaitu Alviano. Tatapan mereka bertemu selama 10 detik hingga akhirnya Harley memutuskan untuk mengalihkan tatapan itu.
Terdengar pula suara candaan yang berasa dari teman-teman Reynald.
"Naldddd."
"Nald siapa tuh yang ditegur."
"Ohhh jadi itu yang nolak Reynald."
"Harleyy."
Harley yang mendengar itu merasa malu tetapi dia memaklumi sikap teman-teman Reynald yang seperti itu, karena pada dasar nya mereka memang tengil.
"Kalau masih mau berisik, tolong keluar sekarang juga dari kelas ini."
Semua mata teralih pada Alviano, orang yang memang sengaja menyindir teman-teman Reynald.
Deno yang merasakan ketegangan itu memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan nya. "Hari Senin yang kalian harus bawa adalah topi, nametag berukuran besar, baju ganti, celana olahraga, peralatan sekolah dan juga buku MOS. Harap semuanya dapat datang tepat waktu dan jika ada yang telat maka yang telat akan kami hukum," ucap Deno.
"Jangan lupa mulai dari hari senin kalian sudah dapat mengumpulkan tanda tangan kakak osis dan jangan lupa semua nya harus terisi. Terima kasih bagi yang sudah datang hari ini dan sampai jumpa minggu depan," sambung Vino.
Semua murid yang telah dibubarkan langsung pulang begitu saja dan hingga dalam hitungan menit sekolah sudah sangat sepi. Saat ini Harley sedang di depan sekolah untuk menunggu jemputan Melinda dan juga ia sekalian menemani sahabat nya itu untuk memesan ojek online.
"Ley, nanti malem bantuan gue milih baju dong," ucap Eva memohon.
Harley menaikan sebelah alis nya. "Buat ngapain emang?"
"Gue tuh mau nge date sama pacar gue, kan sekarang gue udah lepas jabatan dari jomblo miris," jawab Eva tersenyum.
Memang pasal nya sejak 5 bulan yang lalu, Eva sudah sangat dekat dengan teman sekelas nya itu yang bernama Jerry. Jerry yang awal nya tidak tertarik pada Eva pun jadi tertarik disebabkan Eva yang selalu curhat ke Jerry dan itu mengakibatkan Jerry jadi baper pada Eva. Akhirnya pun setelah 5 bulan dekat, Eva dan Jerry sudah jadian seminggu yang lalu.
"Iya deh nanti gue bantuin. Lo tinggal kirim foto aja ke gue ya, tapi kalo gue nggak jawab berati gue sibuk," Ucap Harley sombong.
Eva terkekeh. "sok lo."
"Va gue ke toilet dulu ya, kebelet."
Harley pun berjalan ke toilet dengan muka malas nya karena memang toilet di lantai satu terletak paling ujung sekali, sehingga membuat nya malas. Setelah melakukan aktivitas nya itu ia melihat ada panggilan dari Raymond. Ia segera mengangkat panggilan itu dengan suasana hati yang tidak enak.
"Harley."
"Kenapa?"
"Kamu kenapa nggak ngasih tau papa kalu ada sekolah hari ini?"
Dugaan Harley betul, ia dapat mendengar kekesalan ayahnya dari nada ia berbicara.
"Aku kira papa kan udah tau."
"Kamu kenapa nggak ngasih tau papa? Kamu sengaja biar mama yang nganter kamu? Kamu nggak mau dianter papa?"
Terdengar Raymond yang semakin kesal membuat Harley mendengus.
"Yaa nggak, aku pikir papa kan udah tau dari mama. Lagian aku kira kan papa sibuk soalnya sekolah harley masuk nya lumayan siang," ucap nya berusaha tenang.
TUT
Ternyata Raymond mematikan telepon itu langsung.
"Tai, udah ngomong panjang malah dimatiin bukan nya dijawab kek."
TING
Baru ingin memasukan hp nya kedalam saku ia sudah mendapatkan dua notifikasi dari mama nya di WA.
Dek, kamu lainkali kasih tau papa kalau mau sekolah.
Papa marah sama mama tuh, tadi ribut.
Harley menghembuskan nafas dan bersandar di tembok. "ribut mulu."
Hingga suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar.
"kalau mau telfonan, jangan di depan toilet apalagi toilet yang disini. Soalnya banyak yang bisa denger dan untungnya yang denger itu gue.
Ia berjalan kedepan Harley sehingga membuat Harley harus mendongakkan kepala nya. "Lo denger?"
"Gue punya kuping dan jelas-jelas toilet perempuan itu sebelah toilet laki-laki. Coba liat lagi kalau lo lupa," ucap Vino agak menunduk karena perbedaan tinggi mereka.
Harley yang mendengar itu terdiam. "Iya juga ya, udah tadi gue ngomong agak kenceng lagi," batin nya.
Kemudian Vino menatap Harley dengan intens, dengan jarak yang bisa dibilang lumayan dekat. Harley dapat merasakan jantung nya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Melihat Harley yang gugup seperti itu, Vino mempunya ide untuk menjahili Harley. Ia mulai tersenyum miring lalu mendekatkan mukanya pada muka Harley, lalu senyuman itu diganti dengan tatapan menusuk. Vino sekarang dapat melihat Harley yang mulai bekeringan dingin akan perbuatan nya, ia hampir saja tertawa akan hal itu.
"lo mau apa?" cicit Harley.
Vino memerhatikan wajah lucu Harley lalu tersenyum manis dihadapan muka nya. "Lo nggak usah malu. Semua orang nggak ada yang suka hidup kayak lo tapi mereka lebih pinter aja nyembunyiin itu semua."
Harley yang mendengar itu dibuat mati kutu seketika dengan pipi nya yang memerah.
Vino kemudian meninggalkan Harley yang masih terdiam di tempat nya itu dan Harley yang melihat Vino sudah cukup jauh berteriak. "LO NGGAK MEMBANTU SAMA SEKALI VINO!"
Vino yang mendengar itu terkekeh. "Tampak nya gue lebih pinter dari lo ley."
16 JULI 2019 : 6 bulan sebelum kepergian.
KAMU SEDANG MEMBACA
20th of January
Teen FictionIni kisah tentang sisa waktu yang aku lewati semasa remaja di Jakarta. Aku dengan segala kecuekan ku tidak pernah sekalipun peduli dengan sisa hari yang aku punya. Sampai akhirnya aku menginjak umur 16 tahun, aku mulai terpikirkan tentang kepergian...