Chapter 6 : Pergi Sekolah Bareng Angga

63 12 10
                                    

Sekitar pukul 04.30 pagi, Acha bangun tidur. Seperti biasa, Acha menjalankan rutinitas paginya. Hari ini Acha merasa lebih baik dibandingkan kemarin. Apalagi, pagi ini ia akan berangkat bersama Angga, pria tampan yang disukainya sejak SMP. Setelah rutinitas paginya selesai, Acha segera turun untuk sarapan.
"Bagaimana kondisi kamu, Cha?" tanya Andreas, sang papa.

"Acha sekarang sudah mendingan, Pa."

"Syukurlah, kalau kamu sudah mendingan. Oh, iya Angga jadi jemput kamu?"

"Jadi, Ma. Katanya bentar lagi sampai."

"Cie, cie, Angga kan cowok yang kamu sukai sejak SMP kan?"

"Iya, Pa. Acha senang banget bakal dijemput sama Angga."

"Ya sudah, sekarang kamu sarapan. Nanti Angganya keburu datang."

**
Pukul 05.30, Angga tiba di depan rumah Acha. Angga turun dari mobilnya dan segera mengetuk pintu rumah Acha.
"Permisi."

Tak lama, Andreas keluar membukakan pintu.
"Eh, Nak Angga ya?"

"Iya, Om. Saya Angga."

"Saya Andreas, Papanya Acha."

"Salam kenal, Om."

Angga menyalami Andreas. Tak lama, Acha serta Anna keluar.
"Nah, Angga ini Achanya sudah siap. Kamu jaga dia baik-baik ya!"

"Iya, Nak Angga. Tolong jaga anak Tante dengan baik ya!"

"Siap, Om, Tante. Saya akan jaga Acha dengan baik. Yuk, Cha! Kita berangkat sekarang."

"Iya, iya. Ma, Pa, Acha sama Angga pamit ya!"

"Saya permisi, Om, Tante."

"Hati-hati di jalan. Nyetirnya jangan ngebut."

"Siap, Om."

Angga dan Acha berangkat ke sekolah. Sepanjang perjalanan, Angga kembali diam dan fokus mengendarai. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Sesampainya di sekolah, Angga baru mengeluarkan suaranya.
"Turun, sudah sampai."

"Makasih, Angga."

Tak ada jawaban dari Angga. Acha turun dari mobil. Sedangkan pria tersebut masih berada di dalam mobil.
"Angga nggak turun?"

"Nanti gue turun. Lo duluan saja."

"Oke, deh."

Setelah menutup pintu mobil Angga, Acha segera menuju kelasnya.
"Hmm, kira-kira Angga ngapain ya di mobil? Kok dia nggak turun? Aneh banget. Ah, bukan urusan Acha. Yang penting Angga sudah jemput Acha ke rumah. Makasih, Angga!"

**
Bel pulang sekolah telah berbunyi, anak-anak SMA Garuda mulai berhamburan keluar kelas.

"Ga, gue balik duluan ya! Gue mau pacaran dulu sama Anes."

"Oh, oke. Dasar bucin lo!"

"Biarin, daripada lo jomlo terus. Gue pamit ya!"

Aldy menghampiri Anes dan Acha.
"Sayang, ayo kita pergi sekarang! Nanti telat lagi ke bioskopnya. Cha, kami pamit ya?"

"Oke, deh. Selamat pacaran."

"Oh, iya lo juga. Selamat berduaan sama Angga. Lo pulang bareng Angga kan?"

"Iya, Nes. Gue pulang bareng Angga."

"Bye, Cha. Sampai ketemu hari Senin."

Aldy dan Anes keluar kelas. Kini Acha hanya seorang diri di kelas.
"Loh, Angga mana? Kok nggak ada? Bukannya tadi dia masih di sini? Apa dia ke mobil duluan ya?"

Tiba-tiba, ponsel Acha bergetar. Acha mengambil ponsel dari saku roknya.
Gue sudah ada di mobil. Lo buruan ke sini atau gue tinggal 14:15

"Iya, Angga. Acha ke sana sekarang. Sent!"

Acha langsung menuju parkiran.
"Maaf, Ga. Tadi Acha ngobrol dulu sama Anes sebentar."

"Lama banget sih, gue sudah nunggu lo lumayan lama."

"Maaf, sekarang kita langsung pulang kan?"

"Nggak, gue mau makan dulu. Lo nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa. Acha ikut Angga saja."

"Bagus, lo tahu diri berarti. Kalau numpang lo harus ikuti pemilik mobil."

"Iya, Angga. Acha tahu kok."

"Kita berangkat sekarang ya!"

Angga menjalankan mobilnya. Seperti tadi pagi, Angga sepanjang perjalanan hanya fokus menyetir dan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Hmm, ini Angga kenapa sih setiap di mobil diam saja? Apa Acha coba ajak ngobrol gitu? Mana audio playernya juga nggak dinyalain. Sepi nggak enak tahu, Angga. Acha pun mencoba membuka obrolan.
"Angga."

"Ada apa, Cha?"

"Angga kenapa dari tadi diam saja sih? Kan mobilnya jadi sepi. Terus kenapa audio playernya nggak dinyalain saja biar nggak sepi?"

"Gue lagi fokus nyetir, Cha. Gue memang gini kalau nyetir, jarang setel musik. Kenapa sepi banget ya?"

"Iya, sepi banget."

"Ya sudah, gue nyalain deh biar nggak terlalu sepi."

Angga menyalakan audio player.
"Nah, gini kan enak. Nggak terlalu sepi. Oh, iya Acha mau nanya sesuatu boleh?"

"Nanya apaan?"

"Angga anak tunggal ya?"

"Nggak, gue punya seorang kakak perempuan. Kak Anggi namanya."

"Oh, gitu. Kirain Acha, Angga anak tunggal."

"Sok tahu lo!"

"Oh, iya kita mau makan di mana sih?"

"Gue mau makan Warung Bakso Mang Mamat. Lo suka bakso kan?"

"Acha suka banget sama bakso. Kok Angga tahu sih makanan favorit Acha?"

"Gue sering lihat lo makan bakso di kantin."

"Oh, gitu."

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah warung bakso sederhana.
"Yuk, turun!"

"Angga yakin bisa makan di tempat seperti ini? Tempatnya kecil loh."

"Yakin, gue sudah sering makan di sini. Memangnya kenapa?"

"Kan Angga anak orang kaya. Masa makan di tempat sempit dan sederhana seperti ini."

"Asalkan bersih, gue nggak masalah. Ayo! Lo cerewet banget sih. Gue sudah lapar nih."

Mereka turun dari mobil dan segera memasuki warung bakso tersebut.

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?
Suka nggak?

©2021 By WillsonEPBagaimana chapter kali ini?Suka nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Love You AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang