Chapter 10 : Cowok Itu

61 10 4
                                    

Hari Senin telah tiba. Acha telah bersiap untuk pergi sekolah. Saat ini, Acha sedang menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya, Andreas dan Anna.
"Ma, Pa, Acha sudah selesai sarapannya. Acha berangkat ke sekolah dulu."

"Kamu berangkat bareng Angga lagi?"

"Nggak, Pa. Hari ini Acha berangkat sendiri."

"Ya sudah, kamu hati-hati."

"Oke, Pa. Acha pamit ya!"

Acha keluar rumah. Di hadapannya kini ada seorang cowok menyebalkan sedang berdiri di depan pintu.
"Cha, gue..."

"Lo mau ngapain ke sini? Pergi!"

"Gue mau minta maaf sama lo atas kelakuan gue kemarin-kemarin."

Daniel menggenggam tangan Acha.
"Cha, maafin gue. Gue khilaf kemarin."

"Lepasin! Jangan sentuh gue."

"Cha, please maafin gue. Gue ngaku salah."

"Lo pulang, gue mau berangkat sekolah."

Acha menaiki motornya.
"Cha, lo maafin gue dulu. Baru lo boleh pergi."

"Lepas, Daniel! Gue mau sekolah!"

"Lo lepasin Acha!"

Angga tiba-tiba datang menghampiri.
"Lo mau ngapain Acha lagi, Nil?" tanya Angga emosi.

"Tenang, Ga. Gue ke sini hanya mau minta maaf. Cha, maafin gue."

Acha terdiam sejenak.
"Angga, ayo kita berangkat sekolah! Kita tinggalkan saja cowok brengsek ini."

Acha menggandeng tangan Angga menuju mobil Angga.
"Cha, tunggu! Lo sudah maafin gue kan? Cha!"

Angga menjalankan mobilnya. Selama perjalanan, Acha hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

"Kalau lo mau nangis, keluarin saja. Jangan ditahan."

"Dasar, Daniel brengsek! Bejat!"

**

20 menit kemudian, mereka tiba di sekolah. Kini mobil Angga telah terparkir di parkiran SMA Garuda. Suasananya masih sangat sepi karena masih menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit.
"Bagaimana perasaan lo sekarang? Sudah agak lega kan?"

"Hmm, Acha sudah mendingan. Oh, iya kok Angga tadi ke rumah Acha sih? Bukannya Angga hari ini nggak jemput Acha lagi?"

"Tadinya begitu, tapi gue khawatir sama lo. Takut lo didatangi cowok brengsek itu. Eh, ternyata benar. Untung gue datang."

"Makasih, Ga. Acha turun duluan ya!"

"Iya."

Acha turun dan segera menuju kelas. Kelas masih sepi, belum ada murid yang datang.
"Baguslah kelasnya masih kosong. Jadi Acha masih bisa menenangkan diri dulu tanpa diganggu orang lain."

Waktu telah menunjukkan pukul 06.15, murid-murid SMA Garuda mulai berdatangan.
"Hai, Cha!" sapa Anes yang baru saja memasuki kelas.

"Eh, Nes. Tumben lo baru dateng, biasanya datang pagi."

"Iya, nih. Hari ini Aldy jemputnya telat. Katanya isi angin dulu, ban mobilnya kempes. Jadi aja kesiangan."

"Oh, gitu. Sekarang Aldynya mana?"

"Lagi ke kantin dulu bareng Angga. Oh, iya lo ke sekolah bareng Angga lagi ya? Kok bisa sih? Cerita dong."

"Maaf, Nes. Gue lagi nggak mau bahas itu."

"Ya sudah, kalau gitu. Kita bahas yang lain saja deh."

**
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh murid SMA Garuda mulai berhamburan keluar dari kelas masing-masing.
"Ga, gue sama Anes pulang duluan ya? Lo pulang sama Acha kan?"

"Iya. Lo hati-hati."

"Siap, Bos! Yuk, Nes!"

"Cha, gue balik duluan ya!"

"Okay, Nes."

Aldy dan Anes meninggalkan kelas. Di kelas kini hanya ada Angga dan Acha.
"Ayo, kita pulang sekarang! Gue masih ada urusan lain."

"Iya, iya, sebentar."

Acha memasukkan buku-buku pelajaran yang belum sempat ia masukkan tadi.
"Semuanya sudah masuk, ayo kita ke parkiran!"

Angga dan Acha berjalan menuju parkiran. Di parkiran, mereka melihat sosok pria berhoodie hitam sedang duduk di cup mobil Mercedes Angga. Pria tersebut tak lain adalah Daniel-pria yang tadi pagi mengganggu Acha.
"Lo lagi, lo lagi, mau ngapain lagi sih lo?"

"Gue ke sini mau ketemu sama Acha. Gue mau minta maaf."

"Gue minta lo pergi! Jangan muncul di hadapan gue lagi! Gue benci sama lo!"

"Lo dengar sendiri kan Acha bilang apa? Sekarang lo pergi dan jangan ganggu dia."

"Oke, gue akan pergi. Gue kasih lo waktu lagi buat maafin gue. Bye!"

Pria bernama Daniel tersebut pergi dan segera naik ke mobilnya.
"Dia sudah pergi. Sekarang kita pulang ya!"

Angga mengantar Acha masuk ke mobilnya. Selama perjalanan, Acha kembali menangis. Setiap melihat wajah Daniel, ia teringat kejadian tersebut.
"Gue... suka sama lo, Cha. Gue fans rahasia lo yang kirim bubur."

"Apa? Daniel suka sama Acha?"

"Iya, Cha. Gue suka sama lo. Sekarang lo akan jadi milik gue."

"Lepasin gue! Lepasin!" teriak Acha tiba-tiba.

Mendengar teriakan Acha, Angga langsung menepi dan menghentikan mobilnya.
"Lo baik-baik saja?"

"Maaf, Acha keinget sama kejadian itu."

Angga mengambil sebotol air mineral untuk Acha.
"Ini minum dulu. Biar lo tenang."

"Makasih, Angga. Lo baik banget sama gue."

"Sekarang kita jalan lagi ya?"

"Iya."

Angga kembali menjalankan mobilnya menuju rumah Acha. Sekitar pukul 15.10, mereka tiba di rumah Acha. Setelah tadi menangis cukup lama, Acha sampai ketiduran.
"Cha, bangun sudah sampai."

Acha masih terlelap.
"Hmm, dia tidurnya nyenyak banget. Jadi nggak enak bangunin dia. Apa gue tunggu saja dia bangun ya? Kasihan kalau dibangunin sekarang."

Akhirnya Angga memutuskan untuk menunggu hingga Acha bangun. Satu jam kemudian, Acha terbangun.
"Hmm, sudah sampai kok nggak dibangunin sih? Ini kenapa lagi, jaketnya Angga ada di sini."

"Lo sudah bangun ternyata? Gue tungguin lo bangun lama amat," protes Angga yang baru saja bangun karena ketiduran juga.

"Kenapa nggak dibangunin? Kan Angga tinggal bangunin kalau sudah sampai."

"Gue sudah bangunin lo, tapi lo nggak bangun-bangun terpaksa gue tungguin lo tidur. Sekarang lo turun."

"Ah, masa sih? Nggak kedengeran. By the way, thanks ya sudah antar Acha ke sekolah dan pulang."

"Sama-sama. Sekarang lo turun deh. Nanti Mama lo nyariin."

Setelah Acha turun dan masuk ke rumahnya, Angga langsung menjalankan mobil Mercedes miliknya menuju rumah.

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?
Suka nggak?
Berikan komentarmu!
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Hari Minggu ya (。•̀ᴗ-)✧

Hari Minggu ya (。•̀ᴗ-)✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Love You AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang