"Acha baik-baik saja, Ga. Jujur Acha sudah suka sama Angga sejak SMP. Acha sayang sama Angga. Acha merasa nyaman setiap dekat Angga. Angga mau kan jadi pacar Acha?"
Angga terdiam sejenak. Ekspresinya sangatlah datar.
"Sudah pengakuannya?" tanya Angga dingin."Sudah. Maaf, kalau Acha langsung blak-blakan ngomongnya. Jadi gimana jawaban Angga?"
Beberapa saat kemudian, Andreas dan Anna memasuki ruangan.
"Bagaimana kondisi kamu, Sayang?" tanya Andreas khawatir."Iya, kamu kenapa bisa jatuh dari motor?"
"Hmm, Acha baik-baik saja kok Pa, Ma. Hanya agak kurang enak badan saja."
"Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja. Angga, terima kasih sudah membawa anak saya ke sini ya! Maaf, jadi merepotkan."
"Sama-sama, Om. Saya permisi pulang dulu."
"Angga, jawaban pertanyaan Acha yang tadi belum dijawab."
"Hmm, nanti gue jawab setelah lo sehat. Nggak sekarang. Om, Tante, saya pamit."
Angga keluar ruangan. Ia langsung kembali ke mobil Mercedesnya.
"Cie, cie, tadi kamu nanya apa ke Angga?""Iya, nih Mama jadi penasaran."
"Hmm, ada deh Pa, Ma. Urusan anak muda."
"Papa dan Mamamu masih muda juga, Cha."
Mereka tertawa mendengar ucapan Andreas. Apa Acha bilang sekarang saja ya ke Papa dan Mama? Acha nggak mau Papa dan Mama kecewa karena nggak jujur ke mereka.
"Cha, kamu kenapa? Ada masalah?""Sebenarnya Acha mau bilang sesuatu sama Mama dan Papa."
"Bilang apa, Sayang?"
"Acha sakit kanker otak stadium akhir, Pa, Ma."
Acha mulai meneteskan air mata.
"Kanker otak?""Iya, Pa, Ma. Acha kanker otak."
"Kenapa kamu baru cerita sama Papa dan Mama sekarang, Cha?"
"Acha nggak mau Papa dan Mama kepikiran. Papa kan baru saja dapat pekerjaan. Acha takut jadi beban buat Papa. Biaya pengobatannya mahal, Pa."
"Kamu nggak usah pikirkan itu, Cha. Uang bisa dicari, Cha. Bagi Papa dan Mama kesehatan kamu nomor satu. Ma, tolong jaga Acha ya! Papa mau ketemu Dokter Irfan dulu."
"Oke, Pa. Mama di sini temani Acha."
Andreas keluar ruangan menemui Dokter Irfan.
"Oh, iya, Ma. Acha minta penyakit Acha dirahasiakan dari teman-teman semua ya, Ma. Acha nggak mau mereka khawatir.""Iya, Cha. Kamu yang sabar ya! Sudah jangan nangis. Kita hadapi ini sama-sama ya!"
"Makasih, Ma. Acha sayang sama Mama."
"Mama juga sayang kamu, Cha."
**
Beberapa jam kemudian, Acha baru saja selesai menjalani kemoterapinya yang pertama. Kini ia sedang terbaring lemas di ruang rawatnya.
"Cha, sekarang kamu makan ya? Biar nggak lemas.""Acha nggak nafsu makan, Ma. Acha mual-mual."
"Mama tahu, dikit saja kamu makan. Atau Mama telepon Angga suruh suapin kamu?"
"Ah, Mama apaan sih. Jangan nanti Angga tahu penyakit Acha. Iya, deh. Acha makan tapi dikit ya, Ma?"
"Okay, nih buka mulutnya."
"Oh, iya Papa mana, Ma?"
"Papa tadi ke kantor dulu, ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal."
"Oh, gitu. Maafin Acha ya jadi ngerepotin kalian."
"Mama dan Papa nggak repot kok. Acha kan kesayangannya kami. Kamu pasti sembuh, Cha."
"Makasih, Ma."
"Sekarang lanjut lagi ya makannya."
**
Waktu telah menunjukkan pukul 14.40. Anak-anak SMA Garuda mulai berhamburan keluar kelas."Ga, gue sama Anes mau ke rumah sakit. Lo nanti nyusul nggak?"
"Hmm, kayaknya nggak. Gue kan harus jalani hukuman dulu karena telat. Takutnya kesorean."
"Ya sudah, lo semangat ya bersihin toiletnya!"
"Thanks, Bro. Gue bersihin toilet dulu."
"Okay, gue sama Anes ke rumah sakit jenguk Acha."
Aldy dan Anes pergi ke rumah sakit. Sementara itu, Angga langsung menuju toilet untuk menjalani hukumannya. Tadi pagi, setelah mengantar Acha ke rumah sakit, Angga memutuskan untuk tetap pergi sekolah. Ia tidak mau sampai ketinggalan pelajaran.
"Hmm, tumben nih seorang Angga telat tadi pagi. Lo kenapa telat, Ga?" tanya Ando penasaran.
"Iya, Ga. Tumben banget. Biasanya lo datang paling pagi," tambah Deni.
"Lo nggak perlu tahu gue telat kenapa. Mending lo lanjutkan pekerjaan lo tuh masih banyak."
"Santai aja, Ga. Nggak usah terlalu bersih. Nantikan ada petugas kebersihan yang bersihin."
**
Kurang lebih satu jam lamanya, Angga serta murid-murid yang terlambat lainnya selesai membersihkan seluruh toilet sekolah SMA Garuda.
"Akhirnya selesai juga, Ga. Ternyata lo jago juga ya bersihinnya.""Iya, bener banget. Gue nggak nyangka seorang Angga, anak konglomerat jago juga bersih-bersihnya."
"Memangnya kalau kaya, gue harus manja? Bersihin toilet mah gue sudah biasa."
"Mantaplah, Ga."
Setelah laporan ke guru piket, mereka semua diperbolehkan pulang. Angga kembali ke mobilnya.
"Akhirnya beres juga. Capek banget hari ini bersihin toilet satu sekolah. Untung banyak yang telat, kalau sedikit? Pasti lebih capek."Angga menjalankan mobilnya. Sekitar pukul 18.00, Angga tiba di rumahnya.
"Bi, Angga pulang.""Eh, Den Angga sudah pulang. Kok pulangnya sore banget, Den."
"Hmm, tadi Angga dihukum dulu, Bi."
"Alah, kok bisa dihukum?"
"Tadi Angga telat, Bi. Jadi saja Angga dihukum bersihin toilet satu sekolahan."
"Ya sudah, Den Angga mandi dulu. Nanti Bibi pijitin."
"Asik! Makasih, Bi. Angga mandi dulu."
"Eh, lo udah pulang, Ga. Sore amat pulangnya? Habis ngebucin ya?"
"Sok tahu lo! Gue nggak bucin ya! Gue habis dihukum."
"Oh, habis dihukum. Karena?"
"Telat ke sekolah."
"Kok bisa sih? Kan lo berangkat pagi."
"Ada deh. Sudah ah, Kak! Gue mau mandi. Bye!"
To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?
Tuliskan komentarmu!
Don't forget to vote, comment, and share.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya
(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Acha
Подростковая литератураAcha Aurelia-gadis cantik, pintar, dan berprestasi-jatuh hati kepada seorang Angga Alexander Putra sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, ia memutuskan untuk memendam perasaannya. Setelah Acha divonis mengidap penyakit kanker otak stadium empat, ia me...