Chapter 13 : Kabar Buruk

84 7 0
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, aku masih membereskan buku pelajaranku yang belum kumasukkan ke dalam tas.
“Cha, lo hari ini bawa motor atau sama Angga?”

“Bawa motor sendiri, Nes. Gue nggak mau ngerepotin Angga.”

“Oh, gitu. Ya sudah, gue balik duluan ya! Mama gue sudah nungguin di depan. Makan baksonya lain kali aja ya!”

“Oke, deh.”

Selesai memasukkan buku ke dalam tas, aku langsung menuju parkiran. Aku mau ke rumah sakit untuk mengetahui hasil CT Scan beberapa hari lalu. Semoga saja hasilnya baik. Amin. 10 menit perjalanan, aku tiba di tujuan. Aku langsung menemui Dokter Irfan di ruangannya. Untung saja waktu masih menunjukkan pukul 16.00. Jadi aku tak perlu mengantri untuk menemui beliau. Dokter Irfan memulai prakteknya pukul 17.00.
“Permisi, Dok.”

“Eh, Acha kamu sudah datang. Silakan duduk.”

“Makasih, Dok. Bagaimana hasilnya, Dok? Acha baik-baik saja kan?”

Dokter Irfan terdiam. Ekspresi wajahnya seperti akan memberikan kabar buruk kepadaku.
“Dok, Acha baik-baik saja kan?” tanyaku lagi tak sabar.

“Maaf, Cha. Kondisi kamu kurang baik. Kamu mengidap kanker otak stadium akhir.”

“Apa, Dok? Kanker otak stadium akhir?”

“Iya, Cha. Penyakit kamu harus segera ditangani.”

Kanker otak stadium akhir? Kok bisa Acha mengidap penyakit berat ini?
“Dokter nggak bercanda kan?” tanyaku memastikan kembali.

“Saya nggak bercanda, Cha. Penyakit kamu harus segera ditangani. Kapan kamu mau menjalani pengobatan?”

“Hmm, Acha pikir-pikir lagi deh, Dok. Acha takut dan bingung.”

“Bingung kenapa, Cha?”

“Papa baru saja bangkrut, pasti uangnya sangat terbatas. Bagaimana bisa Acha jalani pengobatan? Pengobatannya nanti saja, Dok. Acha cari uangnya dulu.”

“Baiklah, kalau itu mau kamu. Saran saya jangan terlalu lama ditunda pengobatannya. Ini penyakit serius yang harus segera ditangani.”

“Siap, Dok. Oh, iya jangan kasih tahu Papa dan Mama dulu ya? Acha nggak mau mereka sedih dan khawatir. Biar nanti Acha yang beri tahu mereka.”

“Iya, Dokter ngerti. Saran saya segera beri tahu orang tuamu. Jangan terlalu lama merahasiakan penyakit ini. Ini resep obat untuk pereda nyeri sementara.”

“Saya permisi, Dok.”

Aku keluar ruangan. Apakah aku harus cerita ke Papa dan Mama soal penyakitku ini? Apakah aku sanggup cerita ke mereka? Terus bagaimana aku mendapatkan uang untuk pengobatan? Aku berjalan menuju taman rumah sakit. Begitu sampai di taman, aku melihat sepasang kekasih sedang duduk di sebuah bangku taman.
“Sore ini indah sekali ya?”

“Iya. indah banget! Apalagi kalau menikmati keindahannya bareng kamu.”

Mereka tertawa.

“Kamu sekarang pintar gombal ya!” ujar pria tersebut sambil mengacak rambut pacarnya.

Mereka bahagia sekali ya? Seandainya Angga jadi pacarku, apakah dia akan perhatian seperti perempuan itu? Ah, aku mikir apa sih? Angga nggak mungkin seperhatian itu.

“Sudah jam 16.10, aku harus pulang.”

Aku langsung menuju ke parkiran. 30 menit kemudian, aku tiba di rumah.
“Acha, pulang.”

“Eh, kamu sudah pulang, Cha. Kok baru pulang jam segini? Habis dari mana?”

“Hmm, biasa Mama jalanan macet banget. Jadi tadi Acha berhenti dulu di kafe sambil tunggu macetnya.”

“Oh, gitu. Ya sudah, sekarang kamu mandi dulu sana. Anak Mama sudah bau.”

“Iya, iya, Acha ke kamar dulu.”

Aku masuk ke kamar. Saat aku ingin mengambil handuk, tanganku tiba-tiba mengalami tremor. Kepalaku juga kembali merasakan sakit. Ah, jangan sekarang kambuhnya! Nanti ketahuan sama Mama bagaimana? Ayo, dong berhenti! Beberapa saat kemudian, tremor dan rasa nyeri pada kepalaku berhenti.
“Syukurlah sudah berhenti. Oh, iya Acha lupa tebus obatnya. Kok Acha bisa lupa gini ya? Besok saja deh tebus obatnya.”

Aku masuk ke kamar mandi. Di tengah guyuran shower, aku kembali memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk pengobatan. Apa Acha cari kerja part time saja ya? Acha nggak mau Papa susah.

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?

©2021 By WillsonEPBagaimana chapter kali ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I Love You AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang