Acha tengah sibuk membongkar lemari pakaiannya.
“Astaga, Cha. Ini pakaian kamu kenapa berantakan gini?”“Hmm, Acha diajak makan malam sama Angga. Jadi Acha lagi milih-milih baju buat nanti malam.”
“Cie, cie, ada yang mau pergi duaan nih. Memangnya kamu sudah nggak apa-apa? Kemarin kan kamu baru kemoterapi dan harus banyak istirahat. Kamu di rumah saja ya?”
“Ah, Mama. Ini momen langka banget, Ma. Acha nggak mau Angga marah karena nolak pergi terus. Please, bolehin Acha pergi ya?” mohon Acha sambil mengembangkan senyum manisnya.
“Ya sudah, kamu boleh pergi.”
“Serius boleh, Ma?”
“Iya, boleh. Tapi pulangnya jangan terlalu malam ya! Jam sembilan malam kamu sudah harus di rumah.”
“Siap! Nanti Acha bilang ke Angga. Makasih, Ma.”
**
Pukul 17.00, Acha telah selesai bersiap. Malam ini, ia memutuskan memakai dress berwarna putih. Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan pintu.“Itu pasti, Angga. Gimana, Ma? Acha sudah cantik belum?”
“Sudah cantik, Sayang. Ayo, kita ke depan! Kasihan Angga kalau nunggunya terlalu lama.”
Acha dan Anna keluar menuju pintu depan. Sementara itu, Andreas tengah berbincang dengan Angga. Kebetulan, Andreas baru saja pulang dari kantornya.
“Angga, ini Achanya sudah siap.”“Nah, ini dia anak Papa Andreas yang cantik sudah selesai.”
“Sore, Angga.”
“Sore, Cha.”
“Ya sudah, sekarang kalian berangkat. Biar pulangnya nggak kemalaman. Ingat ya, Ga. Acha jam sembilan malam harus sudah ada di rumah. Jangan telat! Kalau telat, kamu saya gantung di pohon itu,” ujar Andreas sambil menunjuk ke arah pohon rambutan di halaman depan.
“Baik, Om. Kami permisi.”
“Pa, Ma, Acha sama Angga pamit dulu ya!”
“Kalian hati-hati!”
Angga berjalan duluan ke mobil. Membukakan pintu mobil untuk Acha.
“Silakan masuk.”
Acha tersenyum dan masuk ke dalam mobil.
“Makasih, Angga.”
Angga dan Acha sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe mewah. Sejak tadi, Angga dan Acha hanya sama-sama diam menikmati perjalanan. Acha senang banget malam ini! Kira-kira Angga mau bawa Acha ke kafe mana ya? Acha memperhatikan lelaki disampingnya. Angga yang menggunakan kemeja lengan panjang berwarna putih terlihat lebih tampan dari biasanya. Menurut Acha, ketampanannya bertambah 50 persen. Angga, ayo mulai ngomong dong! Masa, Acha terus yang mulai. Beberapa saat kemudian, Angga sadar Acha memperhatikan dirinya.
“Lo, ngapain lihatin gue terus dari tadi?”“Hmm, pacar Acha ganteng banget malam ini. Angga, Acha malam ini cantik nggak?”
Angga terdiam dan kembali fokus menyetir.
“Angga, kok pertanyaan Acha nggak dijawab? Sebel deh!”
“Okay, gue jawab. Menurut gue, lo cantik nggak hanya malam ini, Cha. Lo cantik setiap saat.”
Pipi Acha memerah mendengar jawaban Angga. Kini jantung Acha berdetak lebih cepat dari biasanya. Sementara itu, Angga hanya tersenyum melihat pipi Acha yang merah.
“Jangan lihatin Acha! Acha jadi malu. Angga fokus nyetir saja! Nanti kalau kecelakaan gimana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Acha
Fiksi RemajaAcha Aurelia-gadis cantik, pintar, dan berprestasi-jatuh hati kepada seorang Angga Alexander Putra sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, ia memutuskan untuk memendam perasaannya. Setelah Acha divonis mengidap penyakit kanker otak stadium empat, ia me...