Chapter 8 : Pergi ke Dokter

90 9 6
                                    

Sabtu pagi, Acha memutuskan untuk pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisinya. Sudah beberapa hari ini, ia merasakan lemas, pusing, dan tangan gemetar tanpa sebab. Karena tidak ingin membuat sang mama khawatir, ia pamit kepada Anna akan main ke rumah Anes. Pukul 08.02, Acha tiba di Rumah Sakit Medika Pratama. Selesai melakukan pendaftaran, Acha menunggu di ruang tunggu.
“Semoga Acha baik-baik saja.”

Beberapa saat kemudian, giliran Acha diperiksa oleh dokter.
“Atas nama Acha Aurelia.”

Acha masuk ke ruangan dokter. Dokter yang Acha pilih adalah dokter langganan keluarganya. Dokter Irfan namanya. Bisa dibilang Dokter Irfan adalah dokter keluarga Acha.
“Silakan duduk, Acha.”

“Makasih, Dok.”

“Sekarang bisa dijelaskan apa keluhannya, Cha?”

“Jadi gini, Dok. Acha akhir-akhir ini suka pusing, lemas, dan kadang tangan gemetar sendiri. Apalagi kalau Acha habis olahraga, pusingnya banget, Dok.”

“Baik, biar saya periksa dulu.”

Dokter Irfan mulai memeriksa kondisi Acha.
“Bagaimana, Dok? Acha sakit apa?”

“Saya belum dapat memastikan kamu sakit apa, Cha. Kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu dengan melakukan CT Scan.”

“CT scan?”

“Iya, Cha. Ayo, kita lakukan CT scannya sekarang!”

**
“Cha, proses CT scannya sudah selesai. Hasilnya bisa diambil 1–3 hari kedepan. Semoga saja hasilnya tidak ada apa-apa.”

“Amin, Dok. Semoga saja Acha baik-baik saja dan hanya pusing biasa.”

“Ini resep obatnya. Obatnya diminum kalau kepalanya nyeri saja ya!”

“Baik, Dok. Oh, iya jangan kasih tahu Mama dan Papa ya Acha ke sini. Acha takut mereka khawatir.”

“Mama dan Papa kamu nggak tahu kamu ke sini?”

“Nggak, Acha nggak mau mereka khawatir. Janji ya, Dok? Jangan kasih tahu mereka.”

“Ya sudah, kalau itu mau kamu. Saran saya kalau kamu sakit, kasih tahu mereka.”

“Sudah ya, Dok. Acha pamit pulang dulu.”

Acha keluar ruangan dan langsung menuju bagian administrasi dan apotek. Setelah semua urusan selesai, Acha kembali ke motornya. Acha memutuskan pergi ke rumah Anes agar Mamanya tidak curiga dengannya. Hanya membutuhkan waktu 20 menit, Acha tiba di kediaman sahabatnya.
“Anes! Ini Acha.”

Tak lama, Anes keluar membukakan pintu.
“Cha, lo habis dari mana? Kok baru datang? Tadi Mama lo telepon katanya lo mau ke sini. Gue tungguin kok nggak datang-datang.”

“Hmm, maafin Acha, Nes. Tadi Acha makan dulu di Bakso Mang Mamat.”

“Oh, gitu. Gue nggak dibeliin?”

“Nggak. Soalnya memang nggak niat beliin.”

“Dasar. Ya sudah, ayo masuk!”

To be continued...
©2021 By WillsonEP

©2021 By WillsonEP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


 

I Love You AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang