Chapter 11 : Pindah Rumah

65 9 1
                                    

Setelah berpamitan dengan Angga, aku langsung masuk rumah. Begitu aku masuk rumah, kulihat terdapat beberapa kardus sudah tertata rapi di dekat pintu. Hmm, seperti mau pindahan.
“Ma, Acha pulang.”

Beberapa saat kemudian, papa dan mama menghampiriku.
“Kamu sudah pulang, Nak.”

“Iya, Ma, Pa. Ini ada apa ya?”

Papa langsung memelukku sambil menangis.
“Maafin Papa, Cha. Perusahaan Papa bangkrut dan Papa terpaksa menjual rumah ini untuk membayar sisa pesangon para karyawan. Mulai malam ini kita akan tinggal di rumah kita yang satu lagi. Soalnya pemilik rumah barunya besok mau tempatin rumah ini.”

“Acha nggak apa-apa kok, Pa. Biar Acha bantu packing.

“Barang kamu baru sebagian yang Mama packing. Ayo, kita ke kamar kamu!”

“Oke, Ma.”

Jujur aku merasa berat untuk meninggalkan rumahku ini. Terlalu banyak memori masa kecilku yang menggemaskan ada di rumah ini. Sudahlah, Cha. Rumah hanya sebuah benda, bisa saja hilang. Tetapi kenangannya akan selalu ada di pikiran dan hatimu.

**
Pukul 17.00, aku dan keluarga selesai packing barang-barang kami. Barang-barang kami sudah berada di mobil pick up untuk dipindahkan ke rumah kami yang satu lagi.
“Ayo, Cha! Kita berangkat sekarang,” ajak Papa.

Papa dan aku berboncengan menggunakan motor Scoopy milikku. Sedangkan Mama ikut mobil pick up. Sebenarnya kami memiliki sebuah mobil, tetapi minggu lalu Papa terpaksa menjualnya untuk cadangan keuangan.

Tepat pukul 18.00, kami tiba di rumah kami yang satu lagi. Memang rumah ini sedikit lebih kecil dibandingkan rumah yang telah terjual, tetapi aku bersyukur masih memiliki rumah dan tidak harus menyewa tempat tinggal. Begitu sampai, kami langsung membereskan menata barang-barang di kamar masing-masing. Aku masuk ke sebuah kamar yang akan menjadi kamarku. Aku mulai menata barang-barangku. Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam, aku selesai menata barang-barangku.
“Akhirnya beres juga. Oh, iya satu lagi foto Angga belum terpasang.”

Aku mengambil foto Angga yang masih berada di dalam kardus. Iya, foto Angga. Aku memotretnya diam-diam ketika ia sedang makan di kantin.
“Foto Angga taruh di nakas saja deh. Supaya kalau Acha bangun bisa langsung lihat fotonya Angga.”

Setelah semuanya tertata dengan rapi, aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Gerah banget! Sejak pulang sekolah tadi, aku belum sempat mandi karena sibuk pindahan. Selesai mandi, aku langsung menghampiri mama dan papa di ruang makan.
“Bagaimana, Cha? Barang kamu sudah beres ditata?”

“Beres, Pa. Semuanya sudah tertata dengan rapi.”

“Bagus. Oh, iya besok Papa yang antar kamu ke sekolah ya? Sekalian Papa mau cari pekerjaan baru. Papa pinjam motor kamu ya?”

“Iya, Pa. Pakai saja motor Acha. Kan Papa juga yang beli.”

“Ya sudah, sekarang kita makan ya! Nanti keburu dingin.”

“Iya, Ma. Kebetulan Acha sudah lapar banget nih.”

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Siapa nih yang suka foto-foto orang yang disayangi secara diam-diam?🤭🤭

©2021 By WillsonEPSiapa nih yang suka foto-foto orang yang disayangi secara diam-diam?🤭🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Love You AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang