Angga dan Acha tengah menunggu pesanan bakso mereka. Sambil menunggu, Angga memutuskan untuk memainkan ponselnya. Sementara Acha memilih untuk memandangi pria di depannya. Mimpi apa Acha semalam? Hari ini Acha makan bakso berdua bareng Angga. Seneng banget!
“Lo ngapain ngeliatin gue?”“Hmm, Acha nggak ngeliatin Angga. Acha lagi ngeliatin hujan,” elak Acha sambil mengalihkan pandangannya.
“Oh, gitu.”
Beberapa saat kemudian, pesanan mereka diantarkan oleh Mang Mamat—sang pemilik warung bakso tersebut.
“Ini pesanannya, Nak Angga.”Mang Mamat meletakkan dua buah mangkok dan dua gelas teh di atas meja.
“Terima kasih, Mang.”“Sama-sama. Saya permisi dulu.”
Setelah Mang Mamat pergi, Angga langsung menyantap bakso yang ada di depannya. Acha tersenyum melihat tingkah Angga yang sangat menggemaskan.
“Lo ngapain ngeliatin gue sambil senyum-senyum gitu?”“Hmm, Angga lapar banget ya? Makannya lahap banget.”
“Iya, gue nggak sempat makan di sekolah.”
“Memangnya Angga istirahat ke mana?”
“Perpus, belajar buat ulangan matematika tadi.”
“Oh, gitu. Memangnya Angga di rumah belum belajar?”
“Sudah, ngulang saja biar nilai gue sempurna.”
“Oh.”
“Sekarang lo makan, nanti kita pulangnya kesorean.”
“Iya, iya.”
Acha mulai menyantap baksonya. Beberapa saat kenudian, hujan telah reda. Angga dan Acha juga telah selesai makan.
“Ayo, pulang! Bentar biar gue bayar dulu.”Angga beranjak dari tempat duduk menghampiri Mang Mamat untuk membayar. Setelah selesai, Angga kembali ke Acha.
“Yang Acha jadi berapa, Ga?”
“Nggak usah, Cha. Gue traktir lo. Ayo, kita pulang!”
Angga dan Acha kembali ke mobil. Tiba-tiba tangan Acha gemetar.
“Cha, lo kedinginan? Tangan lo sampai gemetar gitu.”Angga melepas jaket yang ia kenakan dan diberikannya jaket itu pada Acha.
“Lo pakai jaket gue biar lo nggak kedinginan.”“Makasih, Angga.”
Sebenarnya Acha tidak merasa kedinginan. Sudah beberapa kali Acha mengalami hal ini tanpa sebab. Tangan Acha kok gemetar lagi? Acha kenapa ya? Apa Acha ke dokter saja ya besok? Di tengah perjalanan, Acha memilih untuk tidur sejenak. Ia juga merasakan kepalanya sedikit pusing.
“Hmm, Acha ternyata cantik juga. Ah, Angga lo ngomong apa sih? Untung saja dia tidurnya lelap. Kalau dia dengar, pasti dia kegeeran.”
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan rumah Acha.
“Cha, bangun. Sudah sampai.”Acha bangun.
“Hmm, sudah sampai ya? Angga, makasih ya sudah antar dan jemput Acha. Makasih juga buat traktirannya.”Angga hanya menggangguk.
“Acha turun dulu ya! Oh, iya ini jaketnya makasih.”“Sekarang lo turun, gue mau balik.”
“Iya, Angga sekali lagi makasih ya!”
Acha turun dari mobil Angga dan segera masuk ke rumahnya.
“Sama-sama, Cha.”Setelah Acha masuk rumah, Angga langsung menjalankan mobilnya menuju rumah. Hujan lebat kembali mengguyur. Memang ssjak tadi siang, hujan turun terus menerus. Sekitar pukul 17.30, Angga tiba di rumah.
“Bi, Angga pulang.”“Kamu sudah pulang, Ga? Kok baru pulang?”
“Eh, Papa. Papa tumben sudah pulang.”
Angga menyalami Alex — sang papa.
“Kamu kenapa baru pulang? Apa kamu sudah punya pacar? Kok nggak bilang-bilang Papa?”
“Pacar? Sejak kapan Angga punya pacar, Pa? Angga nggak mau pacaran dulu. Angga mau fokus belajar dulu.”
“Ah, masa? Kata Anggi kamu hari ini jalan sama seorang perempuan. Itu pacar kamu kan?”
Angga terdiam sejenak. Kok Kak Anggi bisa tahu ya? Padahalkan gue kan nggak kasih tahu dia soal ini.
“Oh, dia bukan pacar Angga. Dia hanya teman, Pa. Kebetulan kemarin dia dapat musibah, jadi dia minta tolong sama Angga.”
“Oh, gitu. Ternyata hanya teman. Kalau jadi pacar juga Papa izinkan kok. Kamu pacaran sana, biar nggak belajar terus. Kamu harus nikmatin masa-masa SMA kamu, Ga.”
“Tapi, Pa… Angga mau fokus belajar saja, Pa. Angga mau buat Papa dan Mama bangga.”
“Papa sudah bangga, Ga. Kamu sudah nggak manja kayak dulu. Pasti Mama di sana juga bangga sama kamu. Mungkin, sekarang Mama kamu berharap yang sama kayak Papa. Kamu cari pacar. Sekarang kamu mandi, nanti kita makan malam bersama ya? Bi Surti sudah masak makan malam.”
“Iya, Pa. Angga mandi dulu.”
Angga masuk ke kamarnya untuk mandi.
**
10 menit kemudian, Angga selesai mandi. Ia langsung menuju ruang makan untuk makan malam.
“Ini dia nih yang habis pacaran. Lo ke mana saja sama dia? Kok pulangnya sore?” tanya Anggi menggoda sang adik.“Kak, dia bukan pacar gue. Dia hanya teman kok. Lagian kok Kak Anggi bisa tahu kalau gue jalan sama perempuan itu?”
“Tahulah. Tadi teman kakak kebetulan ada di sana dan lihat lo. Nih, fotonya. Cocok banget lo. Ceweknya sampai senyum-senyum gitu jalan sama kamu,” jawab Anggi sambil menunjukan foto yang dikirim temannya.
“Ngaku lo! Ini pacar lo kan?”
“Astaga, kan gue sudah bilang bukan pacar. Hanya teman.”
“Kalau belum jadi pacar, ya diresmiin dong. Lo jadian deh sama dia. Kelihatannya kamu cocok sama dia.”
“Kak!”
“Biar hidup lo lebih berwarna, Ga. Nggak gini-gini amat, belajar terus!”
“Sudah, sudah. Kita mulai makan malamnya.”
To be continued...
©2021 By WillsonEP
Hmm, Angga sudah mulai terpesona nih sama Acha. Apakah Angga sudah jatuh cinta sama Acha?
A. SUDAH
B. BELUM
Sampai jumpa di chapter selanjutnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Acha
Teen FictionAcha Aurelia-gadis cantik, pintar, dan berprestasi-jatuh hati kepada seorang Angga Alexander Putra sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, ia memutuskan untuk memendam perasaannya. Setelah Acha divonis mengidap penyakit kanker otak stadium empat, ia me...