Chapter 15 : Kondisi Acha Semakin Memburuk

98 8 19
                                    

Sekitar pukul 05.00, Acha terbangun dari tidurnya. Pagi ini, Acha merasakan badannya lemas. Acha, kamu harus kuat! Jangan sampai Papa dan Mama tahu soal penyakit kamu. Acha beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Setelah semua rutinitas paginya selesai, Acha berangkat menggunakan motornya ke sekolah. Di tengah perjalanan, ia kembali merasakan pusing Ditambah lagi tangannya kembali mengalami tremor hingga Acha akhirnya terjatuh dari motor.
"Aw, sakit banget!"

Acha merintih dan mencoba meminta pertolongan. Sayangnya, kondisi jalan itu sepi dan tidak ada yang lewat sama sekali. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur.
"Tolong-tolong!" teriak Acha dengan suara yang semakin lemah. Rasa sakit kepalanya semakin parah hingga ia tidak sadarkan diri.
**
Angga sedang mengendarai mobil Mercedesnya menuju sekolah. Langit sudah tampak gelap sejak tadi subuh.
"Hmm, pagi-pagi sudah mendung saja. Kasihan yang naik motor kalau sampai hujan. Apa gue jemput Acha ya? Kan kasihan kalau dia sampai kehujanan."

Angga memutuskan pergi ke rumah Acha untuk menjemputnya. Begitu sampai, ia tidak berhasil menjemput perempuan itu. Acha telah berangkat. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur.
"Hujan? Acha bawa jas hujan nggak ya? Ah, Angga! Lo kenapa sih mikirin Acha terus? Dia bukan siapa-siapa lo! Ngapain lo pikirin dia?"

Angga melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Di tengah perjalanan, ia sekilas melihat sebuah motor tergeletak di pinggir jalan.
"Ada yang jatuh? Apakah dia baik-baik saja? Mana jalanan sepi lagi."

Angga turun dari mobil untuk mengecek kondisi pengendara motor tersebut. Angga menghampiri pengendara tersebut. Angga kaget karena ia mengenali pengendaranya. Pengendara itu adalah Acha. Angga melepaskan payung dan segera menghampiri Acha yang tergeletak tak sadarkan diri.
"Acha, Acha, bangun! Lo kenapa?"

Acha masih tak sadarkan diri. Angga memutuskan untuk menggendong Acha ke dalam mobil.
"Cha, lo kenapa sih? Kok muka lo pucat banget? Lo sakit?"

Angga menjalankan mobilnya menuju rumah sakit terdekat. Di tengah perjalanan, Acha sadar.
"Angga?"

"Cha, lo sudah sadar rupanya. Lo kenapa? Lo sakit?"

"Hmm, Acha baik-baik saja. Hanya pusing sedikit."

"Gue antar ke rumah sakit ya? Gue takut lo kenapa-kenapa. Lo juga kan habis jatuh dari motor."

"Nggak usah, Ga. Acha baik-baik saja. Kita ke sekolah saja ya?"

"Yakin mau sekolah? Baju lo basah kuyup gitu. Gue tetap antar lo ke rumah sakit. Baru gue antar lo pulang."

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di Rumah Sakit Medika Pratama. Kini Acha sedang berada di ruang UGD. Sementara Angga menunggu di luar.
"Bagaimana kondisi Acha sekarang, Dok?"

"Kondisi kamu semakin parah, Cha. Kamu harus segera melakukan pengobatan."

"Tapi, Dok... Papa sepertinya nggak punya uang untuk pengobatan Acha. Acha nggak mau ngebebanin Papa dan Mama."

"Dokter tahu itu, tetapi kamu tetap harus beri tahu penyakit itu kepada mereka. Ini penyakit serius, Cha. Nyawa kamu bisa terancam kalau tidak segera diobati."

"Iya, Dok. Acha akan jujur ke mereka."

"Baik, sekarang kamu istirahat dulu. Biar saya hubungi orangtua kamu dulu."

"Oh, iya, Dok. Jangan kasih tahu cowok yang ada di depan soal penyakit Acha ya!"

"Siap, saya permisi dulu."

Dokter Irfan keluar ruangan.
"Bagaimana kondisi teman saya, Dok?" tanya Angga.

"Dia tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja."

"Boleh saya masuk?"

"Silakan. Saya permisi dulu."

Angga masuk ruangan.
"Bagaimana kondisi lo?"

"Acha sudah mendingan, Ga. Acha hanya butuh istirahat."

"Syukurlah, kalau lo baik-baik saja. Gue khawatir sama lo."

Acha tersenyum bahagia. Ah, Angga lo kenapa pakai keceplosan segala? Dia jadi baper tuh.
"Angga khawatir sama Acha?"

"Gue hanya khawatir sebagai teman, nggak lebih."

"Iya, deh. Oh, iya Acha mau bilang sesuatu sama Angga boleh?"

"Bilang apa? Makasih? Gue bosan dengar makasih dari lo. Sudah berulang-ulang."

"Bukan, yang ini beda. Acha mau bilang..."

"Bilang apa?"

"Acha haus, bisa tolong ambilin minum? Acha masih lemas."

Angga mengambil segelas air dari nakas dan diserahkan gelas tersebut kepada Acha.
"Makasih, Angga."

"Makasih lagi? Gue bosan dengar makasih dari lo. Memangnya nggak ada kalimat lain?"

"Ya, sudah. Acha ganti deh. Makasih, Angga sayang."

"Cha, lo baik-baik saja kan? Kok lo ngomongnya ngelantur ke mana-mana. Pakai ngomong sayang lagi ke gue."

"Acha baik-baik saja, Ga. Jujur Acha sudah suka sama Angga sejak SMP. Acha sayang sama Angga. Acha merasa nyaman setiap dekat Angga. Angga mau kan jadi pacar Acha?"

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?
Kira-kira Angga bakal jawab apa ya?
Yuk, komen yuk! Menurutmu Angga bakal jawab apa?
Oh, iya Author juga ngadain I Love You Acha Quiz nih. Ada hadiah berupa pulsa all operator untuk pembaca setia.
Ikuti quiznya di bit.ly/ILYAQuiz
Syarat & Ketentuan bisa dilihat di link yang sama ya :)

ly/ILYAQuizSyarat & Ketentuan bisa dilihat di link yang sama ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Love You AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang