Senin pagi, Acha telah selesai bersiap untuk ke sekolah. Hari ini rencananya ia akan berangkat bersama pacarnya, Angga. Pukul 05.27, mobil Angga tiba di halaman rumah Acha. Angga turun dari mobil mengetuk pintu rumah Acha.
“Permisi.”Beberapa saat kemudian, Andreas, Anna, serta Acha keluar.
“Selamat pagi, Om, Tante.”“Pagi, Angga. Mau jemput Acha ya?”
“Iya, Om. Saya ke sini mau jemput Acha.”
“Angga, tolong jaga Acha dengan baik ya? Cha, kamu jangan terlalu capek ya! Kamu kan baru sembuh.”
“Iya, Ma. Acha janji. Ma, Pa, Acha pamit ya!”
“Iya, Om, Tante. Saya dan Acha berangkat dulu.”
“Hati-hati.”
Angga dan Acha masuk ke mobil. Angga langsung menjalankan mobilnya menuju sekolah. Meskipun status mereka resmi berpacaran, tidak ada yang berubah dengan sikap Angga. Angga tetap dingin seperti biasanya. Suasana mobil hening tanpa suara.
“Angga… ngomong dong! Acha bosen nih didiemin gini. Acha bukan patung.”“Hmm, gue bingung mau ngomong apa. Lo saja yang mulai. Nanti gue jawab.”
“Okay, Acha mulai ya!”
Acha mulai menanyakan beberapa pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang jawabannya panjang. Tak terasa, mereka telah tiba di sekolah.
“Sudah sampai, ayo kita turun!”“Iya, Cha.”
Angga dan Acha turun dari mobil.
“Makasih sudah jemput Acha, Angga.”“Sama-sama. Sudah menjadi tugas gue sebagai pacar. Ayo, kita masuk!”
“Masuknya barengan?”
“Iya, lo nggak mau?”
“Pasti mau dong. Ayo!”
**
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Angga, Acha, Aldy, dan Anes masih berada di kelas.
“Ga, lo sudah beres belum catetnya?” tanya Aldy.“Bentar lagi, sabar. Lo mau foto kan?”
“Yoi, soalnya catatan lo enak dibaca dan lebih mudah dimengerti.”
“Nih, sudah selesai.”
“Mantap! Tulisan lo kok bisa rapi kek gini. Gue jadi iri deh.”
“Makanya nulisnya niat, Al. Kalau nggak niat, pasti berantakan.”
“Itu dia, gue males banget nulis.”
“Oh, iya lo kan baru jadian sama Acha. Kapan nih pajak jadiannya?”
Anes menghampiri meja Angga dan Aldy.
“Iya, nih kapan pajak jadiannya?”“Hmm, kalian sabar. Acha kan baru sembuh. Nanti pasti gue kabarin.”
“Okay, deh. Gue tunggu. Sayang, kamu ke mobil duluan ya! Aku mau ke toilet dulu. Ga, gue sama Anes duluan ya!”
“Iya. Bye, Ga!”
Aldy dan Anes keluar kelas. Angga beranjak dari tempat duduk menghampiri sang pacar.
“Lo sudah selesai catatnya?”“Sudah, Ga. Sekarang kita pulang?”
“Iya, lo kan baru sembuh. Jadi harus banyak istirahat.”
“Ya sudah, ayo!”
Mereka berjalan menuju parkiran. Sesampainya di mobil, Angga langsung melajukan mobilnya mengantar sang pacar pulang. Selama perjalanan, mereka berdua hanya diam menikmati perjalanan yang macet. Acha menatap pria di sampingnya. Angga, makasih sudah mau jadi pacar Acha. Acha bahagia banget bisa pacaran sama Angga. Apakah kita bisa terus bersama? Apakah Acha bisa sembuh dari kanker otak ini? Tanpa Acha sadari, ia mulai meneteskan air mata.
“Cha, lo kenapa nangis?”“Hmm, nggak kok. Acha nggak nangis. Acha baik-baik saja.”
“Masa? Nggak nangis kok keluar air mata. Sini biar gue lap.”
Angga mengambil sebuah sapu tangan dan mulai menghapus air mata Acha.
“Lo ada masalah? Kalau ada, lo bisa cerita sama gue. Siapa tahu gue bisa bantu.”“Nggak, Acha hanya kelilipan tadi. Makasih Angga sudah perhatian sama Acha.”
“Sama-sama, Cha. Gue kan pacar lo. Oh, iya kapan-kapan lo bisa ke rumah gue?”
“Ke rumah Angga?”
“Iya, kakak gue penasaran sama lo. Pengen ketemu.”
“Iya, nanti Acha main ke rumah Angga.”
Satu jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah Acha.
“Akhirnya sampai juga.”“Iya. Angga makasih ya sudah antar Acha.”
“Sama-sama, Sayang.”
“Apa? Tadi Angga bilang apa?”
“Hmm, nggak. Lo turun sudah sore. Nanti Mama lo nyariin.”
“Iya, iya. Bye, Angga sayang! Kalau mau bilang sayang, bilang saja nggak usah malu-malu, Ga.”
Acha turun dari mobil. Setelah berpamitan, Angga langsung menjalankan mobilnya untuk pulang. Ia kembali harus menembus kemacetan untuk sampai ke rumah.
To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?
Tulis komentarmu!
Jangan lupa vote, commentnya!
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Acha
Fiksi RemajaAcha Aurelia-gadis cantik, pintar, dan berprestasi-jatuh hati kepada seorang Angga Alexander Putra sejak ia duduk di bangku SMP. Namun, ia memutuskan untuk memendam perasaannya. Setelah Acha divonis mengidap penyakit kanker otak stadium empat, ia me...