13. Painful Day

9.7K 767 34
                                    

*Minta Taburan Bintangnya Ya*

Ps: Lagu yang Author gunakan saat menulis part ini

Irama musik dari pengeras suara mengalun indah, bersamaan dengan tarian yang ditunjukan di depan orang-orang. Suara alunan swan lake dibalut dengan biola dari pyotr ilyich menjalar ke tubuh Daisy, memberikan tarian indah seperti seorang angsa putih dengan kesedihan yang mendalam, lalu dia menjatuhkan dirinya dan lagu selesai.

Suara tepuk tangan menggema di ruangan yang cukup besar, Daisy mengatur nafasnya sambil berdiri. Dia menundukkan badannya kepada para penonton yang menonton latihannya, memberikan senyum terbaiknya. Ayahnya melambaikan tangan bangga dari arah kursi penonton, mengacungkan jari jempol kepadanya sebelum tirai tertutup.

"Good job, Daisy." Ucap Julia salah seorang teman balerinanya, ketika dia akan berjalan ke ruang ganti.

"Thanks, beberapa hari lagi pentas akan berlangsung." dia tersenyum ke arah Julia sambil menghapus keringat yang mengalir di dahinya.

"Kau pasti tampil hebat, setiap pentas mu selalu hebat." Ucap Julia berjalan bersamanya. "Kau harus jaga kesehatan, jangan sampai Olivia mengambil tempatmu." Bisiknya.

Daisy menggelengkan kepalanya. "Dia tidak boleh rakus dengan mengambil kedua pemeran utama."

"Tapi dia menginginkan keduanya." Bisik Julia. "Kau tahu aku tidak begitu menyukainya, semua orang disini begitu, mereka hanya pura-pura."

"Aku tidak heran mereka begitu, Marina dan Olivia selalu menggunakan kekuasaannya untuk memilih pemeran utama."

"Kau beruntung, keluargamu penyumbang dana terbesar di sanggar ini." Ucap Julia sambil menarik napasnya. "Kau lihatlah aku, seperti angin, tidak ada yang mengetahui keberadaanku."

"I know you, Julia." Daisy menghentikan langkahnya untuk menatap Julia, dia memegang pundak temannya. "You're an amazing ballerina, you can get what you want."

"Thanks, Daisy." Julia tersenyum. "Sebaiknya lebih baik kita ganti baju karena sepertinya pengawal ayahmu sudah memperhatikanmu dari tadi."

Daisy tersenyum pada Barret, yang tidak lain adalah orang kepercayaan ayahnya, lalu melanjutkan perjalanan mereka, dia memang berencana makan malam bersama ayahnya hari ini. Ayahnya ingin berbicara banyak mengenai keputusannya untuk menikah dengan Alexander, dari kecil Daisy sangat dekat dengan ayahnya, Cloud adalah sosok ayah yang sangat penyayang, dan protektif. Sifat itu diturunkannya pada Dexton, menurut Daisy sifat Dexton bahkan lebih parah dari ayahnya, mereka sama-sama keras kepala. Tak jarang jika Dexton sering sekali bertengkar dengan ayahnya.

Setelah berganti baju lebih santai, dia menghampiri ayahnya yang menunggu di mobil, dia mencium kedua pipi ayahnya. "My beautiful ballerina." ucap ayahnya ketika melihat putrinya duduk disampingnya.

"Aku bahkan tak sadar kau menontonku." mobil berjalan menuju restoran favoritnya, dia mengeluarkan botol minuman dari dalam tasnya.

"Apa aku harus bilang dulu jika ingin menonton anakku sendiri?" tanya Cloud sambil melihat botol minumannya, dia mengambil dari tangannya. "Kau minum soda sehabis latihan?"

"Oh God, Dad...." Daisy menatap ayahnya dengan cemberut. "I need a drink."

"Not this drink." Cloud menatap anaknya lalu membuka botol minuman itu dan meneguknya sampai habis. "You can't drink this." Cloud menunjukkan botol kosong pada Daisy.

An Incovenient FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang