*Minta Taburan Bintangnya Ya*
WARNING!
MATURE CONTENT [21]Dia merasakan tangan istrinya menyentuh pipinya. "Kalau begitu, aku bersyukur telah mengenal kau, Anthony dan Anne."
Matanya terpejam merasakan sentuhan itu, berusaha menahan perasaan panas yang menjalar di seluruh tubuhnya. Tak berapa lama kemudian dia merasakan bibir istrinya menempel pada bibirnya, matanya terbuka melihat kedua mata istrinya yang terpejam, terus memberikan ciuman. Bibir Daisy hanya bergerak tak menentu, dia menyadari bahwa istrinya tidak mengerti bagaimana cara berciuman yang benar. Istrinya hanya mengikuti apa yang dia perbuat pada saat mereka berciuman sebelumnya dengan berantakan.
"Easy, Darling." Alexander menahan istrinya yang terus memburunya.
Mata hijau itu terbuka, melihat ke arahnya. "Kau harus mandi dengan air hangat." Dia menyentuh lembut pipi istrinya. "Let me help you". Dia menarik pinggang Istrinya dengan lembut, lalu membalikkan badan istrinya perlahan untuk membuka resleting di bagian belakang.
Daisy sedikit bergetar, memaksakan agar kakinya masih tetap dapat berdiri dengan tegak ketika tangan suaminya membuka perlahan gaun putihnya, membiarkan gaunnya jatuh ke lantai. Kulitnya dapat merasakan dinginnya hawa kamar, perasaan aneh terasa pada perutnya. Alexander berjongkok untuk membuka flat shoes yang digunakannya, dia mendengar Alexander terkesiap dibawah sana. Awalnya Daisy mengira bahwa Alexander terkena flu akibat hujan dan dia tersadar bahwa suaminya sedang tertawa kecil. Ini adalah pertama kali dia mendengar suaminya tertawa setelah mereka menikah, dan dia tidak mengerti apa yang membuat suaminya tertawa.
"Melangkahlah, Daisy." Ujar suaminya memberi perintah untuk keluar dari bajunya yang sudah teronggok di lantai. Dia melangkahkan kakinya, Alexander berdiri dan berjalan untuk kebelakangnya membuka pengait bra, menyentuh talinya dengan lembut, mengeluarkan dari kedua tangannya. Panties yang digunakannya diturunkan dari kedua kakinya dengan cepat. "Take your bath, Daisy." Suaminya akhirnya berbicara. "I may look, but I won't touch. Go on."
Tidak menggunakan sehelai benang didepan pria adalah pengalaman pertama baginya. Daisy merasakan rona merah dan hangat menusuk menutupi tubuhnya saat dia berjalan ke arah kamar mandi. Dengan bijaksana Alexander membalikkan badannya dan pergi ke walking closet. Daisy dengan ceroboh perlahan berjalan ke arah bathtub. Air didalamnya hangat, sangat pas saat dia menceburkan dirinya yang kedinginan ke dalamnya, seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk kulitnya.
Dia mengambil sabun yang ada di sampingnya, menggosokkannya ke tangan dan dadanya. Tangannya seperti bergetar, entah karena efek tegang atau terlalu lama kedinginan saat menunggu hujan reda, dia seperti tidak dapat menggerakan jarinya dengan benar. Dia mengambil shampo terlalu banyak, menaruhnya di rambut, lalu membuat suara kecil saat busa mulai menyengat matanya dan menggerak-gerakan tangannya untuk membasuh wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Incovenient Flame
RomanceMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBAJACA [+21] ------ Wanita itu duduk bersebelahan dengan pria yang dilihatnya sedari tadi. Dia memesan satu gelas gin supaya tidak terlihat bahwa dia sedang menguntit laki-laki ini. Laki-laki yang membuat dunia b...