28. A Fear

8.3K 655 7
                                    


*Minta Taburan Bintangnya Ya*

WARNING!
MATURE CONTENT [21]

Pada akhirnya, Daisy hanya melakukan hal yang dia ketahui untuk dapat menenangkan hatinya. Mencoba segala cara agar membuatnya mengerti, bahwa Alexander memiliki alasan dengan semua yang dia buat.

Alexander memang belum mengatakan alasan yang sebenarnya, dia harus mencoba mengetahui apa alasan suaminya tidak menginginkan anak.

Dia menunggu suaminya di dalam kamar, setelah tadi pagi mereka bertengkar hebat, kemungkinan besar suaminya hari ini akan pulang larut atau bahkan dini hari.

"Daisy! Daisy!" Suara seseorang laki-laki diantara panggilan atau teriakan menyapa telinganya.

Dia membuka pintu kamarnya, melihat ke arah lorong didepan kamarnya. Suaminya berjalan dengan tertatih ke depan pintu kamar yang tadi pagi dia tempati setelah meninggalkan kamar mereka.

"Daisy!" Suara suaminya marah terdengar begitu kencang. "Open this door!" (Buka pintu ini!)

"Let me in!" (Biarkan aku masuk!) Alexander mengetuk-ngetuk atau lebih tepatnya memukul-mukul pintu itu.

Dia tak menjawab apa-apa, memperhatikan punggung suaminya yang naik turun, suaminya masih berusaha memukul pintu itu dengan tangan. Merasa tak ada yang menjawab, Alexander terdiam menatap pintu yang kokoh itu cukup lama. Dia tak dapat melihat ekspresi suaminya.

"You're my wife!" (kau adalah istriku). Suaminya berteriak lagi. "You have to obey me!" (Kau harus menurutiku). Suara suaminya serak, dia tahu bahwa sepertinya suaminya mabuk.

Suaminya membalikkan badannya dengan bersandar ke pintu kayu, matanya terpejam, menghela napas dengan berat. Tangannya mengepal mungkin karena begitu emosi terhadapnya. "You have to answer me!" (kau harus menjawabku!). Alexander teriak lagi.

"Daisy!" Suara suaminya terdengar lebih pelan namun begitu menakutkan. "If you don't open this door, i will break it!" (Jika kau tidak membuka pintunya, aku akan mendobraknya!)

"I'm here, Mr Strife." (Aku disini, Mrs Strife). Ucapnya membuat suaminya membuka mata, berjalan terhuyung-huyung padanya.

Dengan sigap dia menangkap tubuh suaminya yang berat, memeluknya dengan menepuk-nepuk punggung suaminya.

"You are my wife!" Racau suaminya yang berada dalam pelukannya, bau alkohol yang cukup tajam dapat tercium olehnya. "Legally, I own you!" (secara legal, aku memiliki mu!).

"I know, that's true." Balasnya.

"You're mine! You belong to me!" (Kamu milikku!). Ucap suaminya lagi.

Daisy menarik napas dalam-dalam. "I'm yours." Ucapnya.

Alexander melepas pelukannya, menatapnya dengan mata gelap yang tajam membara. Dia mengangkat tangannya untuk menyentuh lembut pipi suaminya, sambil bertanya-tanya didalam pikiranya.

Apa yang membuatmu tidak ingin memiliki anak? Kenapa sampai seperti ini?

Tiba-tiba suaminya menarik tengkuknya untuk lebih dekat dengan bibir suaminya dan menciumnya dengan panas. Mulut suaminya seperti meremukan mulutnya. Tidak seperti ciuman yang biasanya mereka lakukan, kali ini begitu menuntut, begitu kasar, begitu meluap-luap. Dia dapat merasakan bahwa suaminya menginginkannya. Dia dapat mengetahui dari ciuman suaminya.

Kedua tangannya terangkat ke bahu suaminya lalu menyatu di belakang leher suaminya untuk memberi keseimbangan pada tubuhnya karena saat ini lututnya sudah mulai menyerah. Ciuman ini berlangsung tanpa batas waktu, bibir suaminya begitu gelisah dan panas sementara kedua tangan suaminya yang dingin masih berada di tengkuknya. Dia merasakan amarah yang suaminya luapkan, serta kebimbangan atau kegelisahan yang ingin suaminya sampaikan padanya.

An Incovenient FlameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang