*Minta Taburan Bintangnya Ya*"I can die in peace after hearing that." (aku bisa mati dengan tenang setelah mendengar itu).
I will never let you die. You can't leave me, Xander. (aku tidak akan membiarkanmu mati. Kau tidak bisa meninggalkanku).
Daisy menatap suaminya yang menutup mata disampingnya, lalu dia ikut menutup matanya. Berharap dapat beristirahat dari semua yang terjadi hari ini.
Matanya terbuka, dahinya berkeringat, dia tersadar sedang berlari. Berlari dari siapa? Atau mengejar apa? Dia melihat ke kanan dan kekiri, tak ada siapapun disini.
Pandangannya beralih ke depan, melihat punggung seorang laki-laki. Dia mengenal punggung itu, punya yang selalu dia rindukan,punggung yang selalu dia sentuh.
Dia mencoba membuka mulutnya untuk mengucapkan nama pria itu 'Xander!' Tapi seakan suaranya hilang, tak dapat dikeluarkan. Keadaan begitu sunyi padahal dia sudah memanggil-manggil suaminya.
Kakinya terus berlari dengan cepat, berharap dapat menyentuh punggung itu, namun dia tidak dapat menggapainya. Semakin dia mendekat, namun, punggung itu semakin menjauh.
Xander!
Dia mencoba teriak lagi agar pemilik punggung itu dapat berbalik untuk melihatnya. Namun, pria yang tak lain adalah suaminya terus menjauh darinya.
Tiba-tiba kakinya berhenti, punggung pria itu berhenti juga. Dia mencoba menggerakkan kakinya untuk dapat berjalan ke arah pria itu. Namun, kakinya tidak dapat bergerak.
Xander!
Mulutnya mengulangi panggilan untuk suaminya, tapi tak ada suara yang keluar.
Tangannya bergetar terangkat ke depan wajahnya, matanya membesar begitu terkejut melihat seluruh darah melumuri tangannya.
Mulutnya terbuka, tidak mengerti apa yang terjadi, lalu pandangannya beralih pada suaminya yang ada didepan. Punggung itu bergetar hebat.
Darah yang ada di tangannya berasal dari cipratan tubuh di depannya.
Xander!
Dia teriak namun suaranya tetap tak dapat keluar, kakinya juga masih tidak dapat digerakkan dan tiba-tiba tubuh di depannya terjatuh.
Daisy terbangun dengan nafas terengah-engah. Dia melihat ke sekeliling, Dexton berjalan mendekat padanya. "Are you ok?" (kau baik-baik saja?). Tanya Dexton memegang kedua bahunya.
"Xander?" Tanyanya masih dengan nafas memburu.
"Menemui Olivia, kau tenang saja dia akan segera kembali." Ucap Dexton.
Dia melihat selimut yang turun dari tubuhnya yang mengenakan gaun rumah sakit baru, pasti suaminya lah yang memakaikannya gaun itu dan menyelimutinya.
"Aku bermimpi." Suaranya sedikit bergetar. "Xander. Darah. Dan.... aku tak dapat berbicara, aku tak dapat menolongnya."
"Daisy." Dexton menariknya kedalam pelukan. "Everythings gonna be alright, your husband is Al Capone's leader." (semua akan baik-baik saja, suamimu adalah pemimpin Al Capone).
Dia menutup matanya, mencoba mengambil aura positif dari pelukan Dexton. "Ya, semua akan baik-baik saja."
"Aku tidak pernah melihat pria yang lebih kuat darinya, jadi kau tidak perlu khawatir."
Senyum tipis mengembang dari bibirnya, harus dia akui bahwa berbicara dengan kakaknya seperti ini membuat dia lebih tenang. "Kau memaksaku menikah dengannya karena dia pria yang paling kuat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
An Incovenient Flame
RomansaMATURE CONTENT. HARAP BIJAK DALAM MEMBAJACA [+21] ------ Wanita itu duduk bersebelahan dengan pria yang dilihatnya sedari tadi. Dia memesan satu gelas gin supaya tidak terlihat bahwa dia sedang menguntit laki-laki ini. Laki-laki yang membuat dunia b...