(7) Hidup Mandiri

14.7K 706 9
                                    

Dalam perjalanan menuju kafe, air mata sialan ini tidak kunjung berhenti juga, tidak perduli tatapan orang-orang dalam bus ini yg memperhatikan ku, yg terpenting aku merasa lega karna telah mengungkapkan perasaanku yg selama ini aku pendam. " bunda, semua ini prilly lakukan demi kebahagiaan bunda, apapun yg buat bunda bahagia prilly akan lakukan?" Batinku berusaha menguatkan hati ku.

*****

Hari ini adalah hari pertama aku bekerja sebagai pelayan di kafe om rian, yg notabene nya adalah om nya nurul. Meski sebelumnya aku tidak pernah melakukan pekerjaan seperti ini di rumah tapi tidak ada salahnya aku mencoba nya toh ini demi kelangsungan hidupku selama belum menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yg layak. Walaupun aku memiliki suami yg kaya namun aku tidak mau merepotkan nya meski menafkahi istri memang tugas ali sebagai suami ku tapi tetap aja aku gak mau ngerepotin ali.

"Mbak..?" Teriak seorang pengunjung kafe memanggilku, saat aku akan kembali ke dapur sehabis mengantarkan sarapan untuk om rian, aku pun segera menghampiri meja pengunjung itu dan memberikan buku menu kemudian mencatat pesanan nya.

******

Setelah makan siang, aku coba tiduran sebentar di sofa yg ada di ruang office, seharian ini benar-benar menguras tenaga ku. Ternyata mencari uang itu tak mudah, saat mataku setengah terpejam handphone yg berada di saku celana berdering menyuarakan ringtone panggilan. Ku raih handphone dan melihat siapa yg menghubungi ku,

'Bang Ali'

Ada apa bang ali menghubungiku siang-siang begini. Ku tekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan nya.

"Assalamualaikum?"
"Walaikumsalam.."

"Ada apa bang?"
"Abang lagi dijalan pulang, kamu pulang sekarang?"

"Loh bang tapi..?"

"Abang tunggu satu jam lagi di rumah,assalamualaikum?"

Putusnya tanpa mendengar kan jawaban ku dulu, apa-apaan sih ali ini bukan nya tadi pagi aku udah bilang kalau hari ini aku pulang sore.

******

Dengan sedikit kesal aku memasuki rumah, dan mendapati ali yg tengah duduk di meja makan dengan pakaian yg sudah berganti dengan pakaian rumah, kaos polo hitam dan celana denim pendek hitam.

"Prilly kan udah bilang hari ini prilly pulang sore?" Ucapku kesal padanya.

Ku lihat ali menatapku dengan pandangan yg sulit ku artikan.

"Mamah mau kesini?" Ucapnya datar tapi berhasil membuat ku melongo.

"Kok gak bilang sama prilly dulu?"

"memangnya kalo mamah mau maen kerumah harus minta izin sama kamu dulu?" Ucapnya sarkatis

"Bu-bukan gitu maksut prilly. Setidaknya prilly kan bisa masak dulu buat nyambut mamah?"

"Yaudah sekarang aja kamu masak, masih ada waktu kok?" Ucapnya dingin sambil berlalu menuju ruang tv.

Astaga kenapa punya suami nyebelin seperti ini sih. Yaallah berikan selalu kesabaran untuk menghadapinya. Dengan berjalan sedikit menghentakkan kaki ku, aku segera berlalu menuju dapur dan melihat isi ku kulkas dan mulai mengeluarkan isinya ternyata lumayan banyak bahan yg bisa dimasak, tanpa berganti pakaian hanya memasang celemek shincan ku, aku mulai berkutat dengan bahan-bahan masakanku.

"Ada yg bisa abang bantu?" Aku melirik ke arah suara dan mendapati ali sudah berdiri di depan ku.

"Emang mau bantuin?" Ucapku menatap nya

"Kalo perlu bantuan abang bisa bantuin?"

"Beneran?" Tanyaku masih tak yakin, ku lihat dia hanya membalas nya dengan senyuman, senyum yg sama saat pertama kali kami bertemu dan senyum yg mampu membuat jantungku berdegup kencang.

"Hei malah bengong lagi?" Panggilnya membuat ku tersadar dari lamunan akibat senyumnya.

"Eh...hehee"

"Jadi ada yg bisa abang bantu?"

"Oh iya ada.. tolong goreng ayam ini ya sampai sedikit kering biar prilly siapin saus buat tuangin ke ayam nya?" Setelah mendapat instruksi dariku, ku lihat ali segera berpindah ke sampingku untuk mulai menggoreng.

"Prill ini aman kan?" Ucapnya saat akan memasukkan ayam ke dalam penggorengan. Aku menatap ali tak mengerti, seperti bisa membaca pikiran ku dia kembali berucap "maksutnya minyak nya gak lari kemana-mana kan?" Tambahnya lagi "aman kok asal masukin ayam nya pelan-pelan jangan di lempar?" Ucapku terkekeh ternyata ali ini penakut juga ya.

Ku lihat ali mulai memasukkan ayam nya ragu-ragu dan berhasil tapi sedetik kemudian dia berlari menjauh, aku yg lucu akan tingkah nya tanpa sadar menertawakan nya.

"Kenapa ketawa?" Sejenak aku berhenti dari tawaku, ku lihat ali tengah memandangku dengan tatapan ngeri, namun belum sempat aku menjawabnya tercium bau gosong dari arah penggorengan, segera aku berbalik dan mendapati ayamnya sudah berubah warna menjadi agak hitam.

"Yaallah ayam nya gosong?" Dengan cepat aku mematikan kompor dengan penggorengan yg mulai berasap. Aku sedikit panik dengan asap yg mengepul,

"Prill?" Panggilnya pelan, aku menoleh dengan tatapan kesal padanya.

"Abang gimana sih?" Ku lihat ali tengah mengusap tengkuknya merasa bersalah.

"Maaf?" Ucapnya lirih, aku berusaha menetralkan nafasku menahan emosi.

"Yaudah sekarang abang yg siapin bumbu nya aja, biar nanti prilly yg goreng ayamnya?" Ucapku kembali berbalik ke penggorengan dan membuang ayam yg gosong tadi, ku lihat ali sudah mulai mengiris bawang merah. Setelah itu kami masak dalam diam hanya sesekali ali bertanya padaku tentang apa yg harus dikerjakan nya lagi.

*****

Setelah selesai memasak kami pun mandi dengan ali yg terlebih dulu mandi sementara aku masih menata masakan kami di meja. Setelah semua siap ku lihat ali sudah turun dengan rambut yg masih basah dan dibiarkan nya berantakan dengan kaos polo putih dan celana pendek abu-abu dengan setelan santai seperti ini ali terlihat lebih tampan dan fresh.

"Prill kamu bisa mandi sekarang,mamah sebentar lagi datang?" Ucapnya yg berhasil membuatku tersadar dari lamunan ku.

"Oh iya kalo gitu prilly mandi dulu" jawabku yg langsung berlalu menuju kamar.

**********

Dan disinilah sekarang kami, duduk di meja makan bersama mamah untuk makan malam.

"Gimana kehidupan kalian setelah menikah?" Tanya mamah di sela-sela makan malam kami. Oya mamah mertua ku ini sudah menjadi single parent sejak ali berusia 12 tahun, ali hidup dengan mamah dan adik perempuan nya tapi kini adiknya sedang melanjutkan study nya di London.

"baik-baik aja mah?" Jawab ali santai,

"Syukur lah? Gimana Li berarti mamah gak salah kan pilihin kamu calon istri, udah cantik, baik, sopan, pintar masak lagi?" Ucap mamah mengusap lembut pugung tanganku, aku hanya tersenyum malu mendengar pujian mamah yg berlebihan ini.

"Iya mah?" Ucap ali singkat tanpa melihat ke arah kami.

"Hmm.. prill kamu yg sabar ya nak ngadepin suami es kamu ini,ali memang begitu orangnya?" Ucap mamah mengingatkanku dan berhasil membuat ali menatap kami.

"Oya jadi kapan kalian punya baby?" Tanya mamah yg berhasil membuatku tersedak makanan yg belum sempat ku telan dan mamah langsung memberikan minum padaku. "Pelan-pelan dong sayang makan nya?" Ucap mamah tampak khawatir, ku lihat ali tak lepas menatapku membuatku semakin salah tingkah.

"Belum kepikiran mah?" Jawab ali asal yg berhasil mendapat tatapan tajam dari mamahnya aku hanya terkekeh melihatnya.

*********

TBC

Maaf kalo pendek dan gaje tapi saya sudah berusaha ditengah kesibukan saya...
Kritik dan saran tetap di tunggu...
Please keep vomment untuk membuat saya semakin ingin melanjutkan cerita ini... tangkyu guys...  :*

Sekenario TuhanWhere stories live. Discover now