Prilly POV
Setelah menenangkan diri dengan bercerita pada nurul tentang semuanya, aku putuskan untuk tetap pulang ke rumah ali. Apapun yg terjadi nanti aku harus siap menerimanya, meski harus menghadapi emosi ali yg menakutkan demi bunda, aku harus tetap kuat sampai ali sendiri yg memutuskan akan dibawa ke arah mana pernikahan ini. Saat aku melewati ruang televisi, ku lihat ali tengah duduk disana. Tubuhku bergetar saat melewatinya, aku berusaha untuk tidak menoleh ke arah ali dengan terus berjalan ke arah tangga yg menghubungkan ke lantai atas saat kaki ku baru saja menginjak tangga pertama, ali bersuara "kita perlu bicara?" Ucapnya dingin, yg berhasil membuat tubuhku menggigil ketakutan. Aku menoleh kearahnya, "duduk sini?" Ucapnya menepuk sofa disebelahnya. Aku pun mendekat ke arahnya, tetapi aku memilih duduk di kursi yg ada di seberangnya karna tidak mungkin aku berani duduk disebelahnya sekalipun ali sudah menyuruhku. Ali mematikan televisi yg tadi sedang di lihatnya, kemudian beralih memandangku. Aku hanya menunduk takut tidak berani menatapnya, "abang gak tau lagi harus mulai dari mana? Karna terlalu banyak nya masalah yg kita hadapi selama ini?" Ucap ali memulai pembicaraan. "Kita menikah pun atas dasar perjodohan orangtua jadi abang pikir wajar kalo kita tidak pernah harmonis?" Tambahnya lagi ku lihat ali menghela nafas "mungkin sebaiknya kita harus saling introspeksi diri dulu untuk saat ini, apakah pernikahan ini akan diteruskan atau di sudahi saja sampai disini?" Ucapnya lagi yg berhasil membuatku terkejut, aku tidak menyangka ali akan berkata seperti ini. "Iya prilly paham bang, apapun yg terjadi nanti semoga bisa sama-sama kita pikirkan dengan baik agar tidak ada penyesalan nantinya?" Jawabku berusaha tenang, aku harus kuat. Tahan prilly jangan menangis lagi disini. Astaga air mata sialan ini sudah memenuhi pelupuk mataku dan bersiap untuk keluar. "Yaudah prilly ke kamar dulu ya bang, mau istirahat?" Pamitku padanya segera berdiri dan berlalu untuk kekamar. Air mata ku pun luruh. Saat sampai dikamar bahkan aku merutuki diriku yg tidak pernah berani membela diri di depan ali bahkan saat ali bersikap tenang seperti tadi. Ya tuhan seperti inikah berumah tangga?
****
Ali POVSaat sampai dirumah kudapati rumah dalam keadaan kosong, pikiranku semakin kacau dan panik mendapati prilly tidak berada di rumah, kemana prilly apakah dia marah padaku atau dia pergi meninggalkan ku. Aku coba pergi ke kamar membuka lemari pakaian kami, ku lihat pakaian prilly masih utuh di sini lalu kemana dia.
***
Sudah hampir maghrib prilly belum juga pulang, aku semakin gelisah memikirkan nya. "Prill pulang prill kita perlu bicara?" Gumamku, aku memutuskan menunggunya sambil menonton acara televisi meski pikiranku sama sekali tidak tertuju pada acara yg sedang berlangsung. Aku mengusap kasar wajahku, sefrustasi inikah jika aku kehilangan nya. Astaga prilly kemana kamu, saat aku melamun ku dengar suara langkah kaki berjalan sangat hati-hati ke arah ku, tanpa menoleh aku sudah tau langkah siapa itu. Diam-diam aku menarik nafas lega mendapati nya pulang kerumah. Aku berusaha membuka suara "kita perlu bicara?" Ucapku sebiasa mungkin, dan Aku menoleh kearahnya, "duduk sini?" Ajak ku menepuk sofa yg ku duduki. ku lihat prilly mendekat ke arahku namun prilly tidak duduk di sebelahku melainkan mengambil tempat duduk yg ada di seberangku. Aku mematikan televisi yg tadi sedang ku lihat, kemudian beralih memandangnya. Aku kaget mendapati keadaan nya yg menyedihkan, mungkin kah perlakuan ku sekejam itu padanya hingga membuatnya semenyedihkan ini, ku lihat prilly hanya menunduk tanpa melihat kearah ku, Aku memulai pembicaraanku "abang gak tau lagi harus mulai dari mana? Karna terlalu banyak nya masalah yg kita hadapi selama ini?" Ucapku memulai pembicaraan. "Kita menikah pun atas dasar perjodohan orangtua jadi abang pikir wajar kalo kita tidak pernah harmonis?" Tambahku lagi, aku sedikit menghela nafas gusar untuk melanjutkan ucapanku tapi aku rasa mungkin ini yg terbaik saat ini "mungkin sebaiknya kita harus saling introspeksi diri dulu untuk saat ini, apakah pernikahan ini akan diteruskan atau di sudahi saja sampai disini?" Ucapku lagi yg membuatnya menatapku terkejut, aku lihat dimatanya penuh kesedihan. "Iya prilly paham bang, apapun yg terjadi nanti semoga bisa sama-sama kita pikirkan dengan baik agar tidak ada penyesalan nantinya?" Jawabnya yg membuatku ikut terkejut, benarkah prilly menyetujui ini. Apakah ini yg memang prilly inginkan hingga dia menyetujui keputusan ku. Ku lihat matanya yg sudah memerah seperti menahan air mata yg mungkin sebentar lagi akan luruh."Yaudah prilly ke kamar dulu ya bang, mau istirahat?" Pamitnya padaku yg segera berdiri dan berlalu untuk kekamar. Aku hanya mampu memandangi punggungnya yg berjalan menjauh saat ini. Tapi mungkin saat ini memang ini yg terbaik untuk pernikahan kami.