(6) Sesulit Inikah Mengertinya?

14.3K 736 8
                                    

Selepas maghrib aku baru sampai rumah, Aku menarik nafas lega saat ku dapati rumah masih dalam keadaan gelap itu berarti ali belum pulang.

Aku berjalan menyusuri ruang tamu mencari saklar lampu, setelah lampu menyala aku terkejut saat melihat ali berdiri tepat di depan ku. Rambutnya yg masih basah dengan memakai pakaian rumah, itu artinya ali sudah dari tadi pulang ke rumah.

"Dari mana prill?" Tanya nya dingin.

"Eum.. anu..e.. itu" Aish kenapa sulit sekali mengeluarkan suara.

"Dari mana, abang tanya?" Ucapnya dengan sedikit tinggi.

"Dari kampus" Ucapku takut-takut, ku lihat ali menyeringai.

"Jam berapa ini? Memangnya kampus kamu buka sampai malam begini?" Ucapnya dingin, aku tak berani menatapnya sedikitpun.

"Kalo orang lagi ngomong itu dilihatin" Ucapnya mendongakkan wajahku dengan satu telunjuknya.

"Tadi bus nya susah bang" Ucapku berbohong.

"Bukan nya tadi kamu naik motor pulangnya" Ucapnya yg berhasil membuatku terlonjak.

"Eh.. eum iyaa tadi.. itu..aku.. apa namanya eum" Ucapku bingung

"Halah udah lah, jadi sekarang aku udah gak heran kenapa kamu udah gak perawan ternyata gini kelakuan kamu ya."ucapnya lantang tanpa rasa tidak enak sedikit pun, astaga ternyata selama ini fikiran nya tentang aku cuma kayak gini, benar-benar gak nyangka suami ku sendiri tega menyakiti hatiku dengan kata-kata nya.

"Maksut abang apa?" Ucapku dengan suara sedikit bergetar.

"Ya jadi gini kelakuan kamu, selalu keluyuran tiap pulang kuliah sampai larut malam kayak gini. Makanya sampai terlibat pergaulan bebas" Ujarnya dengan nada mengejek yg membuatku tersinggung,Tanpa menjawab perkataan nya, aku segera beranjak dari tempatku berdiri menuju kamar sebelum air mataku luruh, karna ku rasakan air mata sudah penuh di pelupuk mataku membuat pandanganku kabur.

Saat sampai dikamar,air mata yg kutahan pun luruh.

"Tega banget kamu Li ngomong kayak gitu sama aku"

Ternyata kamu gak benar-benar nerima aku, mungkin hanya karna tuntutan orangtua makanya sampai sekarang kamu gak mau nyentuh aku jadi ini alasan nya. Bodohnya aku berharap kalo ali bakal cinta sama aku, ternyata dia jijik sama aku.

Bunda maafin prilly udah ngecewain bunda kayak gini.

*******

Pagi ini seperti pagi-pagi yg biasa nya, tidak ada yg berubah meski aku masih sakit hati sekali akan ucapan ali semalem tapi aku berusaha untuk tidak menanggapinya toh yg ali katakan memang benar aku sudah tidak 'perawan' apalagi sebutan untuk wanita yg sudah tidak perawan kalo bukan perempuan tidak baik.

"Bang hari ini prilly ke kampus lagi,mungkin pulangnya agak sore" Ucapku sambil menyantap nasi goreng yg menjadi menu sarapan kami setiap pagi. Ku lihat dia mendongakkan wajahnya terkejut.

"Terserah kamu" Ucapnya acuh "oya sory buat semalem?" Ucapnya yg berhasil membuatku menatapnya,dan kini kami saling menatap.

"Gak papa, aku udah lupain kok" Ucapku

"Kamu gak marah?"

"Untuk apa marah, lagian yg abang bilang itu benar kok. Prilly emang udah gak perawan, dan prilly memang bukan perempuan baik-baik" Ucapku yg kembali menundukkan wajah ku, ku rasakan mataku mulai memanas, tahan prill jangan nangis sekarang.

"Bukan gitu maksut abang" Ucapnya merasa bersalah,

"udah gak papa bang, harusnya prilly yg minta maaf sama abang" Ucapku sedih

"Maaf untuk apa?" Tanya nya tak mengerti.

"Maaf prilly udah ngancurin masa depan bang ali, harusnya bang ali bisa nikah sama perempuan baik-baik yg bisa kasih keperawanan nya untuk bang ali bukan kayak prilly yg bahkan gak bisa jaga kehormatan prilly sebagai wanita untuk suami prilly, bang ali orang baik jadi wajar kalo bang ali kecewa sama prilly" Aku berusaha mengungkapkan semua ganjalan dihatiku pada ali. "Yaudah prilly berangkat dulu ya, abang nanti nyetir nya hati-hati.. jangan ngebut-ngebut,assalamualikum" Ucapku menyalami tangan ali yg masih diam tak bergeming.

********

TBC

Sekenario TuhanWhere stories live. Discover now