(37) Kekanakan

13.2K 585 39
                                    

Part ini aku dedikasikan untuk semua readers yg kemarin udah ngasih ide... terimakasih ya.. ide kalian sangat membantu... :')
Kalo ada yg mau ngasih ide lagi untuk next part.. boleh ya? Bakal aku tampung semua... :)
****

PRILLY POV
Pagi ini aku bangun dengan keadaan tidak baik-baik saja setelah semalaman aku tidak bisa tidur karna memikirkan ali yg akan pergi ke luar kota meski untuk alasan pekerjaan tapi aku merasa gelisah. Bagaimana kalau saat ali pergi Bima terus menemuiku? Tentu ini menjadi berita baik untuk Bima mengetahui ali pergi keluar kota untuk waktu yg lumayan lama, 5 hari lama kan ya?
Entahlah aku merasa tidak ikhlas melepas suamiku pergi meski untuk urusan penting seperti ini.
"Pagi sayang..." sapa ali yg kini memeluk ku dari belakang saat aku tengah menyiapkan sarapan untuknya membuat aku terkesiap dengan kehadiran nya yg tiba-tiba dibelakangku.
"Pagi.." jawabku pelan.
"kamu masak apa hari ini?" Tanya nya basa basi karna aku pastikan ali sudah melihat nasi goreng yg saat ini sedang aku buat ini.
"Seperti biasa.. nasi goreng sosis"
"Em kedengaran nya enak" ucapnya lalu melepaskan pelukan nya dan beralih ke meja makan dan duduk disana. Ada perasaan tidak rela saat ali melepaskan pelukan nya dari tubuhku, entahlah akhir-akhir ini aku sering menginginkan dekat-dekat dengan ali, mungkin salah satu keinginan bayiku juga. Aku ikut menghampirinya dengan membawa dua piring nasi goreng ke meja tempatnya duduk saat ini dan menyodorkan segelas kopi hitam untuknya dan susu khusus ibu hamil untuk ku sendiri. Kami memulai sarapan kami pagi ini dalam diam, sebelum akhirnya ali memulai pembicaraan.
"Sayang.. kamu mau nginap dirumah bunda aja atau dirumah mamah, selama abang pergi keluar kota?" Tanya nya tampak ragu-ragu. Aku mendongak menatapnya malas.
"Aku dirumah aja deh"
"Em abang gak tenang kalau kamu sendirian dirumah yang"
"Aku bisa jaga diri kok, abang kalau mau pergi... pergi aja" jawabku ketus, ku dengar ali menghela nafas, tangan nya terulur menggenggam tanganku.
"Abang tau ini mendadak, tapi abang benar-benar harus pergi yang.. please selama abang pergi kamu bisa tinggal dirumah mamah atau bunda ya"
"udah jam 8 lewat, gak mau ke kantor?" Tanyaku bermaksut mengusir ali, jujur aku malas membahas soal ini. Lagian Ali gak peka banget sih jadi suami, harusnya dia kan tau kalau istri lagi hamil itu bawaan nya pengen dekat suami terus, ini justru mau keluar kota segala sampe 5 hari lagi. Jadi malas mau ngomong sama ali, percuma juga ngomong toh ali bakal tetap pergi kan?
"Yaudah abang pergi ke kantor dulu ya, kamu hati-hati dirumah. Kalau.."
"Iya" potongku cepat sebelum dia selesai berbicara. Ali menghampiriku dan mencium puncak kepala ku, aku masih menundukan wajah malas menatapnya. Ali hanya menghela nafas dan berlalu.
***
ALI POV
Sejak kemarin prilly lebih banyak diam dari pada berbicara seperti biasanya. Entahlah sejak aku berpamitan pada nya malam itu, prilly menjadi sangat pendiam, kalau ditanya pun pasti jawaban nya selalu ketus, aku sampai kehabisan cara untuk membujuknya agar tidak ngambek lagi. Kepergian ku kan hanya 5 hari, lagian ini urusan pekerjaan bukan liburan. Kalau pun aku bisa mengajak prilly untuk ikut, aku pasti sudah mengajaknya tapi kata tante mery dokter pribadi kami sekaligus tante ku, prilly tidak boleh kelelahan karna seringnya prilly pingsan jika stres ataupun kelelahan itu membahayakan bayi kami, jadi dengan berat hati aku tidak bisa mengajaknya untuk ikut serta. Aku masih memperhatikan prilly yg tengah sibuk menyiapkan koper ku, meski dalam keadaan marah, prilly tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.
"Tas kamu mana yang?" Tanyaku saat melihatnya sudah selesai mengemas pakaian ku kedalam koper tapi aku tidak melihat tas nya.
"Aku dirumah aja" jawabnya tanpa menoleh. Aku menghela nafas.
"Kamu dirumah bunda aja yang.. biar abang lebih tenang perginya" ucapku berusaha tetap tenang.
"Abang kalau mau pergi.. pergi aja gak usah khawatirin aku, aku bisa jaga diri kok. Lagian aku kan bukan anak kecil lagi yg harus dititip-titipin!" Ucapnya ketus.
"Beresin baju kamu juga" ucapku masih berusaha menahan emosi ku, apa sih sebenarnya mau dia ini? menguji kesabaranku sekali.
"Aku dirumah aja"
"Beresin baju kamu cepat! Aku gak ada waktu lagi sekarang! Ngerti gak sih sebenarnya!!" bentak ku yg sudah kesal padanya, aku pikir dia seperti anak kecil sekali. Aku tidak tahan dengan sikapnya yg seperti ini. Aku berjalan menghampiri lemari kami, mengambil separuh bajunya untuk ku masukkan kedalam tas, aku sudah sangat emosi sekarang jadi wajar kalau saat ini aku bergerak dengan kasar saat memasukan baju-bajunya.
Aku menoleh ke arahnya yg masih diam bergeming di dekat ranjang kami, wajahnya sudah basah oleh air mata. Ya Tuhan.. apa yg sudah aku lakukan saat ini sampai prilly menangis seperti itu.
"Aku mau dirumah aja" ucapnya ditengah isak tangisnya, aku mengacak rambutku frustasi dan menghampirinya lalu membawa nya kepelukan ku. Saat itu juga prilly menangis tersedu-sedu, layaknya anak kecil yg menangis setelah dimarahi ibunya.
"Maafin abang ya" ucapku menyesal telah membuatnya menangis seperti ini.
"kenapa bentak-bentak" ucapnya lagi di sela tangisanya yg terdengar pilu.
"Maaf.. abang cuma khawatir sama kamu yang kalau kamu dirumah sendirian, please nurut dong" ucapku frustasi tidak tau harus berbicara apa lagi saat ini.
"Tapi aku mau dirumah aja"
"Iyaa yaudah kalau kamu mau dirumah aja biar abang suruh alya nemenin kamu ya?" Tanyaku, mau gimana lagi selain harus menuruti kemauan nya sekarang, prilly langsung melepaskan pelukan nya. Ya Tuhan wajahnya sembab oleh air mata, aku sungguh menyesal tadi sudah membentaknya.
"Gak usah.. prilly sendirian aja dirumah, nanti kalau prilly pengen ditemenin biar prilly telpon alya sendiri"
"Pilihan nya cuma di temenin alya atau kerumah bunda?" Tanyaku yg tidak mau mendengar alasan nya lagi, prilly tampak berpikir.
"Yaudah oke aku kerumah bunda aja" sungutnya.
"Nah gitu dong.. yaudah sekarang kita berangkat ya" ajak ku pada prilly yg segera menghela nya ke mobil.
***
"Bun.. ali nitip prilly dulu ya selama ali pergi ke jakarta"
"Iya Li.. bunda bakal jagain prilly"
"Yaudah sayang.. abang berangkat dulu ya.. kamu baik-baik disini, oke" pamitku pada prilly yg masih saja ngambek.
"Iya hati-hati dijalan"
"Iya sayang.. nanti kalau abang udah sampai, abang telpon ya"
"hmm.."
"Yaudah bun ali berangkat dulu yaa, titip prilly" pamitku pada bunda, mencium tangan bunda dan beralih mencium kening prilly. Rasanya tidak rela lama-lama meninggalkan prilly disini tapi aku harus tetap berangkat demi kelangsungan perusahaan ku.
***
Sesampainya di hotel jakarta, aku segera menghubungi prilly.
"Nomor yg anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan..."
"Kok gak aktif"
Aku terus menghubunginya.
Aku mengacak rambutku, berkali-kali aku menghubungi prilly tapi tidak juga bisa, kemana sebenarnya prilly? Bunda? Kenapa aku sampai lupa untuk menghubungi bunda, baru saja aku akan mendial nomor bunda, nama bunda sudah muncul di layar handphone ku tanpa pikir panjang aku segera mengangkatnya.
"Halo bun"
"Halo Li.. prilly kabur"
"Apa!"
"Tadi bunda udah cegah tapi prilly tetap ngotot minta pulang, bunda khawatir banget Li.. nomernya juga gak aktif, bunda mau nyusul tapi gak ada orang di rumah. Gimana ini Li"
Hah! Ini gila! Aku benar-benar gak nyangka prilly melakukan hal gila seperti ini. Dia gak mikirin bayi kami ya?
"Yaudah bunda sekarang tenang ya, biar ali suruh alya lihat prilly dirumah"
"Iyaa Li.. tolong kabarin bunda secepatnya ya"
"Iyaa bun"
***
Prilly Pov
Tok tok tok
Siapa sih ngetok pintu gak sabaran banget.
"Iya sebentar" teriak ku berjalan ke arah pintu. Saat aku membuka pintu, ternyata alya yg datang dengan tampang juteknya. Malas sekali sebenarnya melihatnya disini.
"Bisa gak sih gak nyusahin orang!" Ucapnya ketus sambil berlalu masuk kedalam rumah.
"Ada apa?"
"Pake nanya lagi.. tadi bang ali telpon gue dan nyuruh gue ngecek kerumah, ada lo gak!"
"Kenapa ali gak telpon aja?" Tanyaku yg mulai malas dengan alya. Alya memutar bola mata nya bosan.
"Kalo bisa ditelpon juga.. gue gak perlu capek-capek datang kesini tau gak! Lagian kenapa sih nomor pake gak diaktifin segala?"
"Handphone nya lowbat" ucapku malas, saat itu juga terdengar suara handphone alya berdering.
"Nih suami lo nelpon" ucapnya menjulurkan handphone nya padaku. Aku segera mengangkatnya.
"Halo al.. gimana prilly ada dirumah gak?"
"Ini aku" jawabku malas, saat mendengar pertanyaan nya. Terdengar ali menghela nafas lega.
"Yaampun prill.. kamu kemana aja sih? Abang telponin kenapa gak aktif? Bunda khawatir nyariin kamu?" Tanya nya beruntun.
"Prilly dirumah.. prilly lebih nyaman di sini sendirian"
"Bisa gak sih jangan kayak anak kecil gini, kamu gak mikirin bayi kita! Sekarang kamu bukan hidup sendirian tapi ada bayi yg juga bergantung hidup sama kamu kalau..."
"Kalau telpon cuma mau marah-marah mending aku matiin"
"Prill..."
Tutt.
Aku mematikan ponsel alya secara sepihak dan mengembalikan nya pada alya.
"lo gak bersyukur banget ya punya suami sebaik ali!" Ucapnya sinis.
"Mau minum apa?" Tanyaku tanpa menjawab pertanyaan alya.
"Gak usah. Makasih. Gue pulang!" Ucapnya kesal dan segera berjalan keluar. Air mata yg sejak tadi aku coba tahan akhirnya luruh juga. Kenapa sih sama mereka semua hari ini? Aku cuma ingin tenang sendirian di rumah ku ini tapi kenapa sepertinya gak ada yg rela aku kayak gini. Ali juga! Dari tadi pagi marah-marahin aku terus.

Tok.. tok..
Astaga mau apa lagi sih tuh orang, kayaknya baru 5 menit yg lalu pergi. Dengan kasar aku menghapus air mataku, kemudian beralih berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu.
"Apa lagi?" Ucapku saat membuka kan pintu tanpa melihat wajah orang itu karna sudah di pastikan itu alya.
Tapi tunggu sejak kapan alya memakai pakaian formal untuk pria. Aku mendongak cepat kearah seseorang yg saat ini tengah berdiri di depanku.
"Bima.."
****
ALI POV
Setelah menelpon alya untuk menyuruh nya mengecek prilly dirumah meski awalnya alya tidak mau tapi akhirnya alya tetap kerumah ku meski dengan acara ngambek. Aku menelpon alya setelah setengah jam menunggu nya kerumah ku.
"Halo al.. gimana prilly ada dirumah gak?" Tanyaku panik.
"Ini aku" suara prilly yg menyahut membuatku bernafas lega.
"Yaampun prill.. kamu kemana aja sih? Abang telponin kenapa gak aktif? Bunda khawatir nyariin kamu?" Tanyaku beruntun.
"Prilly dirumah.. prilly lebih nyaman di sini sendirian" apa tadi dia bilang? Dirumah? Lebih nyaman sendirian? Sepertinya dia benar-benar ingin menguji kesabaranku.
"Bisa gak sih jangan kayak anak kecil gini, kamu gak mikirin bayi kita! Sekarang kamu bukan hidup sendirian tapi ada bayi yg juga bergantung hidup sama kamu kalau..."
"Kalau telpon cuma mau marah-marah mending aku matiin" potongnya cepat.
"Prill..."
Tutt.
"Halo prill..." yaampun prilly mematikan telpon nya secara sepihak. Astaga dia benar-benar membuatku marah kali ini. Aku kembali menelpon alya.
"Halo al.."
"Ya"
"Tolong berikan telpon nya ke prilly"
"Alya udah pulang"
"Ya ampun al.. abang belum selesai ngomong sama prilly"
"Bang udah lah, prilly tuh udah gak menghargai abang sebagai suaminya"
"Kamu ngomong apa sih al!" aku tersinggung saat mendengar ucapan alya barusan.
"Terserah lo deh bang"
Tutt.
Sial. Sejak kapan alya berubah jadi tidak sopan seperti ini padaku.
Ada apa sih sebenarnya dengan orang-orang hari ini.
"Yaampun prill.. kenapa sih kamu" aku benar-benar dibuat sakit kepala dengan kelakuan prilly yg masih ke kanak-kanakan seperti ini.
Drrtt... drtt
"Halo.."
"Halo pak.. pak ari sudah menunggu bapak dibawah"
"Oh iya saya segera turun"
"Baik pak"
Aku meletak kan ponsel ku di dalam laci nakas, dan segera beranjak pergi menemui salah satu client ku di restoran yg terletak dibawah.
Urusan prilly mungkin nanti aku akan menghubungi nya lagi setelah tenang nanti
****

Maaf lama update.. aku beneran sibuk kemarin-kemarin untuk Sidang Skripsi dan alhamdulillah sekarang sudah sedikit santai... aku usahain banget next part gak lambat update...
Aku tau ini pendek tapi nikmati yg ada dulu yah... trimakasih atas pengertian nya...

Keep Vomments.. tangkyu :*

Sekenario TuhanWhere stories live. Discover now