(26) Dia Hamil

20.3K 734 56
                                    

Aku masih menatapnya yg sedang tertidur lelap saat ini, keadaan nya sudah lebih baik setelah di berikan suntikan penurun panas. Dengan rasa menyesal aku terus membelai kepalanya dengan satu tangan yg tidak lepas dari genggaman tangan nya. Aku benar-benar shock saat dokter jihan memberitahuku bahwa kini prilly sedang hamil, bahkan selama ini aku benar-benar tidak menyadari nya, yang ada dipikiran ku hanya kemarahan yg terus menerus padanya bahkan tadi pun aku sempat membentaknya.

"Eum.. Jangan mara-h" ucap prilly mengiggau entah apa yg saat ini ada di pikiran nya hingga dia terus menginggaukan kata-kata yg tidak jelas seperti ini.

Aku semakin merasa bersalah melihatnya, aku mengusap lembut perut nya yg tidak pernah aku sadari bahwa ada kehidupan di dalamnya, yg bergantung hidup pada tubuh prilly. Aku masih belum bisa percaya bahwa sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah.

"Maafin ayah ya nak yg gak pernah sadar sama kehadiran kamu, dan tolong jaga bunda mu ya agar selalu sehat biar bisa ngelahirin kamu dengan sehat ke dunia ini. Buat saat ini kamu dan bunda adalah nafas ayah, ayah gak mungkin bisa hidup tanpa kalian berdua, ayah sayang kalian." Ucapku lembut, mencium perut prilly penuh sayang. Tanpa terasa air mata ku menetes saat mencium perut prilly, terasa sekali bahwa memang ada kehidupan di sana.

"Bang" panggil prilly yg ternyata sudah bangun dari tidurnya.

Aku  mendongak melihatnya "Kok udah bangun?" Tanyaku tersenyum padanya.

"Abang kenapa?" Tanya nya bingung, aku mengusap sisa air mata di wajahku.

"Gak papa kok sayang.. kamu kenapa udah bangun? Ini masih jam 3 pagi sayang" ucapku melihat jam di atas nakas. Ku lihat prilly berusaha bangun dari tidurnya, menangkup wajahku dengan kedua tangan mungilnya.

"Abang nangis?" Ucapnya sambil mengusap air mata yg masih tersisa di pipiku. Aku meraih tangan nya, mengecupnya lembut.

"Maafin abang ya, kalo selama ini abang udah jahat sama kamu, abang bener-bener nyesel prill" ucapku merasa bersalah.

"Abang apaan sih, kan prilly udah maafin abang dari dulu.. kenapa minta maaf lagi?"

"Abang ngerasa bersalah aja sama kamu, sering marah-marah sama kamu bahkan bentak-bentak kamu"

"Yaampun bang, prilly gak ambil hati kok itu semua. Prilly udah lupain semuanya."

"Tapi tetap aja abang ngerasa bersalah banget sama kamu, bahkan akhir-akhir ini abang sering cuekin kamu"

"Ssttt... udah prilly gak mau dengar lagi, apapun perlakuan abang ke prilly dulu, prilly udah maafin kok jadi abang gak perlu minta maaf lagi ya" ucapnya lembut, yg membuatku semakin merasa bersalah.

"Makasih ya sayang, abang janji sama kamu akan jagain kamu dan akan sayangin kamu seumur hidup abang" ucapku mengecup lembut kening nya.

"Iya bang.. prilly juga janji akan selalu maafin abang dan akan sayangin abang seumur hidup prilly" ucapnya bergantian mengecup keningku.

"jangan nangis lagi... Oya prilly mau kasih tau abang sesuatu" ucapnya terlihat sangat bahagia sambil mengusap air mata yg masih saja mengalir dari kedua sudut mataku.

Aku mengerutkan kening berpikir mungkin prilly mau kasih tau tentang kehamilan nya.

"Bisa tolong ambilin tas prilly yg ada di meja itu bang" tunjuk nya ke sebuah tas kecil berwarna coklat yg terletak di atas meja rias, aku pun berjalan mendekati meja rias mengambil tas coklat tersebut dan memberikan nya pada prilly. Prilly pun membuka tas itu mengeluarkan amplop coklat kecil dan mengeluarkan isinya.

"Ini" prilly memberikan sebuah foto seperti hasil USG, tanganku gemetar saat menyadari foto apa ini.

"Itu bayi kita, usia nya baru 4 minggu, kata dokter dia tumbuh  sehat di rahim prilly" ucapnya menjelaskan, aku mengalihkan pandanganku pada prilly menatapnya terharu. Prilly balas menatapku tersenyum, aku segera memeluknya erat mengungkapkan kebahagiaan kami dengan terus mengucap rasa syukur.

"Kenapa baru bilang?"

"Prilly juga baru tau kemarin waktu prilly periksa ke dokter." Ucapnya berbinar. "Maaf yah selama ini prilly udah sering bikin abang kesel sama tingkah prilly"

Aku mengerutkan kening "apa itu disebut dengan ngidam?" Tanyaku penasaran karna jujur ini pengalaman pertamaku menghadapi wanita hamil.

"Mungkin, soalnya kalo prilly pengen yg aneh-aneh tapi gak di turutin pasti rasanya tuh sedih gitu, rasanya pengen langsung nangis"

"Pantesan ya akhir-akhir ini kadang suka nangis gak jelas" ucapku mengacak gemas rambutnya. Prilly hanya tertawa, bahagia rasanya saat melihat prilly tertawa lepas seperti ini.

***

Saat ini aku sedang memeriksa dokumen-dokumen yg berisikan tentang kerja sama dengan perusahaan asing yg tadi pagi kami rapatkan. Tadi pagi-pagi sekali aku sudah harus berangkat kekantor untuk rapat ini bahkan sebelum prilly bangun, saat aku rasa keadaan nya sudah membaik aku memutuskan untuk berangkat ke kantor. Saat aku tengah sibuk dengan dokumen dan pikiran ku, tiba-tiba suara pintu diketuk dari luar, mungkin sekertarisku.

"Masuk" aku menyuruhnya masuk tanpa mengarahkan pandanganku pada nya.

"Abangg" aku mendongak cepat saat ku dengar suara prilly memanggilku, dan benar di dekat pintu prilly berdiri dengan cantiknya, dengan dress selutut tanpa lengan berwarna pink dan rambut yg di ikat ke belakang. Prilly menghampiri meja ku dengan bibir yg dimanyunkan. Aku hanya tersenyum melihatnya, hari ini prilly sungguh cantik.

"Abang kenapa tadi pagi gak bangunin prilly sih?" Tanyanya kesal, menghentak-hentakan kaki nya.

"Eh sayang pelan-pelan dong, jangan kayak gitu kasian dedek" ucapku mengingatkan nya bahwa saat ini ada bayi kami yg sedang bergantung hidup padanya. Aku berdiri menghampirinya, menghela nya ke sebuah sofa yg ada di ruanganku.

"Kamu ngapain kesini?" Tanyaku memeluknya lembut, menyenderkan kepalanya  di dadaku.

"Emang gak boleh"

Aku tersenyum mendengar jawaban nya "boleh sayang tapi tumben aja kamu kesini" ucapku mencoba memberi pengertian padanya.

"Prilly kangen" ucapnya manja sambil mengeratkan pelukan nya padaku.

"Nanti dirumah juga kan ketemu"

"Abang" prilly mendongak menatapku, astaga bibir pink nya sangat menggoda untuk ku cium, kalau saja ini bukan di kantor sudah ku cium dia.

"Cium" aku sampai terkejut menatap nya tak percaya saat dia berkata cium.

"Ini di kantor sayang"

"Gak mau tau salah siapa tadi pagi berangkat tanpa bangunin aku" ucapnya sebal, aku hanya dapat menahan tawaku. Kenapa semenjak hamil prilly jadi genit gini yah? Mungkinkah ini salah satu dari sekian banyak ngidamnya.

Lalu aku mencium keningnya lembut.

"Bukan disitu tapi disini" tunjuknya pada bibir pink nya yg sejak tadi sudah menggodaku.

"Nanti aja di rumah kalo yg ini, sekalian kita lanjutin olahraga ranjang" ucapku vulgar, aku baru menyadarinya ternyata saat di depan prilly aku menjadi laki-laki mesum seperti ini.

"Gak mau, mau nya sekarang" rengeknya hampir menangis. Tidak ada yg bisa aku lakukan selain menuruti keinginan nya saat ini, sebelum menciumnya aku mengunci pintu dengan tombol otomatis mencegah kemungkinan ada orang masuk karna takutnya aku khilaf dan meniduri nya di sini.

Aku mencium lembut bibirnya awalnya hanya kecupan-kecupan singkat namun sepertinya prilly menuntut lebih, perlahan aku mencoba membuka mulutnya dengan lidahku, mencecap lidahnya lembut, memilin nya. Astaga aku benar-benar ingin meniduri nya saat ini juga, perlahan tanganku masuk di balik dress nya mengusap lembut perutnya dan lebih naik keatas menemukan buah dadanya yg semakin bengkak saja karna kehamilan nya. Menaikan bra nya keatas, meremas pelan dadanya dengan terus mencium bibirnya yg lembab dan manis ini sebelum suara ketukan pintu menyadarkanku.

"Siapa sih ganggu aja!" Ucapku kesal, sebelum membuka pintu aku merapihkan pakaian prilly terlebih dahulu yg sudah tersingkap keatas. Mengecup bibirnya singkat "sebentar ya sayang" ucapku, berjalan kearah pintu untuk membukanya. Awas saja kalau sampai tidak penting.

****
TBC
Maaf kemaren gak sempat update...
Sibuk sih wkwk

Gimana part ini? Masih nyambung kah? Dapat feelnya gak? Gaje yah?
Maafkan yah...

Keep Vomments yah gimana pun keadaan part ini... tangkyu:*

Sekenario TuhanWhere stories live. Discover now