From : +6282378504xxx
Kita perlu bicara. Di kafe dulu kita sering date. Aku yakin kamu masih ingat. Jam 11 siang ini.BimaHandphone ditanganku terlepas begitu saja saat aku mendapatkan sebuah pesan dari Bima. Mau apa lagi orang ini, bukankah sudah jelas kalau aku ini sekarang istri nya Ali, abang sepupunya.
"kenapa sama handphone lo?" Suara sinis itu mengejutkan ku, aku menengok ke arah belakang ternyata alya dengan wajah juteknya berdiri di belakangku dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Entah kenapa sejak pertemuan pertama kami kemarin aku merasakan bahwa Alya tidak menyukaiku, tapi mungkin saja firasat ku salah.
"kalo ada orang nanya itu dijawab dong!" ucapnya kesal, aku yg tersadar buru-buru memunguti Handphone yg sudah berserakan dilantai saat ini.
"eh gak pa-pa kok al.. ini tadi gak sengaja jatuh" jawabku berbohong.
"oh hati-hati dong, belinya pake duit tuh" ucapnya sinis sambil berlalu pergi dari hadapanku. Yaiyalah pake duit, emang sejak kapan beli handphone pake daun.
***
From : +6282378504xxx
Please datang ya.. ada yg mau aku omongin.Ya Tuhan lagi-lagi Bima mengirimi ku pesan, entah ini sudah yang keberapa kalinya, dan aku tidak menghiraukan nya.
"kamu kenapa sayang? Mamah perhatikan dari tadi kamu ngelamun terus?" tanya mamah saat kami menonton tv bersama.
"eh.. gak pa-pa mah" ucapku sambil melirik jam yg ada di atas TV.
"mah.. prilly pamit keluar sebentar ya?" pamitku pada mamah yg masih asik menonton acara televisi pagi ini.
"mau kemana sayang?"
"ada perlu mah sebentar aja kok" ucapku mulai cemas.
"waduh mamah gak berani ngizinin kamu sayang, mamah takut sama Ali.. nanti kalau ali marah gimana?"
"gak akan mah, prilly Cuma sebentar kok,prilly janji bakal baik-baik aja" ucapku meyakinkan mamah, mamah masih tampak berfikir.
"please..." ucapku lagi memohon.
"yaudah mamah izinin tapi nanti sebelum Ali pulang, kamu udah dirumah ya?"
"iya prilly janji"
"atau gak di anter alya aja ya prill biar mamah lebih tenang?" ucap mamah yg mulai membuka mulutnya untuk memanggil alya.
"ah gak usah mah prilly sendiri aja, gak enak sama alya takut ngerepotin" ucapku berharap mamah tidak jadi memanggil alya.
"kamu yakin?"
"iya mah yakin, yaudah prilly pergi dulu ya?" pamitku mencium pipi mamah dan punggung tangan nya dan segera berlalu sebelum mamah berubah pikiran.
"hati-hati sayang" teriak mamah yg masih bisa aku dengar. Aku bergegas menyetop taxi untuk membawaku kesebuah tempat.
***
ALI POV
"hai sayang..." sebuah suara mengejutkanku dari aktifitas ku yg sedang memeriksa beberapa file bahan presentasi ku nanti dengan sebuah client besar saat jam makan siang.
"sibuk banget ya sayang" ucapnya lagi yg mulai mendekati kursi ku, ah wanita menjijikan ini lagi. Aku menghempaskan tangan nya kasar saat tangan nya mulai membelai-belai dadaku yg terbalut jas kerja ku, tingkah nya sungguh seperti wanita murahan dan aku benar-benar muak.
"wow sekarang kamu jadi sedikit kasar ya.. tapi gak pa-pa dengan sikap kamu yg seperti ini justru buat aku semakin cinta sama kamu tau gak" bisiknya di telingaku yg membuat bulu kuduk ku meremang.
"mau apa lagi sih lo kesini?" tanyaku ketus.
"oya dengar-dengar Alya udah pulang ya? Eum apa kabar ya adik kecil ku itu, jadi pengen ketemu"
"berhenti mengganggu keluarga ku jalang!" ucapku geram. Dan rena justru tertawa keras mendengar geramanku.
"astaga aku jadi ingin merasakan mu" ucapnya menjijikan, namun belum sempat aku membalas kata-katanya, mulutku sudah dibekap dengan sesuatu yg lembab dan kenyal. Astaga apa yg dilakukan wanita jalang ini, aku berusaha melepaskan bibirnya dari bibirku tapi aku justru kalah dengan nafsu ku. Kalau boleh jujur jauh di dalam lubuk hatiku masih ada sedikit cinta untuknya, perlahan aku mulai menikmati sentuhan bibirnya di bibirku dan perlahan aku mulai membalas ciuman nya semakin ingin hingga otak ku terasa membeku dan tidak dapat berpikir apapun hanya sebuah kenikmatan yg saat ini coba Rena berikan padaku. Tangan nya mulai mengarahkan tanganku di dadanya, Ah aku mulai gila rasanya saat ini. Saat aku mencoba mulai merasakan hangat dadanya di tanganku dengan mata terpejam tiba-tiba aku melihat bayangan wajah prilly yg sedang menangis di depanku, saat itu juga alarm bahaya di kepala ku mulai mengingatkan ku. Aku menarik rambut nya kasar agar tautan bibir kami terlepas.
"aww" teriaknya yg mungkin kesakitan akan tarikan ku di kepalanya.
"apa yg lo lakuin!!" teriak ku marah
"ah jangan munafik sayang.. bukan nya kamu juga menginginkan ku?"
"Sakit jiwa lo!"
"kita bisa lakuin lebih dari tadi"
"lo gila!! Sekarang gue udah punya istri!" ucapku mengingatkan nya akan status ku. Dan kulihat Rena justru tertawa meremehkan ku.
"kita bisa main dibelakang istri kamu, jadi kamu gak perlu khawatir sayang" ucapnya mulai mendekat kan tubuhnya lagi padaku.
"dasar wanita gila! Pergi lo dari sini! Dan jangan pernah datang kesini lagi! Ngerti lo!" teriak ku semakin marah padanya.
"Ali..." ucapnya lirih seperti terluka, aku bisa merasakan dari suaranya saat memanggil namaku.
"keluar!!!" teriak ku tanpa melihat wajahnya lagi. Ku dengar hentakan kaki menjauh dari ku bersamaan dengan pintu dibuka dan ditutup lagi dengan suara dentuman keras. Aku mengacak rambutku frustasi.
"apa yg udah aku lakuin ya Tuhan"
***
PRILLY POV