Chapter 20 : Kenyataan memang menyakitkan

23 16 24
                                    

Rumi yang melihat hal tersebut mulai bertindak dan ....
.
.
.


Mencari tahu mengenai peristiwa salju turun. Rumi tidak ingin ikut ambil bagian dari pesta salju di lapangan upacara, ia diam-diam pergi ke ruangan Samujin.

Ketika ingin masuk, seperti biasa L datang dan menghalangi Rumi untuk masuk ke dalam.

"Jangan masuk ke sana atau kau akan mati!" cegah L.

"Mati katamu, aku tidak mati semudah itu, kau pikir aku takut kepadamu." Rumi langsung mengcengkram leher L menyudutkannya ke dinding dengan tatapan sinis.

"Kau tidak mengerti sama sekali, jangan mencoba ikut campur dalam urusan ini! ini juga demi keselamatanmu," ucap L.

"Sejak kapan kau peduli padaku, dasar bodoh!" bentak Rumi.

Tiba-tiba seseorang datang. Yap, dia adalah Samujin. Samujin menyentuh bahu Rumi, sentuhan tersebut membuat Rumi lemas kemudian pingsan. L terlepas, Samujin memperingatkan L untuk tidak berhianat karena nyawa L berada di tangannya.

Samujin menghapus ingatan Rumi dan meminta L untuk membawa Rumi ke UKS. L pun menyetujuinya, ia mengendong Rumi menunju ke UKS.

Disisi lain, perasaan Yura tidak enak, ia memegang tangan Yujin dan membawanya jauh dari lapangan upacara.

Yura dan Yujin kembali ke kelas 3 MIPA B untuk mengambil tas mereka kemudian pergi meninggalkan sekolah.

Mereka berlari keluar dari lingkungan sekolah. Samujin melihat hal tersebut, ia berpikir Yura dan Yujin akan membuat rencana untuk menolong teman-teman dan juga guru mereka.

Sementara itu, Indra telah terlepas dari hipnotis, ia berlari menuju kelasnya untuk mengambil tasnya, ia melihat tas Rumi dan membawanya juga.

Indra khawatir dengan keadaan Rumi, ia pun mencarinya ke segala tempat di sekolah.

"Dimana dia? astaga Rumi, kau dimana?" pikir Indra.

Di ruang UKS, Rumi belum sadarkan diri, ia berada sendirian di UKS tanpa ada yang menunggu. Beberapa menit kemudian, akhirnya Rumi sadarkan diri.

"Mengapa aku disini?" tanya Rumi sambil memegang kepalanya.

Rumi turun dari ranjang UKS dan hendak pergi namun sebelum pergi ia tanpa sengaja ia melihat secarik kertas yang di selipkan di bantalnya.

"Kertas," ucap Rumi sambil mengambil kertas tersebut.

Rumi langsung membacanya, kertas tersebut berisi tulisan peringatan dari L.

"Jangan sampai kau terhipnotis! salju itu hanya ilusi, jaga dirimu. Pergilah dari sini! dari L." Isi surat dari L.

"Anak payah itu memberi peringatan padaku, terima kasih."

Rumi berlari menuju ke kelasnya. Ditengah perjalanan, ia bertemu dengan Indra. Rumi melihat Indra membawa tasnya, ia pun menggenggam tangan Indra dan berlari bersama meninggalkan sekolah.

Indra dan Rumi sudah berlari cukup jauh, mereka pun berhenti karena lelah. Rumi melepas genggamannya dari Indra kemudian duduk di tanah.

"Aku lelah, huh." Rumi menghela napas panjang sambil mengipasi dirinya dengan tangannya.

Indra menghalangi sinar matahari agar tidak menyinari dan membuat Rumi panas. Rumi menatap wajah Indra begitu sebaliknya, Rumi bangkit berdiri dan mendekati Indra.

"Ini terakhir kalinya aku membantumu! jika seandainya kita tidak lari tadi maka kita akan terhipnotis. Sebagai ucapan terima kasih mu kepadaku, aku meminta kau untuk menjauhiku, aku serius mengatakan bahwa aku aku benar-benar tidak menyukaimu lagi," ucap Rumi dengan mata berkaca-kaca.

Hope (ON GOING) (REVISI SEBELUM MELANJUTKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang