CHAPTER DUA PULUH 🌟

1K 160 41
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Mana nih yang udah nungguin banget?

Maaf baru sempat update ya.

Jangan lupa vote dulu baru baca.

Absen tempat asal kalian?

Posisi kalian pas baca part ini?

Warna baju yang kalian pake?

Siap mengisi setiap paragraf dengan komentar?

Selamat membaca!

❤️❤️❤️

Sejak pagi, baik Angkasa maupun Antariksa sudah uring-uringan karena Starla yang mendadak menghindari mereka berdua. Gadis itu menolak untuk berbicara dan akan langsung pergi jika Angkasa ataupun Antariksa mendekat.

Seperti saat ini, wajah Starla terus tertekuk. Gadis itu memfokuskan pandangannya pada layar televisi yang menayangkan film Disney. Mengabaikan kedua kakaknya yang sejak tadi mencoba mengajaknya bicara.

"La, kamu kenapa? Kamu marah sama abang?" tanya Angkasa, ia meraih tangan adiknya namun dengan cepat Starla menghempasnya.

"La, lo mau apa? Gue kasih semuanya. Tapi please jangan diemin kita gini," timpal Antariksa.

Starla mendengus, lalu segera pergi dari sana. Gadis itu berjalan cepat menuju kamar lalu segera membanting pintunya membuat Angkasa dan Antariksa keheranan.

"Dia ga tau apa kalo kusen pintu lagi mahal-mahalnya." Antariksa mengelus dada, menatap pintu kamar sang adik dari bawah. Pemuda itu beralih menatap kakaknya yang juga kebingungan.

"Lo buat salah sama dia? Kok sikapnya jadi berubah?" tanya Antariksa, matanya memicing curiga namun Angkasa hanya diam dengan muka sedatar tembok.

Sedangkan di kamarnya, Starla sedang duduk dengan senyum senang. Gadis itu melirik kalender, memperhatikan tanggal yang sudah ia lingkari. Hari ulang tahun kakaknya, tanggal 7 Februari.

Starla meraih ponselnya saat melihat ada panggilan, tanpa melihat nama si penelepon, Starla langsung menjawabnya.

"Ya, lo siapa?"

"Mars." jawab seseorang di seberang sana. Starla membulatkan matanya, lalu menjauhkan ponselnya dari telinga. Mengecek nama si penelepon. Alamak, harusnya ia mengecek terlebih dahulu tadi.

"Ada apa telepon? Tumben banget."

"Lo ngerjain abang-abang lo kan?" Tebak Mars tepat sasaran. Starla seketika jadi gugup, jika Mars tau dan memberitahu kakaknya, maka semua rencana Starla akan hancur berantakan.

"Nggak."

"Oh." Mars membalas singkat, membuat Starla seketika merasa sedikit tenang.

"Hm, gue tutup telponnya seka--"

"Bentar."

"Kenapa?"

"Nengok ke bawah." Suruh Mars, Starla mengerutkan keningnya namun tetap menurut. Gadis itu berjalan menuju balkon. Pandangannya langsung terfokus pada Mars yang juga sedang menatap ke arahnya. Memakai kaos oblong warna hitam dengan celana jeans serta sepatu berwarna senada. Jaket kulit hitam membuat pemuda itu semakin bersinar.

Satu sentuhan akhir, Mars tersenyum manis pada Starla, membuat gadis itu langsung salah tingkah. Jantung Starla bahkan langsung berdebar-debar hanya karena satu sunggingan senyum manis milik Mars.

Starla Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang