Part 15

937 133 118
                                    

Happy Reading!!!
Hay hay aink kembalii

Sorry for typo and don't forget for give me voment

Satu hari telah berlalu semenjak Teresa membaca buku itu di pepustakan....

Saat ini, ia sudah bersiap-siap ingin pergi menuju gunung yang berada di sebelah utara Kerajaan Soreon. Ia sudah menyiapkan segala keperluannya.

"Kau ingin pergi? Berapa lama?" tanya Ameta yang tiba-tiba sudah berada di kamar Teresa.

"Tergantung," jawab Teresa datar.

'Apa-apaan Teresa ini? Kenapa nada bicaranya datar sekali. Bukannya minta maaf malah jadi datar sekali padaku,' batin Ameta.

"Aku sudah minta maaf tepat setelah aku tidak sengaja menabrak mu kalau kamu lupa," jawab Teresa sambil berlalu dari sana. Ia akan berangkat sekarang juga. Perihal dia yang ingin minta maaf pada Leon, akan dilakukannya setelah ia pulang dari gunung itu karena saat ini Leon sedang ada urusan. Soal pertunangannya dengan Leon? Di tunda sampai Teresa dan Leon sudah menyelesaikan urusan mereka masing-masing. Walaupun sebenarnya Teresa ingin menolak, tapi ia pikir ini hanya tunangan jadi tidak masalah. Itu juga demi orang tuanya.

'Apa dia bisa membaca pikiran?' batin Ameta bertanya.

"Aku tidak bisa membaca pikiran, hanya saja raut wajahmu sangat mudah di baca," ucap Teresa yang tentu saja berbohong. Ia tidak akan membiarkan Ameta mengetahui jika ia bisa membaca pikiran seseorang.

"Teresa...," panggil Ratu Lisia dengan lembut.

"Ada apa?" tanya Teresa.

"Kau yakin ingin pergi sekarang?" tanya Ratu Lisia sedih. Ia sangat tidak rela jika putrinya akan pergi.

"Tentu saja, tidak ada alasan untuk tidak yakin," ucap Teresa terkesan dingin di telinga Ratu Lisia.

"Putriku..., kemarilah," panggil Raja Rondreo pada Teresa.

"Iya, ada apa Ayah?" tanya Teresa sambil mendekat ke
arah Raja Rondreo.

"Jaga dirimu baik-baik, kalau butuh bantuan, panggil saja Ayah," ucap Raja Rondreo sambil menarik Teresa ke pelukannya. Ia yakin putrinya pasti bisa menghadapi serangan di luaran sana. Tapi, tetap saja berat hati merelakan putrinya pergi.

"Iya Ayah, tenang saja."

Teresa melepaskan pelukannya dan beralih memeluk Bundanya.

"Aku akan merindukanmu Bunda, walaupun kau sudah tidak begitu menyayangiku, kau akan tetap menjadi Bunda yang terbaik." Ucapan Teresa membuat Ratu Lisia agak tersentak.

Melepaskan pelukannya, Teresa segera beralih memeluk Ameta dan mengucapkan sesuatu.

"Tunggu aku kembali ya Adikku...," ucap Teresa sambil melepas pelukannya dan menampilkan seringaian di wajahnya yang hanya di sadari oleh Amdengan "I-iya," ucap Ameta gugup.

"Tidak usah gugup seperti itu, kita kan saudara," ucap Teresa sambil menepuk pundak Ameta.

"Ssh... Awhhh," ucap Teresa.

"Ada apa?" tanya Ratu Lisia yang terlihat khawatir.

"Entahlah, saat aku menepuk pundak Ameta, tanganku tiba-tiba seperti tersengat listrik."

Ucapan Teresa membuat Raja dan Ratu kaget, tidak terkecuali Ameta. Mereka tahu kalau Ameta memiliki sihir listrik.

"Kau apakan kakakmu?" tanya Ratu Lisia dengan tatapan tajam.

"Aku tidak melakukan apa-apa," ucap Ameta dengan takut.

"Sudahlah, tidak usah khawatir. Lagi pula aku tidak apa hanya tersengat sedikit tidak akan membuatku mati. Oh ya, aku pamit. Jangan lupakan aku," ucap Teresa sambil pergi berlalu.

Saat ini, Teresa sedang berjalan menaiki bukit yang terjal. Ia merasa seperti diikuti. Tapi, saat ia menoleh ke belakang, ia tidak menemukan apa-apa di sana. Ia mencoba menghilangkan perasaan itu dan segera melanjutkan perjalanan.

"Aaaaa!" teriak Teresa saat dirinya terjatuh ke dalam tebing saat tidak sengaja menginjak kerikil karena tidak terlalu memperhatikan jalan.

"Ssh... Sakit! Tubuhku sakit semua!" teriak Teresa. Nah kan, sifat
bar-bar nya datang lagi.

"Shit! Siapa yang tadi meletakkan kerikil di sana! Aish! Membuatku terjatuh! Untung aku tidak kehilangan kentutku alias tinggal nama. Huhh..... Terima kasih masih memberiku kesempatan hidup," ucap Teresa.

"Grahhhhghhh." Suara dari arah belakangnya membuat Teresa segera menoleh.

"Aaaaaaa! Imut sekali!" teriak Teresa saat melihat kucing berwarna coklat keemasan dan memiliki bola mata berwarna merah.

Teresa melupakan rasa sakitnya dan segera menuju arah kucing itu.

"Aaaaaa!" teriak Teresa saat dirinya memeluk tubuh kucing itu dan dengan tiba-tiba bulu-bulu lembut kucing itu berubah menjadi duri.

"Sakit! Untung saja aku tidak melemparmu ke Namsan Tower!" teriak Teresa.

"Aaa! Aku jadi merindukan Oppa-Oppa ku. Apa kabar ya?" ucap Teresa sambil menerawang.

"Gadis aneh," ucap kucing itu.

"Aaaaa!" Lagi dan lagi Teresa berteriak. Untung saja pita suaranya tidak rusak. Kalau rusak, siap-siap saja menikmati kebisuan.

"Kau! Pergi dari sini! Mengganggu ketentramanku saja," ujar kucing itu.

"Sungguh luar binasa, aku menemui kucing langka sepertimu." Teresa menatap kagum ke arah kucing itu. Baru pertama kali melihat kucing yang wujudnya seperti itu.

"Heh! Sebentar! Aku baru ingat! Kenapa kau bisa melihatku?" tanya kucing itu.

"Lah? Mana aku tahu. Memangnya aku cenayang."

"Ada apa kau ke sini?"

"Aku ingin bertemu Leo."

Sontak saja hal itu membuat kucing itu kaget.

"Kenapa? Kau tau dia? Tolong tunjukkan padaku. Aku pernah bertemunya di dalam mimpi. Dia juga bilang kalau dia hewan kesayangan Alex, Raja Kegelapan saat ini."

"Aku tidak percaya."

"Astaga. Kau ini, kenapa tidak percaya? Ya sudah, perkenalkan dulu nama ku A_"

"Tidak butuh," ujar kucing itu memotong perkataan Teresa.

"Namaku Alea Eka Teresa Lexerin. Putri Raja Rondreo, pemilik rambut emas yang memiliki sihir."
Walau kucing itu berkata tidak butuh, tapi Teresa tetap memperkenalkan dirinya. Siapa tahu dengan kucing itu tahu, ia bisa membawa Teresa ke tempat Leo.

"Hah! Benarkah? Jadi seseorang yang ditakdirkan itu kau atau A_ sudahlah, ayo aku antar."

"Benarkah? Ayo!"

"Teleportasi saja."

"Baiklah, ayo!"

Sring....

#TBC

See you next chapter

Become A Princess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang