Part 8

1.3K 215 159
                                    

HAPPY READING GUYS!

AKU UP NIH SETELAH SEKIAN LAMA GK UP....

SORRY FOR TYPO....

°
°
°
°
°
°
°
°
°

"Ayo!" ucap Ameta sambil menggandeng tangan Teresa.

Teresa merasa akan ada sesuatu yang tidak baik akan terjadi. Tapi ia mencoba untuk tidak memikirkannya.

Sesampainya di bukit, mereka duduk di atas rumput sambil memandangi pemandangan yang sangat menyegarkan mata.

"Kak!" panggil Ameta.

"Hmm." Teresa hanya menanggapi panggilan Ameta dengan gumaman.

"Hanya hmm? Kau tidak mau bertanya apa yang ingin aku katakan padamu?" tanya Ameta.

"Tidak."

"Tsk! Sombong! Mentang-mentang kau putri asli dari Ayah dan Bunda." Ameta berkata dengan sinis.

"Sombong dari mananya? Aku tanya, memang kalau seandainya kau yang berada dalam posisiku kau mau apa? Pasti kau itu sangat angkuh! Bukan putri kandung saja sudah angkuh apalagi putri kandung," ucap Teresa membuat Ameta merasakan emosi.

Slik....

Dengan tiba-tiba, Ameta menyerang Teresa membuat Teresa agak limbung dan hampir saja terjatuh ke jurang.

"Hahaha, hanya segitu kemampuanmu dalam sihir?"

'Ayo serang aku dengan kekuatan penuh!' batin Ameta.

Saat ini, Teresa tidak bisa membaca pikiran Ameta. Entahlah, mungkin Ameta sudah membuat penghalang agar pikirannya tidak bisa terbaca oleh Teresa.

Syush....

Teresa mengeluarkan sihir angin dengan gabungan sihir es membuat Ameta beku dan terbang ke belakang dan berada tepat dipinggir tebing yang sangat curam.

Slik....

Ameta balik menyerang setelah tubuhnya tidak membeku. Dia menyerang Teresa dengan kekuatan hitam. Bahkan saat ini, Teresa tidak bisa mengeluarkan sihirnya kecuali sihir petir level teratas yang kalau digunakan untuk menyerang bisa membuat orang yang diserang terluka dalam.

Slik....

Sring....

Ameta kembali menyerang Teresa dan untungnya Teresa bisa menghindar dan dengan tidak sengaja mengeluarkan sihir petir level atas membuat Ameta jatuh di atas rumput dengan kondisi yang sangat buruk.

"Ayah, tolong aku... Kakak ingin mencelakaiku... Dia menyerangku dengan tiba-tiba." Ameta melakukan midlink dengan Raja Rondreo.

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Raja Rondreo.

"Tiba-tiba kakak menyerang ku dengan sihir petir level teratas Ayah," ucap Ameta dengan lemas.

'Sekarang di mana?'

'Bukit, tolong cepat datang. Kalau bisa Bunda juga ikut karena saat ini aku terluka....'

Setelah itu, Ameta segera memutuskan midlink nya dengan Raja Rondreo.

Sring....

Ameta kembali menyerang Teresa namun Teresa kembali bisa menghindar dan ingin menyerang Ameta dengan sihir petirnya sebelum Raja Rondreo dan Ratu Lisia tiba-tiba datang.

"Berhenti!" teriak Raja Rondreo dan Ratu Lisia yang tiba-tiba datang.

"Ayah, Bunda...," ucap Teresa.

Tidak ada sautan dari Raja Rondreo dan Ratu Lisia.

Ratu Lisia saat ini sedang berusaha mengobati luka dalam pada tubuh Ameta.

"Sayang.... Bagaimana?" tanya Raja Rondreo yang melihat istrinya tiba-tiba berhenti mengobati Ameta dan beralih menatap Teresa tajam dan juga dingin.

"Keterlaluan kau Teresa! Kau membuat adikmu terluka parah! Bahkan kau menggunakan sihir petir level teratas bersamaan dengan sihir hitam?! Dari mana kau bisa sihir hitam?!" tanya Ratu Lisia yang sudah berdiri dan berjalan mendekat ke arah Teresa.

"Aku tidak punya sihir hitam," ucap Teresa tanpa ekspresi.

"Bahkan kau tidak mau mengaku dan masih bisa menampilkan wajah seperti itu!" bentak Ratu Lisia sambil menunjuk wajah Teresa.

Sungguh, saat ini Teresa merasakan sakit yang begitu luar biasa. Dibentak oleh ibunya sendiri. Sungguh, itu tidak pernah Teresa bayangkan. Apalagi semua yang diucapkan ibunya itu tidak benar.

"Kau membuatku kecewa! Lebih baik kau tidak usah kembali dan tetap tinggal di bumi untuk selamanya!" Lagi dan lagi Ratu Lisia membentak Teresa.

"Aku dengan senang hati kalau memang harus kembali ke bumi dan tetap tinggal di sana selamanya," ucap Teresa sambil berbalik membelakangi Ratu Lisia dan berjalan ke arah tebing.

"Bahkan, kalau bunuh diri tidak berdosa, aku akan senang hati melakukan itu. Dan juga, benar kata orang, banyak yang berubah kalau kita tidak pernah berinteraksi dengan orang terdekat, dan parahnya lagi orang terdekat itu orang tuanya. Banyak orang bilang kalau tidak pernah berbalas kata bisa membuat orang terdekat tidak mengenali dengan baik pribadi orang lain, bahkan anaknya sekalipun."

"Ssh...," ringis Ameta membuat Ratu Lisia segera berbalik dan mendekati Ameta.

"Bahkan, untuk menatap. Membalas kata pun sudah enggan dilakukan. Untuk percaya? Mustahil! Kecuali memang benar-benar memiliki ikatan cinta dan kasih sayang," ucap Teresa yang terjun dari terbing dan membuat Raja Rondreo yang masih menatap putrinya itu panik.

"Teresa!" teriak Raja Rondreo sambil bangkit dan berjalan ke arah tebing untuk melihat putrinya. Namun, nihil. Dia tidak bisa menemukan putrinya di sana.

Sring....

Dia segera turun ke dasar tebing dengan berteleportasi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Teresa membuat Raja Rondreo khawatir.

"Aaaaaa!"

-
-
-
-
-
-
-
-

#TBC

Makasih buat yang udah luangin waktu buat baca, vote dan koment....

See you next chap.....

Become A Princess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang