Sebelum cerita dimulai, pahami bahwa cerita ini mengandung konten LGBT dewasa yang sangat kental, khususnya homoseksualitas antar laki-laki.
...
"In the end, it's not the years in your life that count. It's the life in your years." Abraham Lincoln.
...
"Happy birthday to you ...! Happy birthday to you ...! Happy birthday dear Kristof! Happy birthday to you ...!" Riuh senandung lagu ulang tahun menggema di seantero ruangan. Setiap karyawan di Visuelle Corp menyanyi dan bertepuk tangan. Seorang laki-laki setinggi enam kaki berdiri sambil menutup wajahnya dengan tangan. Dia terkikik geli mendapatkan kejutan ulang tahun dari rekan-rekan kantornya.
"Tiup lilinnya! Tiup lilinnya!" Aidan memimpin lagu baru, diikuti semua orang yang berkerumun di sekitar kue. "Tiup lilinnya sekarang juga! Sekaraaang ... juuuga! Sekaraaang ... juuuga ...!"
"Jangan lupa make a wish, Kristof!" sahut Alexa sambil menyodorkan kue ulang tahun lebih dekat ke wajah Kristof. Alexa yang ditunjuk untuk membawa kue itu ke tengah ruangan. Hanya karena semua orang berpikir dia dan Kristof punya hubungan spesial.
Kristof, pemuda yang berulang tahun, tak henti-hentinya menyunggingkan senyum lebar. Selain karena gembira semua orang memberikan kejutan ulang tahun untuknya, dia juga merasa malu mendapat perhatian sebanyak ini dari orang-orang. Rasanya mendebarkan ketika selusin pasang mata menatap dirinya, menunggu lilin berangka 25 itu ditiup.
Dengan pipi bersemu merah, Kristof meniup lilin hingga padam.
Semua orang kembali bertepuk tangan dan menghujani Kristof dengan ucapan selamat. Dalam sepuluh menit kue ulang tahun dipotong dan dibagikan kepada semua orang di ruangan. Kristof menerima beberapa kado dari koleganya, kebanyakan kemeja, yang langsung dia lipat dan masukkan ke dalam tas. Alexa memberinya jam tangan TAG Heuer asli berwarna perak.
Kristof tak tega memberi tahu Alexa bahwa dia tak suka mengenakan jam tangan. Namun untuk menghormatinya, Kristof merangkul Alexa dan memberikan senyum terlebar hari itu. "Thanks."
"Biar kamu nggak mepet lagi datang ke kantornya," balas Alexa sambil malu-malu melirik.
Kristof tergelak. "Amin. Mudah-mudahan."
Bukan soal jam yang membuat Kristof datang mepet masuk jam kantor. Penunjuk waktu di ponselnya masih berfungsi dengan baik dan Kristof selalu ingat untuk mengecek jam sebelum berangkat. Dia hanya menghargai tempat tidur lebih dari apa pun. Kalau bisa datang mepet, mengapa harus datang lebih awal?
"Kamu ke mana malam ini, Kris?" tanya Alexa. "Aku malam ini nggak ada acara."
Yah, Alexa mulai memberi kode, batin Kristof malas. Dia tak ingin menghabiskan waktu bareng cewek yang selalu mengejarnya sejak menjadi Junior Designer di Visuelle Corp. Alexa itu cantik paripurna. Aidan naksir sejak lama dan selalu menyebut Kristof beruntung karena Alexa mengejarnya. Rambut Alexa hitam setengah punggung, selalu dibuat bergelombang bervolume setiap pagi. Mungkin setelan yang digunakan hari ini spesial disiapkan untuk Kristof, karena jarang-jarang Alexa mengenakan gaun.
Sayangnya, Kristof tak pernah tertarik. Sekali pun, tidak.
"Aduh, malam ini aku mesti celebrate sama teman kuliah. Sorry nggak bisa malam ini," elak Kristof.
"Malam besok?" Alexa masih mencoba bernegosiasi.
Karena jam TAG Heuer ini sangat mahal—Kristof tahu persis harganya, terpaksa Kristof pun membalas, "Oke. Malam besok. You decide."

KAMU SEDANG MEMBACA
Inteligensia
FantasíaSetelah menginjak umur 25 tahun, Kristof baru menyadari dirinya punya kekuatan super. Satu dari kecerdasan majemuknya yang dominan menjadi sumber kekuatan barunya seperti sihir. Kekuatan ini, secara resmi membuat Kristof digolongkan sebagai seorang...