16✓

509 93 129
                                    

Sore ini, sepulangnya mereka berdua belas dari rumah sakit, Jimin ditidurkan di apartemen para mahasiswa baru. Namja itu sengaja ditempatkan di sana karena di apartemen itu terdapat ranjang yang pernah digunakan Hueningkai dulu saat luka di kakinya masih parah. Di sanalah Jimin ditidurkan sekarang.

“Soobin!” panggil Jimin kepada namja bergigi kelinci itu.

Sang pemilik nama yang sedang duduk santai di sofa bersama Hueningkai dan Taehyun itu pun beranjak dari posisinya dan menghampiri Jimin.

“Ada apa, hyung?” tanya Soobin.

“Tolong ambilin minum,” Jimin menjawab sembari menunjuk segelas air yang terletak di meja tak jauh dari posisinya.

Soobin menurut, ia pun berjalan menuju tempat di mana air itu betada sebelum akhirnya ia akan memberikan itu kepada Jimin.

“Duduk dulu, hyung,” titah Soobin.

Jimin pun bangkit lalu duduk sembari bersender di kepala ranjang. Setelah itu, ia pun mengambil alih gelas yang Soobin bawa.

“Makasih ya, Bin,” tutur Jimin.

“Jimin hyung udah makan?” Hueningkai bertanya sembari menghampiri Jimin dan meninggalkan Taehyun yang tertidur di sofa.

“Belum, sih,” jawab Jimin atas pertanyaan Hueningkai. Jujur saja, sebenernya Jimin sudah makan siang tadi, tapi porsinya hanya sedikit ditambah lagi ia hanya makan setengah dari itu, makanya sekarang dia lapar lagi.

“Beli makan, yuk!” ujar Hueningkai.

“Lo yang beli kan, Ning?” Jimin menatap Hueningkai dengan sebelah alis yang terangkat.

“He em. Oiya, belinya online aja, ya! Gue malas keluar.” Hueningkai memandang Jimin dan Soobin secara bergantian.

“Iya dah, senyaman lo aja,” ujar Jimin dengan sangat halus.

“Eh, ini bayarnya tetep patungan, ya! Gue nggak mau traktir kalian, gue lagi bokek hari ini,” Hueningkai berujar.

“Bule bisa bokek juga ya ternyata,” Jimin bertanya sembari terkekeh ringan.

“Ya bisa lah, hyung. Bule juga manusia kali,” Hueningkai

“Ya kan gue nggak tahu, Ning. Biasanya kan bule itu keturunan kaya, makanya bisa jalan-jalan ke sana ke mari. Jadi ya gue pikir bule itu nggak pernah bokek,” papar Jimin yang sungguh aneh dan tak penting.

“Gue nggak kayak gitu, hyung. Gue kan bule limited edition,” sahut Hueningkai.

“Terserah lo deh, Ning. Oiya, ini patungannya berapaan?” tanya Soobin dengan raut tanyanya yang sungguh terlihat sangat jelas.

“Oiya, Bin. Tolong ambilin dompet gue dong. Di meja itu lagi.” Jimin memandang Soobin masih dengan senyum manisnya.

Soobin lagi-lagi menurut, ia pun mengambil dompet itu dan langsung memberikannya kepada Jimin.

“Ini, hyung!” tutur Soobin sambil menyodorkan dompetnya itu kepada Jimin.

“Makasih lagi, Bin. Lo baik banget, sumpah,” tutur Jimin kepada Soobin sembari menerima dompet yang Soobin sodorkan.

“Ah, biasa aja kok, hyung,” sahut Soobin sambil menatap Jimin.

“Oiya, yang bayarin makanannya gue aja,” ujar Jimin.

“Eh, jangan hyung, gue udah terlanjur pesen banyak,” panik Hueningkai.

“Udah, nggak papa. Beberapa hari ini gue udah nyusahin kalian, maka dari itu hari ini gue bakal traktir kalian sebagai ucapan terima kasih,” tutur Jimin sembari memberikan beberapa lembar uang kepada Hueningkai.

Bad Past | BTS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang