20✓

517 93 46
                                    

Hari Senin, jam 09.00.

Hueningkai keluar dari kelasnya setelah menyelesaikan kelas pertamanya. Ia tolehkan kepalanya ke kanan dan kiri sembari mata yang terus menyapu pandang untuk mencari teman-temannya. Tapi sayangnya, Hueningkai tidak melihat siapa pun yang ia kenal di sana.

Menghembus nafas kesal, Hueningkai akhirnya memilih untuk pergi ke kantin saja. Toh dengan makan kita juga nggak bakal kesepian.

Hueningkai melangkahkan kakinya menuju kantin, masih dengan menolah-nolehkan kepala untuk mencari seseorang yang bisa menemaninya.

Ketika ia melewati sebuah lorong yang menjadi perbatasan angkatan satu dengan angkatan yang lain, matanya tak sengaja melihat Jungkook yang sedang berjalan juga dari arah yang berlawanan.

“Jungkook hyung!” seru Hueningkai sembari melambaikan tangan.

Mendengar namanya dipanggil, Jungkook pun langsung sigap dan mencari siapa orang yang menyebut namanya.

Kala mata bulatnya melihat Hueningkai melambaikan tangan sambil tersenyum memanggil namanya, Jungkook pun menghampiri Hueningkai juga.

“Kenapa, Ning?” tanya Jungkook setelah tiba di hadapannya.

“Hyung mau ke mana?” Hueningkai bertanya sembari menatap Jungkook.

“Mau ke perpus,” Jungkook membalas seraya balik memandang Hueningkai.

“Ngerjain tugas?” tutur Hueningkai.

“Nggak, sih. Cuma mau tidur doang. Hehe, di perpus kan sepi, Ning. Jadi enak buat tidur,” Jungkook berkata sembari terkekeh ringan.

“Oalah, hyung ngantuk berat, ya?” tanya Hueningkai lagi.

“Nggak juga, gue cuma mau tidur doang. Lagian juga nggak ada temen buat ke mana-mana. Ya, lo tahu sendiri kan kalau hari ini Jimin dan Taehyung sama-sama nggak ngampus karena mereka berdua lagi sakit.” Jungkook memandang Hueningkai sayu.

“Kalau gitu, hyung mau nggak nemenin gue ke kantin? Gue juga nggak ada temen,” Hueningkai menawari Jungkook untuk pergi bersamanya.

“Loh? Emang empat temen lo yang lain ke mana?” tanya Jungkook dengan sebelah alisnya yang terangkat.

“Nggak tahu, hyung. Gue cari-cari dari tadi nggak ketemu,” balas Hueningkai atas pertanyaan Jungkook.

“Telepon dong, Ning,” ujar Jungkook.

“Ponsel gue mati, hyung. Semalam lupa charger, jadi sekarang udah lowbat,” kekeh Hueningkai dengan pandangan lucunya yang menatap Jungkook.

Jungkook juga ikut tertawa karenanya.

“Yaudah gue temenin ke kantin, ayo!” tutur Jungkook kepada Hueningkai.

“Wah, makasih, hyung,” sahut Hueningkai.

Kini, kedua namja termuda dalam apartemen masing-masing itu pun tengah berjalan beriringan menuju kantin.

Banyak orang yang memandang keduanya dengan kagum mengingat dua namja itu sangatlah tampan. Ada juga sebagian orang yang menertawakan Jungkook mengingat tinggi badannya yang kalah jauh dengan adik tingkat.

Padahal dia Hueningkai, bukan Soobin.

Terus memacu langkah, akhirnya kedua namja itu pun tiba di kantin. Keduanya langsung saja membeli makanan yang mereka inginkan. Hueningkai membeli sebungkus roti dengan susu coklat, sedang Jungkook, namja bergigi kelinci itu hanya membeli susu pisang saja.

Setelah itu, Jungkook dan Hueningkai pun pergi melihat-lihat meja kosong yang ada di kantin sembari berpikir meja mana yang akan nyaman untuk diduduki. Tapi, kala mata mereka menyapu seisi kantin, keduanya melihat salah satu meja yang diisi oleh tiga namja. Mereka adalah Seokjin, Soobin, dan Beomgyu. Mengetahui meja itu diduduki oleh teman seapartemen, akhirnya Jungkook dan Hueningkai pun memilih untuk bergabung.

Bad Past | BTS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang