8

355 67 3
                                    

_______

Prak... Vas bunga yang terpajang di atas meja telepon tiba-tiba terjatuh. Y/n mengerutkan keningnya. Bukankah ia menaruh vas bunga tepat di tengah meja?

Angin? Bukan saatnya menyalahkan angin, karena sama sekali tidak ada angin kencang yang masuk.

Y/n menghampiri pecahan vas bunga itu. Berjongkok menatap pecahan-pecahan yang sudah berserakan di lantai. Y/n mendengus, lalu beranjak menuju dapur untuk mengambil sebuah kantung kresek.

Prang... Prang...

Terdengar suara beberapa piring terjatuh. Dengan cepat Y/n berlari menuju dapur. Sepertinya 4 buah piring kini sudah terhempas menjadi pecahan beling.

Y/n menelan ludahnya dengan susah payah. Mungkin kah tikus yang menjatuhkan itu semua? Tapi kenapa saat ini Y/n merasakan bulu-bulu tipisnya meremang.

Srttt... Srttt...

Suara itu terdengar lagi. Dimana suara itu berasal? Tatapan Y/n mengedar. Ia tidak menemukan apapun, selain pecahan beling yang berserakan di dapurnya. 
Y/n melangkah mundur. Suara itu semakin mendekat. Keringat mulai membasahi permukaan wajahnya, sekuat mungkin Y/n menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa takut yang seakan hendak meledak.

Srttt... Srttt...

Tanpa sadar ketakutan itu membuat Y/n melelehkan air matanya. Y/n ingin berteriak namun sulit, suaranya seakan tercekat hebat.

Hhaaaahhhh... Desahan itu terdengar di samping telinga Y/n, membuat menjerit dan berlari keluar dari dapur. Lampu ruang tamu yang tadi menyala, kini sudah mati.

Brak...

Y/n menghantamkan tubuhnya pada pintu. Mencoba mengguncang gagang pintu, namun pintu tidak kunjung terbuka. Bayangan hitam itu... Kembali mendekat disertai suara langkah terseret dan desahan mengerikan.

“Y/n-ah?!”

Suara di luar sana terdengar panik. Mendengar jeritan serta gebrakan ganas dari balik pintu.

“Y/n?! Kau tak apa-apa kan?”

Brak... Pintu terbuka. Tubuh lemas Y/n menabrak tubuh pemuda yang kini ada di hadapannya. Nafas Y/n terengah-engah, seperti berlari saja melalui arena lari 100km, bahkan lebih dari itu.

“Aku takut,” gumam Y/n dengan suara bergetar.

“Tenang. Ada aku.”

Tanpa sadar pemuda itu kini mendekap tubuh Y/n, menenggelamkan gadis itu dalam ketenangan yang berusaha ia ciptakan.

“Aku takut,” gumam Y/n lagi disertai isaknya yang kini pecah dalam dekapan pemuda itu.

“Ada aku disini.” Pemuda itu mengeratkan dekapannya.

***

“Ssshhhh.”

Y/n meringis ketika Taehyung menempelkan kapas basah pada telapak kakinya.

“Sakit ya?”

Raut wajah Taehyung ikut meringis ketika menempelkan kapas yang sudah ia celupkan pada alkohol.

Y/n mengangguk.
'Sakit. Sakit banget. Tapi lebih sakit ketika kau tak pernah sadar dengan perasaaku.'

Telapak kaki kanan Y/n terluka, tidak lebar memang, hanya sekitar 2 cm. Namun lukanya cukup dalam, mungkin kaki telanjang Y/n tanpa sengaja menginjak pecahan vas bunga ketika ia berusaha keluar tadi.

“Sakit,” ringis Y/n, ketika untuk kedua kalinya Taehyung menempelkan kapas pada lukanya.

“Iya, udah kok. Tinggal dibalut perban.”

Eyes Voice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang