12

364 58 9
                                    

______

“... aku kerja. Adek ku kuliah,” ujar Namjoon, sang kakak yang saat ini mengenakan seragam Lapas.

“Kau kerja? Kau tak kuliah juga?” tanya Taehyung santai, Sekali lagi Y/n harus bertepuk tangan di dalam hati, memberikan standing aplause untuk Taehyung.

Namjoon menggeleng, “Aku kerja buat biayain kuliah Namjoo,” jawabnya. “Ketika pagi-pagi Namjoo minta aung buat bayaran kuliah, aku bingung. Aku tidak punya uang. Tapi di sisi lain, aku tak mau bikin adikku putus kuliah. Maka dari itu aku merampok toko. Dan...”

“Dan tanpa sadar bunuh penjaga toko?” Taehyung melanjutkan kalimat Namjoon dengan santai. Sangat santai, seolah kata 'bunuh' itu tidak asing lagi di telinga Taehyung. Padahal perkataan itu berhasil membuat bulu-bulu tipis menyeramkan Y/n mulai meremang.

Namjoon mengangguk. Sementara Namjoo menepuk-nepuk pundak Namjoon.

“Di rekaman CCTV, kau terlihatan lagi mabuk.” Taehyung membenahi posisi duduknya, menatap wajah Namjoon lekat-lekat.

Namjoon mengangguk, “saat itu aku sedang stress berat,” jawabnya singkat.

“Kau tidakk merasa bersalah dengan hyungmu?” tanya Taehyung, kali ini tatapannya beralih pada Namjoo.

“Jelas merasa bersalah. Ini semua gara-gara ku, karena aku yang bikin hyung ku melakuin kesalahan itu,” jawab Namjoo. Tatapannya masih terarah pada seorang pemuda berseragam orange di sampingnya, yang tidak laina adalah kakaknya.

“Ya, kau harusnya merasa bersalah sama Namjoon. Pulang kuliah, ke club malam, sama temen-temen, dalam keadaan mabuk kau pulang, rampok toko, bunuh orang. Dan ketika ketangkap rekaman CCTV, hyungmu yang mengaku semuanya.” Ucapan Taehyung membuat wajah Namjoon terangkat, sedangkan Namjoo mulai mengerutkan keningnya.

“Aku tahu, sebenarnya pelaku pembunuhan itu Namjoo. Bukan kau, kan?”

Taehyung mencondongkan tubuhnya, menatap dua saudara kembar di hadapannya. Membuat Y/n memekik menggoyang-goyangkan lengan Taehyung dengan panik. Bisa-bisanya Taehyung menuduh seperti itu.

“Hyungmu sengaja ngaku semua, karena dia tak mau kau di DO dari kampus. Dia ingin tetep kau kuliah, sementara dia yang gantiin posisi mu di tempat menjijikan ini. Karena kalian kembar identik, siapapun tak akan bisa bedain siapa pembunuh yang terekam di dalam CCTV kan? Kau tak merasa--"

“Tae?!” pekik Y/n, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Y/n mulai tidak mengerti dengan apa yang Taehyung katakan, mulai ngawur.

“Kau seharusnya merasa bersalah,” lanjut Taehyung seraya membereskan ponsel dan alat lainnya.

Bugh...

Dalam sekejap kepalan keras tangan Namjoo sudah menghantam pipi kiri Taehyung. “Jaga mulut mu!” teriak Namjoo, dengan mata memerah.

“Ada apa ini?!” Seorang petugas menghampiri mereka, disusul oleh dua orang petugas lain yang kini memegangi Namjoo, menghadang pemuda itu untuk tidak kembali menghantam Taehyung.

“Kau bisa akui semuanya di persidangan. Jangan bertindak bodoh untuk mengakui kesalahan yang tidak kau lakukan. Sebelum posisi kau bergeser, jadi terdakwa.”
Taehyung menepuk-nepuk pundak Namjoon, setelah itu tangannya menarik pundak Y/n. Merangkul Y/n yang kini memejamkan matanya, berjalan di lantai lorong yang berada di antara bingkai-bingkai besi mengerikan.

***

“Kau apa-apaan sih tadi, hah?!”Y/n kini tengah duduk di samping Taehyung, duduk di sebuah bangku taman kota. Mengobati memar tulang pipi kiri Taehyung. Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, namun mereka belum menyempatkan diri untuk pulang. Terlebih Y/n yang saat ini benar-benar ingin mencaci Taehyung atas sikapnya yang seenaknya tadi.

Eyes Voice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang