11

382 63 5
                                    

 ______

Taehyung menepis keringat yang mulai menyebar dipermukaan wajahnya. Entah untuk keberapa kali, bahkan berapa puluh kali mencoba menyalakan motor dengan menginjak-nginjak kick starter. Sesekali berjongkok di samping motor, mengotak-atik mesin motor membuat kedua telapak tangannya berlumuran oli yang sudah menghitam. Namun percuma, Taehyung bukan anak otomotif, sentuhan tangannya tidak kunjung membuat motornya menyala.
Starter elektrik yang berada di bagian stang kannanya tidak berfungsi. “Padahal baru minggu kemarin aku servis motor.”

Dengan keringat membanjir Taehyung sekilas menatap Y/n yang berdiri di sampingnya.

“Ya udah. Tak usah Maksain, Tae. Aku masih bisa ngantar Y/n pulang,” ujar Jungkook dengan senyum penuh arti. Sedari tadi Jungkook mendampingi Y/n. Jaga-jaga takut Taehyung tidak bisa mengantar Y/n, dan memang itu harapannya agar ia bisa menggantikan Taehyung untuk mengantar Y/n pulang.

Taehyung tidak menghiraukan perkataan Jungkook, kaki kanannya masih terus menekan-nekan kick starter. Sesekali menghela nafas panjang dan menepis keringat yang sudah deras.

'Jisoo, Jisoo. Ini tidak lucu,' rutuknya dalam hati. Entah apa maksud dari dumalannya, namun ketika Taehyung mengajak Y/n untuk pulang bersama tadi, tiba-tiba motornya tanpa sebab mati seperti ini. Aneh.

Taehyung pernah berjanji pada Y/n, jika ia diberi tugas untuk melaksanakan tugas di luar kantor, entah untuk meliput berita atau sekedar mewawancara dan sebagainya, ia akan mengajak Y/n.

Dan hari ini-- pukul 4 sore nanti, Taehyung diberi tugas untuk memuat berita mengenai seorang tersangka kasus pembunuhan, maka dari itu ia mengajak Y/n untuk pergi dengannya. Namun, ternyata malah seperti ini kejadiannya.

“Nih.” Y/n mengulurkan tangannya untuk memberikan selembar tissue yang baru saja ia tarik dari dalam tasnya.

“Ambil,” perintah Y/n, karena Taehyung masih bergeming.
Taehyung meraih tissue dengan gerakan lemas. Tatapannya sekilas terarah pada Jungkook yang kini menatapnya dengan penuh kemenangan, lalu tatapannya terjatuh pada jam tangan yang melingkar tunggal pada pergelangan tangan kirinya, Taehyung mendesah,

“Udah jam 2. Kau pulang dengan Jungkook aja, kapan-kapan aku ajak kau lagi.” Taehyung tersenyum, setelah itu lengannya bergerak mengusap permukaan wajahnya.

“Kalau motornya tak nyala kan kita bisa naik bis. Kalau tidak, aku anter kau dorong motor ke bengkel.”

“Kaki mu kan sakit, nanti tambah sakit kalau kebanyakan jalan.” Jungkook mengingatkan.
Y/n menggeleng. “Kaki ku udah tidak kenapa-kenapa. Lukanya juga tidak besar kok.”

Y/n meraih selembar tissue lagi dari dalam tasnya, menyerahkannya lagi pada Taehyung. Tujuannya untuk membersihkan wajah Taehyung yang kini dipenuhi noda hitam. Tanpa sadar, gerakan Taehyung mengusap keringatnya malah memberikan noda baru pada wajahnya.

Taehyung tersenyum, lalu sekilas menatap Jungkook. “Gimana ya, Jung? Y/n maunya pulang denganku?”

Tiba-tiba Y/n menoyor kening Taehyung kencang, “bukan gitu! Aku kan mau ngikut kau ke Lapas! Bukan maksudnya mau pulang denganmu!”
Jungkook sempat bergeming, sejenak. Setelah itu melangkahkan kakinya meninggalkan Y/n dan Taehyung tanpa sepatah katapun. Jungkook marah?

“Jung!” seru Y/n. Jungkook yang merasa namanya terpanggil memutar tubuhnya dengan malas. Menatap Y/n dengan tampang 'ada apa?'

“Nanti malem aku telepon.”
Ucapan Y/n membuat Jungkook tersenyum. Wajah murungnya sudah pudar, berganti slide menjadi cengiran girang. Jungkook mengangguk,“Hati-hati ya,” balas Jungkook. Langkah pelannya sudah berubah sedikit melompat-lompat girang.

Eyes Voice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang