17

347 63 3
                                    

_______

"Misi, Tuan." Dengan perasaan yang masih menahan kesal, Taehyungkini menoleh. Jungkook tengah berdiri di ambang pintu, membawa dua kantung kresek berisi... Entahlah. Sepertinya berisi makanan. Apa lagi ini?
Taehyung masih duduk bersila di ambang pintu. Melihat Taehyung yang masih bergeming, tanpa permisi lagi Jungkook melangkahi Taehyung seenaknya. Masuk ke dalam kamar Taehyung, menghampiri Jimin yang baru saja menggantungkan baju pada hanger terakhir.

"Nanti malem pertandingan Bola. Megang mana?" tanya Jungkook pada Jimin. Jungkook menyalakan televisi di hadapan sofa putih itu, memuntahkan isi kantung kresek, mengeluarkan semua yang berada di dalamnya. Benar kan? Dua kantung besar itu berisi bungkusan-bungkusan makanan.

Jimin memasukan sedikit kepalanya ke dalam lemari es, meraih 2 minuman kaleng.

"Aku pegang MU, lah!" ujar Jimin menghampiri Jungkook, duduk bersila di atas karpet--di samping Jungkook. Mereka sengaja tidak duduk di sofa agar bisa bergerak bebas meraih makanan yang mereka hamburkan di hadapannya, itu kebiasaan mereka.

"Aku Madrid ya?" Jungkook nyengir. Meraih minuman kaleng yang Jimin berikan.

Taehyung? Laki-laki itu masih duduk bersila di ambang pintu. Menatap kedua makhluk autis di hadapannya. Bertingkah seolah kamar ini adalah milik mereka berdua. Tidak melirik Taehyung sama sekali yang kini masih memajang wajah patah hati. Sahabat macam apa itu? Sama sekali tidak bertanya tentang tingkah aneh Taehyung saat ini.

Dengan langkah lunglai Taehyung bangkit, menutup pintu lalu menghampiri Jungkook dan Jimin. Apa yang mereka lakukan disini sebenarnya? Menyabotase tempat Taehyung untuk dijadikan tempat menonton pertandingan bola dengan baju, celana, serta pakaian dalam Jimin yang kini terjembreng pada tali di dalam kamarnya dengan manis.

Taehyung kali ini tidak membutuhkan pisau daging. Tidak! tapi... Samurai. Ya, Taehyung membutuhkan samurai untuk menebas leher kedua makhluk menyebalkan itu.

***

"Ck! Apa-apaan sih?!" Taehyung menyingkir-nyingkirkan Jungkook dan Jimin yang mengapit langkahnya. Jungkook di sisi kanan sementara Jimin di sisi kiri. Setelah memarkirkan motor mereka di pelataran dan ketika saat ini memasuki area kampus. Dua makhluk menyebalkan itu tidak pernah lepas dari jarak 30 cm di samping Taehyung.

Semalam keduanya menginap di kamar Taehyung. 'Lagi!' Sekali lagi ditegaskan. 'Lagi!'. Setelah hari kemarin Jimin mengganggu rencana Taehyung
, kali ini... Ditambah Jungkook yang ikut menghancurkan semuanya. Sampai kapan Taehyung akan hidup terkatung-katung seperti ini. Hidup enggan, mati tak bisa.

"kau berdua kenapa!" bentak Taehyung, seketika menghentikan langkahnya. Taehyung benar-benar risih ditempeli oleh Jimin dan Jungkook, dimulai ketika berangkat hingga saat ini.

"Apaan sih? Kau ribet sekali." Jimim menatap Taehyung dengan terheran. Kali ini Taehyung terlihat lebih sensitif.

"Biasanya juga kita kan jalan bareng. Iya kan?" tanya Jungkook, menatap Taehyung yang kini masih memasang wajah kesal.

Ya. Biasanya Taehyung, Jungkook, dan Jimin berjalan beriringan ketika memasuki kelas. Tapi, entah apa yang Taehyung rasakan saat ini,merasa sikap Jimin dan Jungkook tidak seperti biasanya. Ada yang ganjil di antara keduanya.

"Gajja!" Jimin menarik lengan Taehyung, menyebabkan langkah Taehyung terseret mengikuti arah gerakan Jimin.

"Lepas! Lepas!" Taehyung menghentak-hentakan lengannya yang kini ditarik oleh Jimin, "Aku mau ke toilet," ujarnya. Seketika Taehyung memutar langkahnya untuk berbelok di tikungan koridor.

Langkahnya terayun ke arah sudut koridor sepi, tempat toilet pria. Taehyung menatap berdecak ketika ia merasakan langkah-langkah menyebalkan itu mengikutinya, "Kau berdua mau ikut juga?" Taehyung membalikan tubuhnya. Dan benar saja, ternyata Jungkook dan Jimin melangkah cuek di belakang Taehyung.

Eyes Voice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang