(Revisi setelah end)
Flash back
[Hallo Bambang nggak pake Pamungkas! Gue sementara dikejar-kejar, nih. Kayaknya agak telat lagi ke kampus,] ucap Elang dengan sedikit berteriak dan napas ngos-ngosan. Ia tidak peduli orang yang diteleponnya mendengar atau tidak. Setelah itu cepat-cepat memasukkan lagi handphone-nya ke saku celana.
Padahal hari ini dia ada janji dengan Prof. William untuk membahas TA-nya. Namun, tadi baru saja ia keluar dari kos, tiga orang pria berotot dengan jaket hitam tiba-tiba mengejarnya. Elang sebenarnya sudah tidak kaget lagi dengan pemandangan seperti itu. Hanya saja karena hari ini dia ada janji untuk urusan TA sehingga dia tidak mau melayani mereka.
Elang tidak tahu pasti apa motif dari teror yang sudah dialaminya sejak ayahnya meninggal ini. Intinya jika dia dikejar, di kepalanya hanya ada dua, lari atau melawan. Jika dia memilih melawan berarti hanya ada dua pilihan berikutnya, menang atau kalah. Namun, dalam beberapa kejadian Elang lebih memilih lari dari pada harus melawan mereka. Apalagi terkadang mereka membawaa senjata tajam.
Elang menahan napas. Salah satu dari mereka tinggal berjarak beberapa langkah dari tempatnya bersembunyi. "Ayo sini, lagi, dikit lagi," besit Elang dalam hati.
Brukkk ...!
Elang memiting dan membanting pria itu ke tanah. Meskipun dari segi fisik pria itu lebih besar dan berotot, tetapi dari kekuatan kuda-kuda Elang tidak bisa dianggap remeh. Setelah pria itu jatuh, Elang menghadiahkan pukulan beruntun di wajahnya tanpa ampun. Kemudian lari lagi menyusuri lorong-lorong kecil yang sudah sangat ia hapal. Tibalah ia di pasar yang sangat ramai dengan aktivitas.
"Akhirnya ...." Elang menarik napas lega, lalu memperbaiki pakaiannya yang sedikit kotor dan berkeringat.
Hari ini dia memakai kaos hitam dan celana jeans dengan beberapa sobekan di bagian lutut. Rambut ikalnya dibiarkan tanpa disisir.
***
Begitu tiba di angkot barulah Elang merasa lebih tenang. Bajunya basah karena keringat. Dia tidak peduli dengan penumpang lain yang risih karena penampilannya. Mendadak HP-nya bergetar.
[Hei Lang, lu di mana? Prof. William masih dalam pantauan, nih. Lu jadi nggak ke kampus?] Begitu bunyi pesan dari pemilik nama kontak Brekele.
[Pantau aja terus! Gue sementara di perjalanan, nih. Pokoknya Prof. William jangan sampe lolos,] balas Elang dengan ketikan jari cepat.
Tidak lama berselang notif balasan masuk. [Oke, tapi gue khawatir Prof. William sebentar lagi akan pergi. Kumis tebalnya udah mulai dipeganginya, tuh. Lu tau 'kan itu tandanya apa? Dia bosen nunggu lu.]
Elang hanya membaca pesan itu. Kakinya disentak-sentakan di lantai angkot. Sebenarnya ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Sudah terlalu sering ia menganggap remeh tugas akhir. Matanya tiba-tiba memicing. Lehernya sedikit mendongak ke samping. Wanita memakai rok mini yang duduk di hadapannya terlihat risih. Cepat-cepat ia tutup sebagian pahanya yang terbuka dengan tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
O ANTAGONISTÌS (TERBIT)
Mystery / ThrillerDiterbitkan oleh Penerbit Grass Media (Tersedia di TBO & Gramedia) *** Elang, Emillio Elang Nugroho, mahasiswa semester sepuluh dengan segudang teka-tekinya. Sejak ayahnya meninggal ia selalu diteror oleh orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal...